Minggu, 20 April 2008

Pertemuan 14


GEREJA

Tujuan Umum 1. Katekumen memahami apakah gereja itu.

2. Katekumen memahami tugas-tugas gereja.

3. Katekumen memahami tugasnya sebagai warga gereja

Tujuan Khusus 1. Katekumen mampu membangun wawasan dan sikap kritis atas

kebidupan gereja.

2. Katekumen menyadari peran yang dapat dilaku-kan dalam

pembangunan gereja setempat.

3. Katekumen memiliki akad tekad untuk:

a. memasyarakatkan gerejanya

b. mengembangkan partisipasi umat dalam pembaruan gerejanya.

4. Katekumen saling menguatkan

PENGANTAR

Dalam pertemuan ini kita akan membahas tentang gereja, sbb.:

I. Istilah

II. Pengertian dan definisi tentang gereja.

III. Pokok-pokok pikiran dari definisi tentang gereja.

a. Bersekutu untuk memperkuat daya memasyarakat.

b. Panggilan agar menjadi gereja yang memasyarakat dan kantor pos sebagai gambarannya.

c. Menjaga kemurnian iman.

d. Gereja/orang percaya sebagai partner Allah dalam pekerjaan-Nya.

e. Mengembangkan partisipasi warga untuk melayani masyarakat.

f. Program dan RAPB jemaat (antara lain untuk program kesaksian dan pelayanan).

IV. Tentang pertumbuhan gereja (ke dalam dan ke luar).

V. Gereja mula-mula sebagai teladan dalam bergereja.

A. URAIAN I.

I. ISTILAH

Istilah "gereja" berasal dari kata "igreya" (Portugis) yang artinya "kawanan domba yang dikumpulkan oleh gembala". Istilah itu terjemahan dari kata "ekklesia" (Yunani) dalam PB. Kata "ekklesia" adalah kata jadian dari "ek" (=dari) dan "kaleo" (=memanggil). "Ekklesia" berarti "memanggil dari". Maksudnya, Tuhan memanggil umat dari kegelapan masuk ke dalam terang-Nya yang ajaib (bnd. 1 Pet. 2:9-10). Kata "ekklesia" itu sendiri adalah terjemahan dari kata "qahal" (kahal) atau "qahal Yhwh" (Ibrani, artinya umat, jemaat atau massa). Dalam PL "qahal" ber­arti Israel sebagai umat yang dikasihi Allah (Ul. 7:6), yang dipanggil supaya menjadi terang dan berkat bagi bangsa-bangsa.

Dalam bahasa Indonesia, kata "gereja" dan "jemaat" dipakai silih berganti baik dalam arti tunggal maupun jamak (lebih dari satu), dengan pengertian yang sama. Kata "jemaat" adalah bentuk jamak dari kata "jamaah" (Arab). Kalau satu gereja disebut "jemaat", sebutan itu salah kaprah. Kalau gereja atau jemaat itu tunggal berarti jemaat setempat, sedangkan bila jamak, itu berarti klasis atau sinode.

II. PENGERTIAN DAN DEFINISI TENTANG GEREJA

Dalam percakapan sehari-hari, banyak orang Kristen mengartikan "gere­ja" itu gedung gereja. Sesungguhnya, tidak ada alasan untuk pendapat seperti itu. Jemaat atau gereja tidak sama dengan gedung gereja. Yesus sendiri tidak pernah berbicara tentang gedung gereja. Dia berkata "... di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu ..." (Mat. 16:18) Dari sejarah gereja nyata bahwa sampai abad ke dua, jemaat adalah "jemaat rumah" (persekutuan di rumah-rumah), tanpa gedung/tempat ibadah

Paham tentang jemaat selalu mengandung aspek spiritual atau rohani. Karena ia tumbuh semata-mata berkat anugerah Tuhan. Kita cenderung berpendapat bahwa gereja itu lahir pada hari Pentakosta, turunnya Roh Kudus. Tetapi tidak boleh kita lupakan bahwa bahwa gereja yang lahir pada hari Pentakosta itu merupakan kesinambungan dengan umat Allah {qahal YHWH) yang telah ada sejak pemilihan Abraham, yang bersifat kudus dan am (am=katolik=umum), sepanjang abad dan tempat.

Kristus adalah Kepala gereja yang am itu. Dia itu satu dan tidak terbagi-bagi. Demikian pula gereja yang am itu tidak terbagi-bagi (bnd. 1 Kor. 1:13), sekalipun ada banyak gereja yang berbeda satu sama lain. "Kepala gereja" adalah istilah simbolis yang mengandung pengertian hubungan yang hidup, hannonis antara Kristus dengan gereja-Nya.

Hubungan yang hidup itu dilukiskan antara lain sbb:

Kawanan domba dan gembala (Yoh. 10:11; Yeh. 34).

Umat Allah (1 Pet. 2:9; Yeh. 37:27).

Pokok anggur dengan ranting-rantingnya (Yoh. 15:1-15).

Tubuh Kristus (Ep. 4:11-12; Rm. 12:4; 1 Kor. 12:12-18).

Sejak Yesus Kristus, patokan keanggotaan umat (qahal) berdasarkan keturunan Abraham secara darah itu diperbarui. Patokan yang baru ialah iman. Jemaat terdiri dari orang-orang seiman kepada Kristus dari segala bangsa. Abraham menjadi teladan mengenai ketaatan kepada Allah.

Keberadaan Israel itu karena tugas (panggilan) yang harus dilakukan untuk bangsa-bangsa. 1 Pet. 2:9; 'Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat am rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaati Allah sendiri; supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu ke luar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib."

Ayat ini menyebutkan dua aspek. Pertama, anugerah sebagai aspek rohani atau spiritual (terpilih, imamat am, kepunyaan Allah). Kedua, tugas atau misi untuk memberitakan Kristus. Gereja adalah misi. Ini merupakan pengertian yang asasi. Hanya karena pertimbangan teknis dalam berbahasa, kita membedakan antara gereja dan misinya.

Bila gereja lepas dari misinya, sebenarnya ia bukan gereja milik Kristus, walaupun disebut gereja.

Maka kita dapat merumuskan definisi tentang gereja, sbb:

"Gereja adalah persekutuan orang-orang percaya yang mengaku Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang dipanggil supaya menjadi kawan sekerja Allah untuk membebaskan dunia ini dari kuasa dosa dengan jalan mendirikan tanda-tanda Kemjaan Allah di dunia ini".

III. POKOK-POKOK PIKIRAN DARI DEFINISI TENTANG GEREJA

1. Bersekutu: Menambah Daya Untuk Memasyarakat

Istilah "persekutuan" adalah terjemahan dari "koinonia" (Yunani). Dalam persekutuan, orang saling menerima sebagai saudara seiman, sehati sepikir, dengan Kristus sebagai kepala. Secara simbolis, Paulus mengatakan "persekutuan dalam darah dan tubuh Kristus" (1 Kor. 10:16; bnd. 1 Kor. 1:9). Semua orang percaya itu mendapat bagian di dalam Kristus (berkat rohani-jasmani, pengudusan dan keselamatan). Dan "bagian" dari Kristus yang kita terima itulah yang menghidupi kita.

Kita dipanggil menjadi berkat bagi orang lain (bnd. Kej. 12:2). Maka hidup orang Kristen hendaknya menjadi hidup yang membagi atau beibagi, khususnya kepada sesama dalam masyaiakat. Menjadi Kristen dan menjadi gereja berarti hidup untuk orang lain. Kristus memberikan berkat rohani dan jasmani, tidak supaya "dimakan" sendiri. Jemaat yang benar adalah jemaat yang hidup membagi. Sifat Allah yang pemurah membentuk umat-Nya menjadi umat yang pemurah. Sifat pelit (kikir) bukan sifat Kristiani, itu egoistis, melupakan panggilan su­paya hidup berbagi. Paulus berkata: "... karena kemurahan haumu da­lam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang" (2 Kor. 9:13).

Mengapa bersekutu itu penting? Persekutuan dibangun melalui berbagai kegiatan seperti ibadah, doa bersama, PA dll. Kegiatan itu penting untuk saling memperkuat atau menambah daya dalam memasyarakat. Firman Tuhan itu tidak semata-mata ditujukan kepada perorangan tetapi kepada umat untuk didengar dan dihayati secara bersama. Persekutu­an kita satu sama lain, persekutuan secara perorangan maupun sebagai jemaat dengan Kristus, sekaligus juga persekutuan kita dengan

Roh Kudus (2 Kor. 13:13). Jadi, persekutuan itu bukan tujuan. Kalau ada orang yang rajin bersekutu tetapi kurang memasyarakat, itu baru setengah jalan. Yang memprihatinkan, bila ia menjadi senang berkutat di situ dan "lupa" untuk memasyarakat!

Banyak orang Kristen yang mengikuti konsep "gereja sebagai perse­kutuan". Konsep itu tidak salah tetapi kurang lengkap dan cenderung mengakibatkan gereja menutup diri. Gereja yang tertutup adalah gereja yang melawan panggilan-Nya bahkan orang boleh meragukan apakah ia gereja milik Kristus. Kita harus terbuka sebab Kristus mengasihi semua orang (Yoh. 3:16). Karena itu orang Kristen dan jemaat hendaknya berwawasan dunia sentris, tidak berwawasan gereja sentris.

2. Panggilan Menjadi Gereja Yang Memasyarakat

Paulus mengingatkan agar kita selalu berbuat baik kepada semua orang. "Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang, Tuhan sudah dekat!" (Flp. 4:5, bnd. Gal. 6:10, Kej. 12:2). Kebaikan adalah buah-buah Roh (Gal. 5:22). Kita dipanggil supaya "menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus" (Flp. 2:5). Kristus itu selalu me­masyarakat. Ia adalah realisasi kasih Allah yang sempurna kepada se­mua orang (Yoh. 3:16).

Untuk menjadi gereja yang benar, tidak tersedia pilihan lain kecua­li menjadi gereja yang memasyarakat sesuai dengan teladan Kristus. Demikian juga orang Kristen. Tidak ada pilihan lain untuk tetap menja­di benar-benar Kristen kecuali dengan memasyarakat. Pilihan itu sesuai dengan panggilan supaya kita menjadi garam dan terang dunia (Mat. 5:13). Panggilan ini mengajar orang Kristen dan gereja dan untuk:

a. Menjadi orang Kristen dan jemaat yang terbuka. 'Terbuka" setidak-tidaknya berarti:

Berwawasan masyarakat sentris;

Membangun hubungan yang dialogis dengan semua pihak (termasuk umat beragama lain);

Melibatkan diri dalam keprihatinan masyarakat terutama yang berhubungan dengan keadilan dan orang-orang kecil.

b Orang Kristen menjadi warga masyarakat yang baik dan bertangjawab (bnd.Flp.4:5) Beberapa contoh dari kebaikan itu:

Peduli kepada tetangganya yang sakit dan tidak mampu dengan membantu biaya pengobatannya;

Rukun dan gotong royong;

Aktif dalam urusan kampung/desa;

Peduli kepada masalah-masalah lingkungan hidup;

Aktif dalam gerakan koperasi untuk masyarakat

c. Peka dan kritis terhadap perubahan masyarakat. Kita harus mengamati, mempelajari perubahan masyarakat lokal, modernisasi, globalisasi (proses kesejagatan) dan sekularisasi (proses mendunia, bukan menduniawi). Perubahan masyarakat itu, antara lain:

Anak-anak/pemuda tak dapat berbahasa suku mereka;

Fanatisme agama;

Jurang antara golongan kaya-miskin makin melebar;

Timbulnya budaya kekerasan;

Mengendurnya ikatan keluarga dan kekerabatan;

Orang menjadi materialistis, konsumeristis dan individualistis.

d. Mengembangkan suara kenabian. Misalnya terhadap masalah-masalah ketidakadilan, penyalahgunaan agama dll

e. Peduli dan mengusahakan kesejahteraan orang-orang kecil. Hal ini penting sebagai upaya mewujudkan syalom (damai sejahtera) Kristus sebab sebagian terbesar masyarakat masih miskin.

f. Tiap tahun gereja menyusun RAPB (Rencana Anggaran Belanja dan Pendapatan dan Belanja) di mana pembiayaan kesaksian dan pelayanan untuk masyarakat dialokasikan secara memadai.

Penting bagi kita untuk membuat gambaran tentang gereja yang memasyarakat. Gambaran yang ada di benak kita akan mempengaruhi tingkah laku kita baik sebagai orang Kristen maupun sebagai gereja.

Seperti apakah gereja yang memasyarakat itu? Dr. Adi Pidekso da­lam disertasinya "Bergereja di Kota." menggambarkannya dengan kantor pos. Di kantor pos memang banyak kesibukan seperti menjual prangko, meterai, urusan paket, weselpos, giro pos, pembayaran pajak dll. Semua kesibukan itu adalah untuk melayani masyarakat atau memenuhi permintaan masyarakat. Di kantor pos itu juga ada kesibukan administrasi, peningkatan mutu SDM, mutasi, koordinasi, komunikasi antar kantor pos dll. Semua kesibukan itu BUKAN untuk diri sendiri melainkan untuk masyarakat. Dengan fungsi kantor pos yang sedemikian itu, maka masyarakat lokal dapat berkomunikasi dengan masyarakat nasional, regional dan global.

Gereja yang memasyarakat juga dapat digambarkan dengan kantor pos itu. Banyak kegiatan di dalam gereja tetapi semua kegiatan itu seharusnya bukan untuk diri sendiri atau untuk memuaskan diri, melainkan untuk memperkuat "tenaga" (power) agar lebih mampu melayani permintaan atau harapan masyarakaL Gereja seperti itu bukan gereja yang eksklusif (tertutup) melainkan inklusif (terbuka).

3. Gereja Harus Menjaga Kemurnian Iman

Dalam kata pengantar buku ini telah dikatakan bahwa kelemahan utama kebanyakan gereja terletak di bidang pengajaran. Sering ada warga jemaat yang menikah dengan mengakui syahadat lain dll. Kasus-kasus itu bukan perkara sederhana dan bukan perkara biasa. Orang Kristen yang mengakui sahadat lain berarti menyangkal Kristus. la sama dengan Petrus ketika menyangkal Tuhan (Mat. 26:69-75]. Petrus baru dipulihkan menjadi murid-Nya kembali ketika menyatakan kembali kasihnya kepada Yesus sebanyak tiga kali dengan menjawab pertanyaan Yesus: "Apakah engkau mengasihi Aku?" (Yoh. 21:15-19).

Gereja seharusnya membereskan kasus-kasus seperti itu. Dewasa ini kita perlu lebih waspada karena banyaknya peluang yang potensial dapat menyesatkan orang beriman. Selanjutnya, gereja harus memper­kuat bidang pengajarannya agar warga tidak mudah terombang-ambing (bnd. Ef. 4:14).

4. Orang Kristen Dan Gereja Adalah Partner Allah Dalam Karya Penyelamatan Dunia

Gereja hanya alat di tangan Tuhan untuk membebaskan seluruh ciptaan-Nya dari kuasa dosa. Karya pembebasan itu terus berlangsung melalui Roh Kudus di dunia ini. Roh dalam kebebasan-Nya bekerja di dalam masyarakat, tidak hanya di gereja. Bila ada gereja yang tidak bersedia untuk menjadi alat-Nya itu, Dia tentu memakai cara-cara lain, termasuk memakai orang-orang dan lembaga-lembaga non Kristen.

Apa yang seharusnya kita lakukan dalam masyarakat? Kita harus mendirikan tanda-tanda kerajaan Allah. “Tanda-tanda” itu ialh perbuatan kasih dan keadilan bagi semua orang, khususnya orang-orang kecil dalam masyarakat umum. Misalnya, pelayanan bagi anak-anak putus sekolah, pelayanan kesehatan bagi kaum miskin, pembekalan bagi para penganggur supaya mereka dapat berusaha dll. Kerajaan Allah tidak di dunia lain tetapi dalam masyarakat/dunia mi. Pelayanan kasih dan ke­adilan adalah tanda-tanda kehadiran Kerajaan Allah.

Kita harus selalu mempersoalkan masalah ini agar keadaan berubah: makin banyak orang bekerja bagi Tuhan, makin banyak potensi warga didayagunakan untuk pekerjaan Tuhan (uang, harta, waktu, tenaga, pikiran dll). Semua bidang kehidupan menjadi "ladang Tuhan". Bekerja apa pun, mengerjakan apa pun, setiap orang Kristen harus melakukannya dengan iman, menjadi berkat bagi orang banyak dan membawa mereka kepada Tuhan.

Kita tidak boleh memakai norma ganda (rangkap). Artinya, bila di gereja memakai norma kasih, kelihatan saleh dan manis, tetapi di kantor atau di masyarakat memakai norma ular. Yesus mengatakan: "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga" (Mat. 7:21). Dari ayat ini jelas bahwa alat pengukur kekristenan bukan pengakuan melainkan bekerja bagi Tuhan. Iman, segala berkat, keselamatan adalah anugerah semata. Tetapi tidak ada anugerah tanpa perintah. "Bekerja bagi Tuhan" ini tidak boleh dipersempit menjadi tugas elit gereja atau anggota majelis gereja. Semua warga harus berpartisipasi!

5. Mengembangkan Partisipasi Umat.

Kebersamaan dan partisipasi adalah perkara organisasi dan pen"gorganisasian. Gereja bukan hanya roh (spirit) tetapi juga organisasi dengan roh yang dari Allah. Alkitab memberikan kebebasan perihal bagaimana ge­reja mengorganisasikan dirinya. Satu hal yang mutlak ialah bahwa semua warganya harus aktif bekerja bagi Tuhan. Maka gereja harus men­jadi gerakan umat di dalam masyarakatnya dengan partisipasi semua warganya.

IV. PERTUMBUHAN GEREJA

Tujuan akhtr dari gereja ialah Kerajaan Allah. Jadi, gereja bukan tujuan kita melainkan alat Tuhan. Kerajaan Allah ialah pemerintahan Allah sebagai Raja di dunia ini. Gereja tidak mempunyai tujuan untuk dirinya sendiri. Kerajaan itu telah datang dalam Yesus. "Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya" (Mat. 16:28; bnd. Mat. 25:34,40; Luk. 11:20). Dia mendunia dan menyejarah.

Tujuan itu menuntut supaya gereja berjuang sesuai dengan misinya. Perjuangan itulah yang memungkinkan gereja bertumbuh. Gereja yang tidak berjuang adalah gereja yang tidak bertumbuh. Pertumbuhan itu mengarah ke dalam dan ke luar. Pertumbuhan ke dalam berarti ge­reja makin berakar pada Kristus. Pertumbuhan ke luar berarti gereja makin mengembangkan kesaksian dan pelayanannya ke masyarakat

Sering ada gereja yang berpendapat bahwa untuk melaksanakan tugasnya keluar harus terlebih dulu membereskan masalah-masalah di dalam. Pendapat ini salah. Perbaikan situasi di dalam harus dilaksanakan secara serentak dengan tugas keluar.

1. Pertumbuhan Ke Dalam

Pertumbuhan ke dalam berarti makin berakarnya orang percaya di da­lam Kristus. Di sana ada pertumbuhan mengarah ke kedewasaan, tidak diombang-ambingkan angin pengajaran atau disesatkan manusia. Pengetahuan mereka tentang Kristus pun makin bertambah-tambah (hh. Ef. 4:13,14). "Diombang-ambingkan" atau "terombang-ambing" tersebut adalah tanda-tanda sifat kekanak-kanakan. Jemaat yang tumbuh ke da­lam ini juga hidup yang bersyukur dan taat kepada Kristus (Kol. 2:6). Sering ada warga gereja yang rewel, sedikit-sedikit mereka berniat pindah gereja. Mereka yang suka pindah-pindah gereja, memberikan kesan bahwa bergereja bagaikan naik kendaraan umum. Sekali waktu mereka memilih bus AC, lain kali memilih taksi atau omprengan. Mereka seperti bebas memilih, mana yang membuatnya enak/menyenangkan. Tetapi di balik perilaku seperti itu ada "falsafah" yang salah, yakni "apa yang gereja berikan kepada saya". Yang benar adalah: "apa yang saya dapat berikan kepada gereja". Kenyataan itu menjadi pertanda bahwa pertumbuhan ke dalam itu kurang. Karena itu warga lainnya sangat perlu meyakinkan warga ybs. untuk menerima kenyataan dan bersama-sama membangun.

2. Pertumbuhan Ke Luar

Tuhan menyuruh setiap jemaat dan setiap warganya supaya mewartakan Injil dan melayani. Bersama-sama dengan Tuhan, gereja membuktikan bagaimana mengasihi sesama manusia dan cinta lingkungan hi­dup. Bahwa Allah telah mendamaikan diri-Nya dengan seisi dunia ini harus terbukti dari sikap dan perilaku gereja dalam masyarakatnya. Allah menghendaki agar semua orang selamat (1 Tim. 2:4). Untuk maksud membebaskan dunia ini gereja dipanggil supaya menjadi kawan sekerja-Nya. Kebanyakan gereja bersikap introvert. Artinya, gereja hanya berwawasan dan bersikap mementingkan dm sendiri. Hal ini antara lain terbukti dari program dan pemakaian uang gereja. Sejauh mana gereja berbuat dan menggunakan uangnya untuk masyarakat?

Bila tugas gereja dilaksanakan seimbang, maka pertumbuhan ke da­lam dan ke luar ini berjalan serentak (bukan urutan dan bukan pilihan). Dalam proses ke dalam dan ke luar ini gereja bertumbuh menuju kedewasaannya.

V. GEREJA MULA-MULA SEBAGAI TELADAN BERGEREJA

Dalam kehidupan bergereja, cara hidup gereja mula-mula sebagaimana disebutkan dalam Kis. 2:41-47 selalu menjadi acuan atau teladan. Tentang apa saja kita perlu meneladan gereja yang pertama? Menurut ayat-ayat itu, beberapa pokok sebagai acuan bagi gereja-gereja sekarang adalah sbb.:

1. Bertekun dalam pengajaran rasul-rasul. Karena ketekunan ini, ma­ka aspek pengajaran dalam gereja yang pertama itu tentu kuat. Ar­tinya, tidak mudah diombang-ambingkan oleh pengajaran sesat.

2. Bertekun bersekutu, satu hati, tekun berdoa dan saling membantu dalam kelebihan dan kekurangan masing-masing (fungsi sosial dari kepemilikan pribadi tinggi).

3. Bertekun dalam mengikuti Perjamuan Kudus.

4. Disukai semua orang atau masyarakatnya.Banyak simpatisan Kristen dalam masyarakat. Masyarakat mengagumi persekutuan dan cara hidup mereka. Mereka sehati sepikir. Tidak terdengar para pemimpin saling menjegal atau mematikan.

5. Makin bertambah-tambah jumlah anggotanya.

B. POKOK-POKOK DISKUSI

1. Bagaimanakah paham Saudara tentang gereja selama ini? Perlukah paham diperbarui? Jelaskan!

2. Menurut pengamatan Saudara, kebanyakan gereja itu berwawasan gereja sentris ataukah masyarakat sentris? Jelaskan!

3. Apa saja yang perlu dilakukan untuk merubah orientasi "gereja sentris" menjadi "masyarakat sentris"?

4. Gereja yang memasyarakat itu dapat dilukiskan seperti kantor pos Jelaskan!

5. a. Bagaimana upaya mengembangkan partisipasi umat untuk "mendirikan tanda-

tanda Kerajaan Allah" dalam masyarakat?

b. Bagaimana pengalaman Saudara selama ini mengenai panggilan ini?

Tidak ada komentar: