Minggu, 20 April 2008

Pertemuan 46

PENATALAYANAN

Tujuan ummn Katekumen memahami:

1. Apakah penatalayanan itu.

2. Masalah-masalah penatalayanan di jemaat

3. Potensi dan hambatan pengembangan penatalayanan jemaatnya.­

Tujuan Kusus 1. Katekumen memiliki akad tekad untuk berpartisipasi

dalam usaha pengembangan penatalayan­an di dalam

jemaatnya.

2. Katekumen menyadari potensi dirinya untuk melaksanakan penatalayanan.

PENGANTAR

Tuhan memanggil semua orang percaya supaya menjadi penatalayan atau jura kunci yang mengelola semua talenta yang dikaruniakan Tu­han. Karena itu dalam pertemuan ini kita membahas penatalayanan. Kita akan membahas dengan sistematika sbb.:

I. Istilah, definisi dan pengertian

II. Subyek penatalayanan

III. Asas dan tanggungjawab penatalayanan; Tujuh Asas, Tujuh

Tanggung Jawab.

1. Teks

2. Penjelasan tentang asas-asas penatalayanan

3. Penjelasan tentang tanggungjawab penatalayanan
IV. Masalah-masalah kita

1. Hanya sedikit orang yang benar-benar bersyukur

2. Banyak gereja yang introvert

3. Persembahan perlu ditingkatkan
V. Gereja dan keuangannya

1. Tentang kurangnya apresiasi (penghargaan uang dalam gereja

2. RAPB

3. Tentang motivasi untuk mempersembahkan

4. Sumber-sumber keuangan gereja

a. Warga, melalui persembahan

b. Usaha-usaha gereja

c. Aksi

d. Berapa besar orang Kristen harus mempersembahkan?

e. Sikap dalam mempersembahkan

i. Hati yang tuernus dan mengasihi Tuhan

ii. Jujur dan bertanggungjawab

f. Penggolongan dan kegunaan uang gereja

i. Disiplin pos

ii. Banyak gereja dengan 1 kantong persembahan

iii. iii. Ada gereja yang pakai kartu

iv. Bolehkah uang

gereja ditabung?

g. Adinministrasi yang terbuka

A. URAIAN

I. ISTILAH, DEFINISI DAN PENGERTIAN PENATALAYANAN

1. Istilah

Istilah "penatalayanan" untuk pertama kali dipakai oleh Dr. W.B. Sijabat sebagai terjemahan dari istilah dalam bahasa Inggris "stewardship" pada tahun 1962. Istilah lain yang pernah dipakai ialah "tatalayan" dan "ketatalayanan". Akhirnya, istilah "penatalayanan" inilah yang paling populer di kalangan gereja-gereja.

"Penatalayanan" berarti pekerjaan menatalayani. "Penatalayan" adalah orang yang menatalayani, disebut juga "juru kunci". Ada beberapa contoh dari Alkitab. Dalam Kej. 24 diterangkan bahwa Abraham mempunyai orang kepercayaan untuk mengelola harta dan urusan rumah tangganya, yaitu Eliezer. la adalah penatalayan atau juru kunci yang mengelola harta dan urusan itu sesuai dengan kehendak Abraham, pemiliknya. Pekerjaannya disebut penatalayanan. ("Mengelola" berasal dari kata "kelola" yang berarti mengurus, mengatur, menyelenggarakan; orang dengan tugas itu disebut "pengelola"). Penatalayan atau juru kunci ini disebut juga "kepala rumah" (Kej. 43:16,19; 44:4), "kepala istana" (Yes. 22:15), "mandur" (Mat. 20:8), "bendaham" (Luk. 16:1), "bendaham negeri" (Rm. 16:23). Paulus dkk. menyebut diri sebagai hamba-hamba Kristus yang mendapat kepercayaan mengenai rahasia Kristus (1 Kor. 4:1-2). Tugas itu harus dilaksanakan dengan jujur. Seorang penatalayan yang tidak jujur dipecat/diganti (Yes. 22:15-25).

2. Definisi

Penatalayanan ialah segala kebijakan dan tindakan orang percaya dalam mengelola talenta karunia dari Tuhan sebagai kawan sekerja Allah di dunia ini dengan pimpinan Roh Kudus.

Penjelasan

a. Tuhan memanggjil setiap orang Kristen supaya mengelola semua talenta pemberian Tuhan (waktu, tenaga, pikiran, uang, harta benda dll) sesuai dengan kehendak Tuhan. Semua orang menerima karunia yang berbeda-beda Ada yang miskin, yang kaya, yang cerdas dll. Tidak ada orang yang "kosong". Tuhan memberikan semua talenta untuk menatalayani pekerjaan-Nya di dunia ini. Pengelolaan itu harus sesuai dengan kehendak-Nya.

b. Menatalayani tidak hanya berarti membagi atau memberikan talen­ta kita untuk pekerjaan Allah sebagai ucapan syukur kepada-Nya. Mena­talayani juga berarti bagaimana kita meningkatkan kesejahteraan hidup. Kemiskinan mengakibatkan keterbatasan dalam menatalayani. Tuhan berjanji untuk memberikan kebutuhan kita. Janji itu tidak akan terlaksana secara otomatis. Kita harus menggali dan mencari berkat Tuhan itu dengan bekerja keras. Kita terbuka untuk memanfaatkan kemajuan iptek dan jasa untuk meningkatkan produktivitas kerja, seiring dengan modernisasi dan profesionahlisasi. Bila kesejahteraan hidup kita meningkat, kemampuan kita untuk menatalayanan pekerjaan Tuhan di dalam gereja dan masyarakat juga meningkat.

c. Kita tidak boleh mempersempit arti penatalayanan menjadi urusan di dalam gereja.

d. Setiap orang percaya dipanggil supaya menjadi kawan sekerja Allah. Allah berkenan untuk bekerja di dalam kita dan melalui kita untuk membebaskan dunia ini dari dosa. Menjadi kawan sekerja-Nya berarti melaksanakan tritugas: bersekutu, bersaksi dan melayani secara seimbang dan selaras dengan memakai semua talenta kita. Artinya, kita jangan lebih mementingkan persekutuan dan mengabaikan kesaksian dan pelayanan.

e. Roh Kudus memimpin setiap orang percaya menjadi penatalayan. Tugas menatalayani hanya dapat terlaksana dengan baik apabila Roh Kudus kita mendengar dan mengikuti Roh Kudus.

f. Tuhan akan menghukum siapa saja yang tidak taat menatalayani
pekerjaan-Nya dengan menggunakan karunia yang diterima atau menggunakan karunia itu untuk kepentingan sendiri.

II. SUBJEK PENATALAYANAN

Subjek atau pelaku penatalayanan atau juru kunci ialah sbb.:

1. Setiap orang percaya atau warga gereja.

2. Jemaat atau gereja sebagai lembaga umat.

Perlu ditegaskan bahwa peran gereja sebagai lembaga itu tidak menggantikan peran pribadi warga dalam menatalayani. Setiap warga harus berperan ganda. Artinya, secara pribadi menjadi menatalayani da­lam jemaat dan masyarakat serta bersama-sama dengan warga lainnya sebagai gereja harus menatalayani pekerjaan Tuhan di dalam jemaat dan masyarakatnya.

IIl. ASAS DAN TANGGUNG JAWAB PENATALAYANAN

Dr. Paul Lindholm merumuskan tujuh asas dan tanggung jawab orang percaya dalam penatalayanan. Bahan itu telah diolah LPK GKJ/GKI Jateng. Bahan itu di sini telah diolah kembali. Rincian dan keterangannya sbb.:

1. Teks

Tujuh Asas Pentalayanan

Tujuh Tanggung jawab Penatalayanan

a.

Tuhan adalah Tuhan yang tertinggi dan menguasai segala sesuatu.

a.

Tanggungjawab penatalayanan atas Injil.

b.

Tuhan menempatkan manusia di bumi untuk men­jadi pelayan-Nya.

b.

Tanggungjawab penatalayanan atas waktu.

c.

Allah adalah pencipta, pemelihara dan peinminlik segala sesuatu, termasuk segala inmihlik manusia adalah milik-Nya.

c.

Tanggungjawab penatala­yanan atas segala sesuatu.

d.

Orang Kristen menjadi bendaharawan Tuhan yang memelihara hidup dan miliknya sebagai orang kepercayaan Allah.

d.

Tanggungjawab penatalalayanan atas milik material.

e.

Orang Kristen sebagai penatalayan akan dituntut supaya mempertanggung- jawabkan penatalanannya.

e.

Tanggung jawab penatalayanan atas rumah kita.

f.

Bandaharawan Tuhan melayani Tuhan tanpa syarat se­bagai jawab atas berkat-Nya yang melimpah.

f.

Tanggungjawab penatala­yanan atas Alkitab.

g-

Tujuan utama penatala­yanan Kristen ialah supaya Allah dipermuliakan dalam segala sesuatu.

g

Tanggungjawab penatalayanan atas doa.

2. Penjelasan Tentang Asas-asas Penatalayanan

a. Kita mengakui bahwa Allah maha tinggi. Pengakuan itu harus menjadi "darah daging" kita. Artinya, pengakuan itu harus menjadi motivasi, mewarnai pikiran, kehendak dan perilaku kita sebagai ucapan syukur kepada Tuhan. Allah tidak memperlakukan kita sebagai anak-anak kecil yang bodoh, tak tahu apa-apa. Dia menghendaki supaya kita bertumbuh mengejar kedewasaan Kristen. Salah satu ciri dalam proses menjadi dewasa itu ialah tanggung jawab.

b. Tuhan menghendaki supaya kita menjadi hamba-hamba-Nya yang
taat kepada-Nya. Bagaimana wujud nyata dari ketaatan itu? Wujud ketaatan itu ialah kesediaan kita untuk bekerja melayani sesama manusia dengan menggunakan talenta yang kita terima (harta, waktu, uang, kepandaian dll). Mengaku ber-Tuhan tetapi mengabaikan sesama itu omong kosong. Allah telah menyiapkan pekerjaan yang baik buat kita (Ef. 2:10). Mengapa kita harus bekerja? Karena Allah bekerja terus (Yoh.5:17). Bila tuan bekerja tetapi hamba-hamba-Nya menganggur, tidak benar! Hidup kita bukan milik kita lagi tetapi inihk Kristus. Hidup atau mati adalah untuk Tuhan (Rm. 14:8). Setiap hari kita berdoa "datanglah Kerajaan-Mu". Bersama-sama dengan Allah, kita harus bekerja agar pengharapan itu menjadi kenyataan yang sempurna.

c. Orang Kristen sebagai orang kepercayaan Allah seharusnya selalu dekat dengan Allah seperti hamba dekat dengan tuannya. Hubungan pribadi yang dekat membuat orang Kristen makin memahami kehendak Allah seperti hamba yang makin memahami kehendak dan rencana tuannya. Hubungan seperti itu juga membuat orang Kristen makin pandai melayani Tuhan.

Sasaran pekerjaan Allah yang besar ini adalah seluruh umat ma­nusia dan dunia. Yesus adalah teladan orang Kristen dalam menatalayani sebab la datang untuk melayani, bukan untuk dilayani (Mrk. 10:-45). Kelak Tuhan meminta setiap orang Kristen pertanggungjawaban ba­gaimana ia menatalayani dengan uangnya, waktunya, hartanya, kemam-puannya dll. "Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungjawaban tentang dirinya sendiri kepada Allah" (Rm. 14:12).

Maka orang Kristen harus mewaspadai godaan dalam menatalayani. Di antaranya, godaan untuk memakai uang, harta, kekayaan, kepandaian untuk kesukaan dan kenikmatan dirinya sendiri. Talenta tidak hanya dapat menjadi alat menatalayani tetapi juga dapat mencelakakan.

Bila kita setia dalam hal yang kecil, Tuhan akan memperbesar kepercayaan-Nya (bnd. Mat. 25:21).

d. Tentang motivasi. Mativasi (dorongan) dalam melayani atau mena-talayani itu sangat penting. Motivasi itu menentukan semangat, suasana dan seringkali hasil-hasilnya. Motivasi yang benar adalah:

Hendak bersyukur dan mengasihi Tuhan karena Dia telah lebih dahulu mengasihi kita. Siapa yang benar-benar mengasihi Tuhan pasti mengasihi sesamanya baik dengan perkataan, perbuatan maupun kebenaran (1 Yoh. 3:18).

Hendak memuliakan Allah dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus yang empunya kemuliaan dan kuasa selama-lamanya (1 Ptr. 4:10-11).

Kalau ada motivasi yang benar, tentu ada motivasi yang salah. Motivasi yang salah itu di antaranya karena merasa wajib, karena dibayar, karena keuntungan, karena utang budi, ambisi, ingin menonjolkan diri. Orang Kristen yang menatalayani dengan motivasi yang salah ini tidak akan meinmiUliki sukacita melayani, gampang frustrasi atau bahkan putus asa. Mereka yang bekerja demi gaji/honorarium, semangatnya akan segera kendur atau lari bila upahnya tidak terpenuhi. Hasil pekerjaannya pun tidak membawa kemajuan bahkan mungkin morat-marit atau mendatangkan bencana.

3. Penjelasan Tentang Tanggung Jawab Penatalayanan

a. Bersaksi Dan Melayani.

Telah disebutkan bahwa isi Injil itu bukan hanya berita kesukaan ten­tang pengampunan atau keselamatan tetapi juga perintah kepada siapa saja yang menerimanya supaya memberitakannya kepada semua orang. Tugas pemberitaan ini berhubungan erat dengan tugas melayani. Paulus menyebut tugas itu "pelayanan pendamaian" (2 Kor. 5:17-20). Dengan demikian jelas bahwa pemberitaan itu menjadi tanggung jawab setiap orang Kristen, pria dan wanita segala umur. Rasul Paulus mengingatkan: "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajamn" [2 Tim. 4:2). Bila ada orang yang berpendapat bahwa tugas tersebut adalah tugas Pendeta atau Majelis saja, pendapat itu salah. Tugas itu menjadi kewajiban semua orang Kristen.

Talenta yang diterima dari Tuhan, apa pun, tidak untuk kepentingan diri sendiri melainkan untuk bersaksi dan melayani. Bagaimanakah semangat orang Kristen dalam bersaksi dan melayani? Seharusnya se­mua orang Kristen penuh semangat. Kita dapat meneladani semangat Paulus. "Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah" (Kis.20:24). Dia menggambarkan dirinya sedang berlomba, berkonsentrasi untuk menang. Konsentrasi itulah yang membuatnya bersemangat tinggi.

Selanjutnya, kita harus mencamkan bahwa bersaksi itu melibatkan seutuh kehidupan kita, lahir batin, tidak cukup dengan kata-kata. Bahkan kata dan perbuatan itu harus satu. Perbuatan itu berarti melayani. Bersaksi berarti menunjukkan kasih Allah dalam Kristus. Melayani ber­arti mewujudnyatakan kasih Allah itu kepada sesama. Patut kita ingat bahwa berkat kesaksian seperti itu terjadi pertumbuhan gereja-gereja GKSBS sejak awal sejarahnya.

b. Mengelola Waktu Dan Segala Kemampuan

Semua waktu dan apa saja yang biasanya kita anggap sebagai milik kita, sebenamya adalah milik Allah, bukan milik kita. Waktu kita adalah milik Allah. Mau atau tidak mau, pada saatnya kita harus mati. Hal itu karena kita tidak menguasai waktu, tidak dapat memperpanjang umur. Bersyukurlah kita setiap pagi karena masih diberi hari yang bam untuk kita jalani dengan suka cita (Mzm. 118:24). Tuhan memberikan waktu 24 jam/hari supaya kita hargai dan kelola secara bertanggung jawab.

Dalam perumpamaan gadis-gadis yang bijaksana dan yang bodoh (Mat. 25:1-13), kita mendapat contoh orang-orang yang menghargai dan mengelola waktu secara bertanggungjawab serta yang tidak. (Lih. juga perumpamaan orang kaya yang bodoh, Luk. 12:1-12). Tuhan menyuruh supaya kita menghargai dan menggunakan waktu sesuai dengan kehendak Tuhan. "Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat" (Ef. 5:16, lih. kembali 1 Tim. 4:2).

Dalam bahasa Yunani ada dua istilah tentang waktu. Yaitu "khro­nos" dan "kairos". Khronos ialah jangka waktu, periode atau masa tertentu. Misalnya, zaman Jepang, masa krisis ekonomi, era perdagangan bebas dll. Dalam masa (khronos) itu ada kairos, yaitu saat tertentu, saat yang tepat, saat yang telah matang, momentum. Misalnya, saat nilai tukar Rupiah merosot, saat panen, musim kemarau panjang, saat lampu hijau pengatur lalu lintas menyala, saatnya yang tepat untuk membangun gereja dll. Dalam rentang waktu (khronos) ada sederet kairos. Kairos adalah waktu yang tepat. Kalau disia-siakan kita akan meragi, kairos itu hilang. Demikian juga secara umum, waktu yang disia-siakan hilang begitu saja. Jarum jam tidak berputar mundur. Paulus mengatakan: "... supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati" (Rm. 12:1). Maksudnya, supaya kita mempersem­bahkan seluruh kehidupan dan kemampuan lahir batin kita kepada Tuhan. Hidup ini harus menjadi persembahan karena Allah telah mengasihi kita. Segala kemampuan itu harus kita pergunakan untuk melayani Tuhan.

c. Tanggung Jawab Atas Materi Dan Rumah Kita

Hidup kita memerlukan materi seperti, uang, pakaian, makanan, ininumminuman, papan, rumah, buku-buku, gerabah, telepon dll. Kehidupan mo­demmodern hampir mustahil tanpa uang. Kita memerlukan materi, tetapi tidak berarti kita bergantung kepada materi. Uang, harta itu pada hakikatnya adalah alat dan baik. Hati manusia itulah yang jahat sehingga uang dan harta dapat menjadi berhala. Pemilik yang sejati dari uang dan harta kita adalah Tuhan sendiri. Kita salah bila menganggap bahwa Jang dan harta itu milik kita.

Kesalahan itu mengakibatkan salah kelola. Perumpamaan orang kaya yang bodoh (Luk. 12) memperingatkan hal itu. Kesalahan orang kaya dalam perumpamaan itu ialah menganggap bahwa semua ladang, hasil yang melimpah itu adalah miliknya sendiri, dapat dipergunakan sesuai dengan seleranya sendiri. Seharusnya, uang dan harta diper­gunakan untuk mengabdi atau melayani Tuhan. Yesus mengingatkan bahwa kita tidak dapat mengabdi kepada mamon dan Allah sekaligus (Mat. 6:24; Luk. 16:13).

Tentang tanggung jawab atas rumah kita.

Yang dimaksud dengan "rumah" di sini ialah keluarga, bukan hanya rumah sebagai bangunan flisik. Keluarga sebagai komunitas jemaat dan masyarakat berukuran inikromikro (kecil). Dalam keluarga ada pemimpin, ada "jemaat/rakyat", ada pengelolaan panggilan Tuhan dan masalah-masalah. Keluarga menjadi tempat pendidikan bagi anak-anak sebagai bagian dari generasi penerus jemaat dan masyarakat.

Keluarga yang tertutup akan menghasilkan anak-anak yang tertutup. Sebaliknya, keluarga yang terbuka akan menghasilkan anak-anak yang terbuka terhadap jemaat dan masyarakatnya. Artinya, keluarga seharusnya menjadi tempat pendidikan dan penggemblengan laskar penatalayanan. Para kepala keluarga tidak boleh menyerahkan tanggung ja­wab ini kepada pihak lain mana pun, termasuk kepada gereja atau sekolah. Mereka mempunyai waktu terbanyak dengan anak-anak mereka.

Tentang rumah sebagai tempat tinggal, baiklah dipikirkan penga-daan dan pemakaian alat-alat visualisasi/peraga seperti kutipan ayat, gambar-gambar Kristiani. Alat-alat itu mengingatkan pikiran atau pengharapan dan membantu penghayatan Kristiani. Misalnya gambar Yesus; gambar Gadis yang bijaksana dan yang bodoh; tulisan "Ya Tuhan, berkatilah rumah ini"; "Yesus adalah jawabnya"; "Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan" dll.

d. Tanggung Jawab Atas Alkitab Dan Doa

"Firman-Mu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku" (Mzm. 119:105). Firman Tuhan adalah segala-galanya bagi kita. Firman itu menghidupi, menjadi pedoman bagaimana kita berpikir dan berperilaku membangun kehidupan baru dalam Kristus. Tugas seorang penatalayan adalah memberitakan kasih Allah di dalam Kristus. Untuk tugas itu, kita harus mempelajari Alkitab dengan teratur secara pribadi, bersama de­ngan keluarga dan kelompok. Semua itu dimaksudkan agar kita makin mengetahui lebih banyak lagi kebenaran Alkitab.

Tentang tanggung jawab atas doa. Banyak ayat-ayat Alkitab yang mengingatkan kita akan pentingnya berdoa. "... Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan semua pembesar ..." (1 Tim. 2:1,2). Tentang pekerja-pekerja bagi Tuhan, firman-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya la mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu" (Mat. 9:37,38).

Yesus mengingatkan agar kita selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu (Luk. 18:1). Berdoa itu panggilan dan doa itu adalah persembahan kita kepada Tuhan. Manfaat doa begitu banyak. Doa dapat menopang kegiatan PI, pelayanan, pemerintah, pertobatan orang-orang, menghibur/ menguatkan orang yang susah (sakit, duka dll.).

III. MASALAH-MASALAH KITA

1. Hanya sedikit orang Kristen yang bersyukur. Banyak orang Kristen yang menganggap bahwa menjadi Kristen itu cukup beribadah saja. Sedikit saja orang Kristen yang benar-benar bersyukur kepada Tuhan. Ketika Tuhan Yesus menyembuhkan 10 orang kusta, ternyata hanya satu orang yang kembali kepada-Nya untuk bersyukur memuliakan Dia (Luk.17:11-19). Yang paling banyak ialah orang-orang yang beragama Kristen. Kenyataan ini menjadi petunjuk betapa pentingnya doa, pembinaan, penggembalaan dan usaha-usaha lain agar jumlah penatalayan makin bertambah-tambah.

2. Banyak gereja yang introvert (tertutup). Berarti kebanyakan kurang
memasyarakat. Talenta-talenta dari Tuhan lebih banyak dipakai untuk urusan internal gereja. Gereja banyak yang suam-suam, kurang bersemangat untuk bersaksi dan melayani masyarakatnya.

3. Persembahan perlu ditingkatkan. Persembahan yang dikumpulkan dalam gereja seharusnya untuk membiayai penatalayanan di dalam dan di luar gereja (masyarakat). Kita memerlukan dana yang besar tetapi yang terkumpul kurang memadai. Karena itu gereja selalu keJckurangan uang, tidak mampu menatalayani masyarakatnya secara memadai.

V. GEREJA DAN KEUANGANNYA

1. Tentang Kurangnya Apresiasi (Penghargaan) Uang Di Dalam Gereja

Banyak orang sungkan berbicara tentang uang di dalam gereja. Orang dapat menggebu-gebu berbicara tentang yang bukan uang tetapi merasa tidak enak, malu-malu, tidak lancar atau macet bila tentang uang. Berbicara tentang uang dianggap rawan dan "dapat merusak persahabatan", kata orang. Semua itu membuktikan bahwa posisi uang dalam gereja itu tidak wajar.

Latar belakang feodal Jawa dan suku-suku lain di mana golongan ningrat menentukan nasib secara finansial terhadap rakyat, yang mencapai puncaknya dalam aliran-aliran Kebatinan, mengakibatkan pandangan bahwa uang itu tidak penting. Pandangan tentang uang dan harta sangat stalltis dan sulit berkembang. Bahkan sebagian orang menganggap bahwa kemiskinan itu karena takdir. Kenyataan ini memacu kita mereposisikan uang dalam kehidupan gereja ke posisi "terhormat".

2. Gereja Seharusnya Menyusun RAPB (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja) Tahunan.

Tahun anggaran gereja ialah bulan Januari-Desember. RAPB seharusnya sudah selesai disusun pada bulan Desember setiap tahun. Sebab RAPB harus menjadi pegangan dalam tahun anggaran,kegiatan, pemasukan dan pengeluaran uang. Tidak benar bila RAPB itu sekedar menjadi "hiasan".

Adapun proses penyusunan RAPB adalah sbb.:

Majelis mengevaluasi pelaksanaan program kerja jangka panjang
dan RAPB tahun berjalan. Sebaiknya u'tiap jemaat mempunyai program 5 atau 10 tahun. Evaluasi itu melibatkan badan-badan pembantu Majehs.

Majelis menyusun pokok-pokok tugasnya (BHP, beban Klasis, preinmi pensiun dll.) dan tugas badan-badan pembantunya lengkap dengan daftar prioritas per bidang dengan memperhatikan hasil evaluasi tersebut

Majelis menugaskan badan-badan pembantunya menjabarkan pokok-pokok tugas tersebut menjadi program kerja dan rencana anggaran biayanya untuk tahun yang dimaksud. Majehlis sendiri pun menyusun program dan RAPB yang dimaksud.

Majelis menghlmpunhimpun semua hasil kerja tersebut di atas. Pada tahap ini masih merupakan konsep program dan RAPB.

Majehlis mengundang rapat jemaat, menyodorkan dan membahas
konsep tersebut (Dari rapat ini akan diperoleh sejumlah masukan).

Majelis mengolah segala masukan tersebut dan memutuskan

materi olahan itu menjadi RAPB.

Majelis mengumumkan RAPB hasil keputusan tersebut

3. Tentang motivasi untuk mempersembahkan

a. Alkitab menyaksikan bahwa Allah mengasihi umat manusia dan memberikan talenta untuk dikelola guna membiayai pelayanan gereja di tengah masyarakat dan dunia.

b. Gereja hidup dan melayani di dunia ini sebagai utusan Tuhan (Yoh. 17:18). Apakah tanda-tanda Kerajaan Allah itu? Tanda-tanda itu ialah kasih dan keadilan, kebenaran, damai sejahtera bagi sesama di dalam masyarakat. Karena itu gereja terlibat dalam urusan dan masalah-masalah dunia. Gereja pada dirinya memiliki unsur-unsur dunia (organisasi, tata gereja, peraturan, dana, harta dll.).

Gereja ada di dalam dunia walaupun tidak berasal dari dunia (Yoh. 17). Sebagai lembaga umat percaya, gereja memerlukan sarana dan perlengkapan untuk melaksanakan inisinya di dalam dunia ini. Karena itu pula gereja memerlukan, mencari, memiliki dan mengelola uang untuk melaksanakan tugasnya. Dengan demikian uang mempunyai nilai rohani. Bukan materi semata.

Pandangan kita tentang gereja tidak boleh melupakan bahwa dosa anggota-anggotanya. Uang di tangan orang berdosa dapat menjadi berkat bila dikelola dengan iman atau sebaliknya, menjadi mamon yang mendatangkan laknat. Bagaimana cara mencari dan menggunakan uang menjadi bukti bagaimana gereja bertanggung jawab terhadap Tuhan.

Dengan uraian singkat ini hendak ditegaskan dua hal, yakni, Pertama, bagi gereja uang itu penting. Konsekuensinya, gereja harus benar-benar merencanakan dan mengelola dengan tanggung jawab kepada Tuhan. Gereja harus berjuang untuk mengatasi masalah kekurangan uang, menggali dan mencari berkat-berkat yang dijanjikan-Nya da­lam rangka pengutusan. Kristus yang mengutus kita juga adalah Raja uang. Kita minta uang tidak supaya menjadi gereja yang kaya tetapi supaya mampu menatalayani pekerjaan Tuhan di dunia ini lebih baik. Sebab-sebab kemiskinan/kekurangan uang harus kita cari dalam diri kita masing-masing dan gereja kita.

Kedua, kita tidak boleh mempertentangkan antara aspek rohani dan jasmani, iman dan uang. Kedua unsur tersebut adalah unsur-unsur hakiki dari kehidupan kita yang utuh.

c. Mengingatkan tanggung jawab orang Kristen untuk menatalayani, khususnya tanggung jawab atas milik material (lih. di atas).

d. Majelis hendaknya melibatkan semua warga dalam kegiatan gereja. Sebaiknya Majelis melibatkan mereka sejak penyusunan program kerja dengan menampung masalah, aspirasi mereka. Tentang bagaimana Tuhan memelihara kita dari kekurangan uang/kemiskinan, berlaku firman: "Carilah dahulu Kerajaan Allah maka segalanya akan ditambahkan kepadamu" (Mat. 6:33). Artinya, Tuhan akan memberikan segala yang perlu menurut pemandangan-Nya bagi mereka yang sudah aktif melayani. Aktif terlebih dahulu, baru apa pun yang diperlukan akan diterima. Urutan itu tidak boleh dibalik.

Keterlibatan itu menjadi motivasi untuk meningkatkan persembahan bagj warga ybs. Mengapa? Karena warga secara langsung mengetahui apa saja perlengkapan yang harus diadakan, dibeli untuk pekerjaan itu. Guru Sekolah Minggu misalnya, akan mengetahui bahwa buku-buku, kurikulum, gambar-gambar harus dibeli dan untuk itu diperlukan uang. Jadi, motivasi untuk meningkatkan keuangan tidak boleh secara lang­sung mempersoalkan uang. Bila secara langsung, sama dengan meminta-minta belas kasihan, sangat tidak terhormat dan menjemukan.

e. Gereja perlu kreatif untuk meningkatkan persembahan warga dan menggali keuangan. Gereja-gereja harus kreatif untuk meningkatkan persembahan dan usaha-usaha. Tantangan kita ialah bagaimana meningkatkan keuangan gereja. Berikut ini beberapa pokok pikiran tentang persembahan dan usaha-usaha.

4. Sumber-sumber Keuangan Gereja

a. Warga gereja, melalui persembahan. Ada beberapa macam persembahan:

Persembahan Mingguan (kantong atau pundi-pundi).

Persembahan bulanan (dengan kartu atau amplop),

Persembahan panenan/undhuh-undhuh (berupa hasil bumi atau
penggantinya bagi warga yang bukan petani).

Persembahan hari-hari khusus (Perjamuan Kudus, Hari Oikumene/PGI 25 Mei, Hari-hari Raya Gerejawi).

Persembahan syukur: nikah, baptis, sidi dll.

Persembahan kebaktian keluarga.

Persembahan PA.

Persembahan istimewa: pembangunan, program dll.

Persembahan persepuluhan

Alkitab menganjurkan persembahan perpuluhan. Dalam Kej. 14:17 dst. tentang persembahan Abram (=Abraham) kepada Melkisedek, imam Allah. Persembahan ini kemudian juga disebutkan oleh penuhlis kitab Ibrani (Ibr. 7:2,4). lihat juga nazar Yakub (Kej. 28:22 dan Bil. 18:24-28). Persembahan ini kemudian menjadi peraturan baku dalam kehidupan Israel. Menurut Im. 27:30-32 persem­bahan itu berupa hasil bumi, buah-buahan pohon, sapi, kambing,domba, merpati (bnd. Kej. 15:9). Kecuali kambing, domba dan sapi, perembahan itu dapat diganti dengan uang. Dalam mempersembahkan, berlaku prinsip "yang terbaik untuk Tuhan". Sebab itu barang persembahan haras tanpa cacat (Im. 1:3, 3:1; Ul. 15:1). Per­sembahan ini untuk membayar orang-orang Lewi (Bil. 18:21 dst.).

Selain persembahan persepuluhan ini, Israel juga harus melaksanakan beberapa macam persembahan lainnya. InMisamlnya, persem­bahan sukarela (Im. 22:23), persembahan Paskah (Kel. 12), persem­bahan untuk memenuhi nazar/ sumpah (1 Sam. 16:3), korban pene-busan (Kej. 31:54), penyerahan pribadi (1 Raj. 3:4), urapan (1 Sam. 16:3), penebusan (2 Sam. 24:17), penyucian penderita kusta (Im. 14), penyucian sesudah kelahiran bayi (hnI.m. 12), penahbisan hnimam (Im. 8-9), persembahan musim (Kel 13; 23:19) dll. Begitu banyak korban/ persembahan. Ada yang memperkirakan bahwa Israel memper- sembahkan sepertiga dari seluruh milik mereka.

Persembahan natura (barang/hasil bumi). Persembahan ini bukan pengganti persembahan panen/undhuh-undhuh, tetapi dapat diberlakukan untuk menggantikan persembahan kantong pada Minggu tertentu. Motivasi: untuk meningkatkan pemasukan persembahan kantong).

Persembahan dengan kesanggupan {=pledge).

Cara:

Majelis menyusun rencana anggaran untuk urusan tertentu.

Misalnya, pembelian mesin tik harga Rp 250.000,-.

Majelis/Panitia mengundang para warga yang dipandang mampu

dan bersedia nntuk berbagi beban biaya pembelian mesin tik tersebut

Majelis/Panitia mencatat kesanggupan dari masing-masing

undangan: menyumbang berapa, bagaimana cara pembayarannya

dan

kapan serta mengumpulkannya.

Bekerja imtuk gereja. Setiap hari warga gereja rata-rata bekerja
dalam 7 jam atau seminggu 6x7 jam = 42 jam. Misalnya, tiap warga sidi bekerja dalam 3 jam setiap minggu yang hasilnya dinilai da­lam rupiah dan dipersembahkan untuk gereja. Kalau Majelis memberlakukan peraturan ini dan warga disiplin mentaatinya, sebagai salah satu sumber keuangan akan memperkuat keuangan gereja.

Kerja kolektif yang hasilnya diserahkan ke gereja.

Persembahan batangan. Persembahan berupa batang tanaman yang
menghasilkan misalnya, kelapa, jeruk, mangga, durian. Hasilnya
diperuntukkan gereja.

b. Gereja membuka usaha yang menguntungkan. Misalnya, membuka wartel, foto copy, perkebunan, peternakan, perikanan dll.

c. Gereja mengadakan aksi. Misalnya, aksi masak yang melayani pesanan warga; bazar.

d. Berapa besar orang Kristen harus mempersembahkan?

Telah kita ketahui bahwa pada zaman PL berlaku persembahan persepuluhan. Yesus dan para penulis PB tidak membatalkan persembahan persepuluhan itu. Beberapa contoh persembahan dalam kitab PB: janda miskin mempersembahkan miliknya 100% (Luk. 21:1-4; Mrk. 12:41-44). Paulus menasihati supaya kita mempersembahkan seluruh tubuh (=hidup kita seutuhnya) (Rm.l2:l).

Dapat disimpulkan bahwa mempersembahkan itu yang sebesar mungkin, inminimal sepersepuluh dari seluruh penghasilan kita. Yang dimaksud dengan pengahsilan ialah gaji dan pendapatan lainnya bagi pegawai atau seluruh pendapatan bagi yang bukan pegawai).

Jumlah atau besaran persembahan ini penting dipersoalkan. Mempersembahkan tidak cukup dengan dengan hati yang turns tetapi juga

jumlah atau besaran yang memadai. Itulah persembahan yang benar dan bertanggung jawab.

e. Sikap Dalam Mempersembahkan Dan Masalah Kemiskinan

Dalam mempersembahkan seharusnya kita bersikap ganda (rangkap),

sbb:

i. Dengan hati yang tulus dan mengasihi Tuhan

"Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita" (2 Kor.9:7). Mengasihi Tuhan dengan tulus akan bermuara pada sikap: pertama untuk Tuhan, kedua "untuk saya". Tidak mengasihi Tuhan dengan tulus bermuara pada sikap: pertama untuk saya, kedua (=sisanya) untuk Tuhan. Ini jalan pikiran janda miskin dan orang kaya dalam Luk. 21:1-4. Siapa yang mempersembahkan dengan tidak tulus diancam hukuman (bnd. Kis. 5:1-11). Kita mengasihi Tuhan sebab menyadari bahwa Dia telah memberikan segala berkat-Nya. Kasih kita itu kita wujudkan dengan persembahan.

ii. Jujur dan bertanggung jawab.

Kita mengakui bahwa sebenamya milik kita adalah milik Tuhan. Tidak ada yang tersembunyi bagi Tuhan. Maka kita haras memberi secara ju­jur dan bertanggung jawab. Dalam nasihatnya kepada jemaat di Korintus untuk memberi bantuan bagi jemaat Yerusalem, Paulus berkata: "... sesuai dengan apa yang kamu peroleh ..." (1 Kor. 16:2). Kitaharus jujur, jangan menipu Tuhan dan gereja. Misalnya, dengan mempunyai banyak tetapi kita mengaku sedikit. Mempersembahkan secara bertanggung jawab berarti mempersembahkan dengan jumlah atau besaran yang me­madai dengan berkat yang diterima (lihat uraian c di atas).

Sikap rangkap berarti memegang kedua patokan tersebut secara serentak. Bila kita hanya mementingkan hati yang tulus, kita memberi secara tidak bertanggung jawab, sama dengan memberi recehan kepada pengeinis juga dengan tulus.

Apakah kemiskinan menjadi hambatan?

Tidak! Miskin tidak berarti mempersembahkan jumlah yang kecil. Jema­at Makedonia yang miskin ternyata memberikan persembahan yang banyak untuk Yerusalem yang dilanda kelaparan. Begitu banyak sehingga Paulus sendiri heiran (2 Kor. 8:1-5).

5. Penggolongan Dan Kegunaan HUang Gereja

Uang gereja dikumpulkan, dikelola untuk membiayai kegiatan tritugas gereja: bersekutu, bersaksi dan melayani. Sesuai dengan tritugas tersebut uang gereja dapat dibedakan menjadi tiga golongan (pos): pos G (gereja), pos PI (Pekabaran Injil atau bersaksi), dan pos D (diakonia atau melayani).

Berikut ini rincian ketiga pos tersebut berikut sumber dan kegunaannya.

Sumber/Per-

Sembahan

Kegunaannya

UangG

Kantong G

Bulanan

Panen

Hari-hari khusus

Keb. keluarga

PA

Istimewa

Persepuluhan

Natura

Batangan

Kerja

Usaha

Sumbangan

Dll.

Gaji pendeta dan pegawai

Pastori

Rapat-rapat

Hari raya

Gereja (membangun, renovasi, perlengkapan)

Beban Klasis

Beban Sinode

Oikumene

Utusan-utusan

Perpustakaan

Kantor/Sekretariat dan porto

Kendaraan dinas

Langganan

Uang PI

Kantong PI

Sumbangan

Usaha

Dll.

Kegiatan PI (dan pelayanan)

UangD

Kantong D

Sumbangan

Usaha

Dll.

Kegiatan pelayanan (dan PI)

Penjelasan

a. Disiplin pos. Semua uang gereja adalah milik Tuhan yang disiapkan viuntuk membiayai pekerjaan Tuhan. Bukan milik Majelis, bukan milik jemaat karena sebagai persembahan sudah diserahkan kepada-Nya. Majelis hanya penatalayan atau juru kunci yang bertugas mengelola. Penggunaannya harus sesuai dengan kehedak-Nya. Tuhan selalu bekerja melalui Roh Kudus. Karena itu uang gereja seharusnya selalu dipergunakan sesuai dengan pos dan peruntukannya. Misalnya tentang uang D. Dalam jemaat dan masyarakat selalu ada orang-orang yang memerlukan pertolongan. Anak-anak putus sekolah, orang sakit, kecelakaan, kelaparan dll. Sisa kas yang lumayan apalagi jumlah besar dapat dianggap sebagai pertanda bahwa pekerjaan Tuhan tertunda-tunda.

Dalam menerapkan disiplin pos ini, bila pada suatu saat pos tertentu kekurangan dana yang harus dikeluarkan, dapat meminjam (hutang) pos lainnya. Sudah tentu hutang tersebut harus dikembalikan.

b. Banyak gereja yang memakai satu kantong persembahan dalam ibadah dan kemudian persembahan yang terkumpul dibagi ke pos G, PI, D. Pembagian itu harus mencerininkanmencerminkan keseimbangan tritugas gereja. Artinya, sesewaktu harus ditinjau kembah bila temyata keseimbangan itu diabaikan.

c. Ada gereja-gereja yang memakai kartu persembahan bulanan de­ngan kolom-kolom isian. Misalnya, kolom Gereja, PG (pembangunan gereja), Hari Raya dll. Karena itu dari persembahan bulanan juga dimungkinkan menjadi sumber pemasukan bagi pos PI dan diakonia.

d. Bolehkah uang gereja ditabung untuk pelayanan? Ada orang yang
berpendapat boleh dan yang tidak boleh. Mereka yang tidak membolehkan mendasarkan pendapatnya pada perintah Yesus agar kita jangan kuatir/ mencemaskan tentang kebutuhan (Luk. 12:29-31). Bagi mereka, menabung berarti kurang percaya kepada Tuhan.

Di sisi lain, ada ayat-ayat Alkitab yang berbicara tentang mena­bung. Keluaran 16:15-20 menjelaskan bahwa Israel boleh menyimpan manna untuk hari Sabat (=Sabtu) sebab dilarang bekerja pada hari itu. Hal ini berhubungan dengan kebutuhan pribadi. Ayat-ayat dari kitab Amsal agaknya menganjurkan supaya orang menabung. "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak" (6:6). "Semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas" (30:25]. Iihat juga 10:5, 11:7, 20:4. Yesus selalu melihat suatu tindakan/peristiwa dari sudut motivasi dan tujuan yang tak boleh kita lupakan, termasuk dalam hal menabung.

Kesimpulan:

Ø Gereja boleh menabung untuk pekerjaan-pekerjaan Tuhan yang direncanakan yang memerlukan dana jumlah yang besar.

Ø Gereja harus mendengar peringatan Yesus jangan menabung karena motivasi kuatir/cemas dan jangan mementingkan uang/harta sebagai tujuan.

Akibat menabung yang harus diwaspadai/dihindari

Ø Malas menggali dana sehingga memperketat pengeluaran.

Ø Mengabaikan panggilan Tuhan masa sekarang karena lebih mementingkan cita-cita.

Ø Mencurigai orang-orang yang bekerja bagi Tuhan (dengan biaya) dan menuduh mereka memberi kurang dari yang seharusnya.

6. Adinministrasi Yang Terbuka

Warga seharusnya mengetahui untuk apa saja uang dikumpulkan. Misalnya, melalui pengumuman. Jemaat harus mengetahui dasar dan tujuan serta pengelolaan uang gereja dengan jelas. Makin jelas tujuan akan makin meningkatkan tanggung jawab mereka. Makin terbuka dan jelas adinministrasi, membuat makin banyak orang yang mau mempersembahkan. Majelis hendaknya secara terbatas melayani kebutuhan warga untuk tahu ini dengan menjaga rahasia jabatan. Misalnya, tentang bantuan diakonia. Tentang kepada siapa dan berapa besar bantuan itu adalah rahasia. Bila hal ini dilanggar, alamat-alamat itu akan malu atau tersinggung.

Laporan keuangan jemaat seharusnya sudah diaudit (diperiksa) oleh Koinisi Verifikasi sebelum disodorkan dalam rapat jemaat.

B. POKOK-POKOK DISKUSI

1. Apakah penatalayanan itu? Jelaskan!

2. Menjadi anggota sidi gereja berarti menyadari, memahami penatalayanan dan menatalayani.

a. Menurut pengamatan Saudara, apakah warga sidi di sini berlaku demikian? Jelaskan!

b. Tentang apa saja akad tekad Saudara untuk menatalayani sesudah sidi?

3. Apakah persembahan itu dan dengan sikap bagaimana seharusnya orang Kristen mempersembahkan?

4. a. Mengapa gereja selalu kekurangan uang? Jelaskan!
b. Bagaimana pemecahan masalah tsb.?

Tidak ada komentar: