Minggu, 20 April 2008

Pertemuan 26


PENGAKUAN IMAN (SAHADAT)

(2)

Tujuan Umum 1. Katekumen memahami latar belakang sejarah dan isi

pengakuan iman Nicea Konstantinopel dan Athanasius.

2. Katekumen mengerti "benang merah" dari ketiga pengakuan iman: sahadat rasuli, Nicea Kon­stantinopel dan

Athanasius.

Tujuan khusus Katekumen dapat menggunakan kedua pengakuan iman ini

untuk menjelaskan ketritunggalan Allah.

PENGANTAR

Kita akan membahas pokok-pokok berikut:

I. Teks

1. Pengakuan iman Nikea Konstantinopel

2. Pengakuan iman Athanasius

II. Penjelasan

1. Pengakuan iman Nikea Konstantinopel

2. Pengakuan iman Athanasius

III. Kapan, di mana dan bagaimana kita mengaku iman kita?

A. URAIAN

Gereja-gereja se dunia menerima dan memakai Pengakuan Iman Rasuli. Di samping pengakuan tersebut masih ada dua pengakuan iman yang bersifat oikumenis. Keduanya kurang populer dibandingkan dengan Pengakuan Iman Rasuh. Namun sebagai kekayaan gereja kita perlu mengenal keduanya. Bunyi kedua pengakuan itu akan dicantumkan dan disertai catatan singkat. Kita juga akan mempersoalkan kapan, di mana dan bagaimana kita mengaku percaya. Persoalan terakhir ini berhubungan dengan ketiga pengakuan iman.

I. TEKS

1. Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel

Aku Percaya kepada satu Allah, Bapa Yang Maha Kuasa, Pencipta langit dan bumi, segala yang kelihatan dan tidak kelihatan;

Dan kepada satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal, yang lahir dari Sang Bapa sebelum ada segala zaman, terang dari terang, Allah yang sejati dari Allah sejati, diperanakkan, bukan dibuat, sehakikat dengan Sang Bapa. Yang dengan perantaraan-Nya segala sesuatu dibuat; yang telah turun dari surga untuk kita manusia, dan untuk keselamatan kita, dan menjadi daging oleh Roh Kudus dari anak dara Maria, dan menjadi manusia; yang disalibkan bagi kita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, menderita dan dikuburkan; yang bangkit pada hari ke tiga, sesuai dengan isi Kitab-kitab, dan naik ke soiga; yang duduk di sebelah kanan Sang Bapa, dan akan datang kembali dengan kemuliaan untuk menghakimi orang-orang yang hidup dan yang mati; yang kerajaan-Nya takkan berakhir.

Aku percaya kepada Roh Kudus, yang jadi Tuhan dan yang menghidupkan, yang keluar dari Sang Bapa. Yang bersama-sama dengan Sang Bapa dan Sang Anak disembah dan dimuliakan, yang telah berfirman dengan perantaraan para nabi.

Aku percaya satu gereja yang kudus dan am dan rasuli.

Aku mengaku satu baptisan untuk pengampunan dosa.

Aku menantikan kebangkitan orang mati dan kehidupan di zaman yang akan datang. Amin.

2. Pengakuan Iman Athanasius

Barangsiapa hendak menjadi selamat, pertama-tama ia harus memegang iman yang am; jikalau seseorang tidak memeliharanya dengan sebulat semurninya, niscaya ia akan binasa kekal.

Adapun iman yang am ialah ini: bahwa kita menyembah satu Allah dalam ke-Tiga-an dan ke-Tiga-an dalam ke-Satu-an; tanpa mengaduk oknum, tanpa menceraikan tabiat

Memang oknum Bapa adalah lain; oknum Anak adalah lain; oknum Roh Kudus adalah lain; akan tetapi Bapa, Anak dan Roh Kudus ke-Allah-an-Nya satu, kehormatan-Nya sama, kemuliaan-Nya seabadi.

Sedemikian Bapa, demikian juga Anak, dan demikian juga Roh Kudus.

Bapa adalah tak tercipta, Anak adalah tak tercipta, dan Roh Kudus tak tercipta,

Bapa adalah tak berhingga, Anak adalah tak berhingga, dan Roh Kudus adalah tak berhingga.

Bapa adalah abadi, Anak adalah abadi, dan Roh Kudus adalah abadi. Meskipun demikian tiada tiga yang abadi akan tetapi satu yang aba­di. Seperti juga tiada tiga yang tak tercipta dan yang tak berhingga, teta­pi satu yang tak tercipta dan satu yang tak berhingga.

Demikian juga Bapa adalah mahakuasa, Anak adalah mahakuasa dan Roh Kudus adalah mahakuasa. Meskipun demikian tiada tiga ma­hakuasa tetapi satu mahakuasa.

Demikian juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah; Meskipun demikian tiada tiga Allah tetapi satu Allah.

Demikian juga Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roph Kudus adalah Tuhan; Meskipun demikian tiada tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan.

Seperti kita diperintahkan oleh kebenaran Kristen untuk menyebut tiap oknum tersendiri Allah atau Tuhan, demikian juga dilarang oleh iman yang am untuk mengatakan ada tiga Allah atau tiga Tuhan.

Bapa tidak dibuat oleh siapa pun dan tidak diciptakan dan tidak diperanakkan. Anak adalah hanya dari Bapa, tidak dibuat dan tidak diciptakan, tetapi diperanakkan.

Roh Kudus adalah dari Bapa dan Anak, tidak dibuat dan tidak di­ciptakan, tidak diperanakkan tetapi keluar dari mereka. Dengan demikian adalah satu Bapa, bukannya tiga Bapa, satu Anak bukannya tiga Anak, satu Roh Kudus bukannya tiga Roh Kudus.

Dan di dalam Allah Tritunggal tiada yang lebih dahulu atau lebih kemudian, tiada yang lebih tinggi atau lebih rendah, akan tetapi ketiga oknum semua seabadi dan semua setaraf. Sehingga dalam segala hal, seperti di atas telah dinyatakan, di dalam ke-Tiga-an ke-Satu-an dan di dalam ke-Satu-an ke-Tiga-an harus disembah.

Oleh karena itu barangsiapa hendak menjadi selamat harus demikian keyakinannya mengenai Tritunggal.

Akan tetapi untuk memperoleh keselamatan yang kekal perlu juga bahwa orang percaya dengan sungguh, bahwa Tuhan kita Yesus Kristus telah menjadi manusia. Sebab iman yang benar ialah percaya dan mengakui, bahwa Tuhan kita Yesus Kristus, Anak Allah, adalah baik Allah dan manusia. Ialah Allah dari hakekat Bapa, diperanakkan sebelum se­gala zaman, dan Ialah manusia dari hakikat ibunda-Nya, lahir di dalam zaman. Dialah Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna, de­ngan jiwa akali dan daging insani, sama dengan Bapa dalam ke-Allah-an-Nya, lebih rendah dari Bapa dalam kemanusiaan-Nya. Meskipun Ialah Allah dan manusia, la bukanlah dua melainkan satu Kristus. Akan tetapi Ialah satu bukan dengan mengubah ke-Allahan-Nya menjadi da­ging, melainkan dengan mengenakan kemanusiaan-Nya dalam Allah. Dialah satu, sekali-kali bukannya karena mengaduk hakikat-hakikat me­lainkan karena kesatuan oknum. Oleh karena seperti jiwa akali dan da­ging manusia satu, demikian juga Allah dan manusia adalah satu Kristus.

Dia telah menderita untuk keselamatan kita, turun ke kerajaan maut, pada hari yang ke tiga bangkit dari antara orang mati, naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Bapa.

Dari sana la akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan yang mati.

Pada kedatangan-Nya segala orang akan bangkit dengan badannya dan mereka akan mempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatan. Dan yang telah berbuat baik akan pergi ke hidup kekal, sebaliknya yang te­lah berbuat jahat akan pergi ke api yang kekal.

Inilah iman yang am. Barangsiapa tidak memeliharanya dengan setia dan kuat, ia tak menjadi selamat.

Terjemahan Komisi Teologi DGI, dikutip dari buku Runtut Pijar, BPK 1990, hlm. 76-77

II. PENJELASAN

1. Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel

Pengakuan ini merupakan hasil konsili Konstantinopel, konsili oikumenis kedua pada tahun 381 (Mei-Juli). isinya menentang tiga aliran berikut ini:

a. Arianisme yang mengajarkan bahwa Bapa adalah Anak, Anak adalah Roh Kudus. Maka pengakuan ini menegaskan bahwa Bapa, Anak dan Roh adalah satu Allah, satu hakikat, tiga cara berada.

b. Macedonianisme yang mengatakan bahwa Roh Kudus adalah makhluk.

c. Apollianiarisme yang menyangkal kemanusiaan Yesus.

2. Pengakuan Iman Athanasius

Pengakuan ini dianggap tulisan Athanasius. Mungkin Athanasius hanya dipinjam namanya, tak dapat dipastikan siapa penulisnya. Pengakuan ini ditulis di Gallia, Perancis sekitar tahun 500. Athanasius adalah Uskup Alexandria yang gigih membela Pengakuan Iman Nicea melawan Arianisme dan kaisar Roma yang menganut Arianisme. la lahir di Alex­andria sekitar tahun 296 dan meninggal di sana tahun 373. la berkali-kali dipecat dan diusir.

Pengakuan ini diterima gereja-gereja Anglikan, Katolik Roma maupun Protestan. Di situ dirumuskan pengajaran bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa dan Putra. Pengajaran ini disebut filioque. Walaupun diterima secara luas, tetapi kurang disenangi sebab isinya mengutuk mereka yang tidak menyetujuinya. Pengakuan ini terdiri dua bagian.

Pertama, tentang ketritunggalan Allah. Bagian ini dianggap luar biasa bagusnya. Pengajaran tentang ketritunggalan Allah dalam penga­kuan ini melawan Monarkhisme yang menganggap Bapa adalah Anak, Anak adalah Roh Kudus sekaligus melawan Arianisme yang cenderung mengajarkan ketritunggalan dengan arti ke-tiga-an oknum Allah: oknum Bapa, oknum Anak dan oknum Roh Kudus.

Bagian yang kedua tentang Yesus Kristus.

III. KAPAN, DI MANA, DAN BAGAIMANA KTTA MENGAKU IMAN KITA?

Pada hakikatnya mengakui iman berarti bersaksi tentang Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Pada dasarnya tidak dapat disebutkan kapan saja kita harus mengaku iman kita. Kita terpanggil untuk mengaku atau bersaksi dalam aneka macam situasi. Roh Kudus akan mengingatkan, mengajar dan menguatkan kita kapan saja situasi menghendaki kesak-sian atau pengakuan kita. Karena itu berikut ini hanya beberapa contoh.

Kapan?

1. Bila nama Tuhan dicemarkan, kebenaran diputar bank atau dipalsukan. Pada ketika itu bila seorang beriman tutup mulut atau diam saja sama dengan menyetujui atau membiarkan.

2. Bila ditanya, diminta pertanggungjawaban kita apa pun dan bagaimana pun tentang apa/siapa yang kita percayai. Misalnya, dalam penghambatan besar atau kecil, secara kasar atau halus. Dari hambatan untuk menjadi Kristen sampai hambatan besar-besaran.

3. Bila urusan-urusan resmi memerlukan misalnya, menjadi saksi dipengadilan, pengangkatan jabatan dll. melalui upacara janji Kristen atau sumpah.

4. Bila ada pihak lain salah mengerti mengenai apa yang kita imani. Misalnya, kata-kata "Allah orang Kristen itu tiga", "Aneh, Allah kok beranak" dll.

5. Keperluan intern jemaat: ibadah, menerima sakramen (baptis, perjamuan kudus), nikah, sidi.

Di mana?

Pengakuan unan dirumuskan dengan maksud utama untuk dipergunakan dalam masyarakat dan bangsa, untuk menunjukkan kepada dunia ini tentang apa, siapa yang kita imani atau kepada siapa kita menyerahkan hidup mati kita. Sebagaimana kita ketahui dan laksanakan, penga­kuan itu juga kita lakukan di dalam jemaat. Hal ini tidak salah, tetapi itu bukan maksud pertama dan teratama sebab jemaat pada hakikatnya adalah umat yang mengaku Yesus sebagai Tuhannya.

Mengaku dalam gereja sama sekah tidak ada kesulitan dan tantangan apalagi hambatan. Karena itu tempat yang pertama dan terutama untuk mengaku ialah di dalam masyarakat, dalam pergaulan dengan semua orang yang berbeda agama dan keyakinan. Setiap kesempatan adalah kesempatan untuk bersaksi dan untuk memberikan pertanggungjawaban terhadap pertanyaan, cemooh atau serangan. Semua calon sidi hendaknya menyadari hal ini.

Bagaimana?

1. Pengakuan yang sah adalah pengakuan dalam kebebasan/sukarela, tidak dengan terpaksa, ragu-ragu, takut sekalipun dalam suasana tertekan, terancam penyiksaan maupun kematian.

2. Dengan kata-kata, perbuatan, nyanyian, syair, tanda dll. Pengakuan iman tidak sekedar ucapan tetapi berhubungan dengan seutuh eksistensi atau keberadaan kita, lahir batin dunia akhirat.

3. Dengan terang-terangan.

B. POKOK-POKOK DISKUSI

1. Apa latar belakang sejarah lahimya Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel dan Pengakuan Iman Athanasius. Jelaskan!

2. Apa saja "benang merah" dalam ketiga pengakuan iman: sahadat rasuli, Nicea Konstantinopel dan Athanasius? Jelaskan!

3. Jelaskan paham ketritunggalan Allah dengan memakai salah satu dari ketiga sahadat tersebut! Jelaskan!

4. a. Bagaimana sikap teman/tetangga yang bukan Kristen terhadap Saudara

sebagai orang Kristen selama ini?

b. Bagaimanakah pengalaman saudara tentang mengaku iman di antara teman/ tetangga non Kristen? Jelaskan!

Tidak ada komentar: