Minggu, 20 April 2008

Pertemuan 22


GERAKAN KHARISMATIK

Tujuan umum Katekmnen memahami pandangan, kekeliruan dan kelebihan gerakan kharismatik.

Tujuan khusus Katekumen dapat menentukan sikap terhadap gerak­an kharismatik.

PENGANTAR

Gerakan kharismatik aktif di mana-mana. Bahkan sikap mereka sering kurang bersahabat kepada gereja. Kita terpanggil untuk memahami dan menentukan sikap secara bertanggungjawab kepada gerakan ini. Secara berturut-turut, kita membahas pokok-pokok sbb.:

I. Riwayatnya

II. Ciri utama: baptisan Roh dan bahasa roh (glosolali)

1. Menekankan baptisan Roh

2. Menekankan bahasa roh

3. Menekankan penyembuhan ilahi

III. Bagaimana pendapat dan sikap kita tentang kharismata itu?

IV. Pandangan kita tentang gerakan ini

1. Kita bersikap terbuka

2. Kita mengoreksi gerakan ini

a. Tentang orientasi

b. Pandangan tentang karunia yang sangat agamis

c. Tentang pemisahan Kristus dan Roh Kudus

d. Tentang baptisan Roh

3. Daya tarik gerakan ini

V. Kesimpulan

A. URAIAN

I. RIWAYAT

Gerakan kharismatik juga disebut Gerakan Pantekosta atau Pentakosta Baru. Gerakan ini lahir di Amerika Serikat pada tahun 1535, berasal dari gerakan pembaruan di gereja Methodis yang dipelopori Charles Parham. la memang dianggap sebagai pelopor gerakan ini. Ia giat mengadakan kebangunan rohani untuk membangkitkan kesadaran gereja-gereja di negaranya yang ketika itu situasinya suam.

Sesudah berkembang, gerakan ini masuk ke Indonesia melalui Belanda. Gerakan ini sangat menekankan kharisma (tunggal/satu) atau kharismata (lebih dari satu). Karena itu disebut gerakan kharismatik. Kharisma atau kharismata berarti karunia rohani dari Tuhan untuk menguatkan jemaat atau orang beriman (Rm. 1:11).

II. BAPTISAN ROH DAN BAHASA ROH (BAHASA LIDAH) SEBAGAI CIRI UTAMA

Unsur gerakan ini ialah gerakan (movement) dan gereja-gereja pentakostal dengan ciri-ciri sbb.:

1. Menekankan baptisan Roh yang disertai dengan tanda-tanda kepenuhan Roh (Kis. 2:4), bahasa Roh (Kis. 10:46) dan roh bernubuat (Kis.19:6). Semua orang percaya harus dapat berbahasa roh. Menurut mereka, berbahasa roh adalah bukti bahwa ia telah menerima baptisan Roh. Baptisan Roh itu, menurut mereka, diberikan kepada orang-orang Kristen yang beriman tinggi. Pendapat ini berdasarkan ayat-ayat berikut:

a. Kis. 1:15; 2:1,2 tentang 120 orang yang telah lama mengikuti Yesus baru kemudian mengalami baptisan Roh.

b. Kis. 10 tentang Kornelius yang sudah lama percaya kepada Allah Israel tetapi baru kemudian menerima baptisan Roh.

c. Juga Kis. 19:1-7 tentang orang-orang yang dibaptiskan Yohanes Pembaptis kemudian harus dibaptiskan ulang. Turunnya Roh Kudus membuat mereka mampu berbahasa roh.

2. Menekankan Bahasa Lidah (Glosolali).

Penekanan bahasa lidah ini berdasarkan kata-kata Paulus bahwa ber­bahasa roh itu tidak disertai akal budi. Itu dapat teriadi karena ilham dari Roh Kudus. Orang yang berbahasa Roh itu sendiri, menurut mere­ka, tidak menyadari/mengetahui. Mereka mengharap agar Allah mengetahui apa yang ia bicarakan melalui bahasa roh itu. Menurut mereka, berbahasa roh itu tanpa emosi, tidak sama dengan ekstase atau kesurupan. Maksud dari berbahasa roh yaitu untuk membangun diri dan membangun jemaat (1 Kor. 14:27-28; 12:10). Mereka juga mengakui bahwa bahasa roh dapat disalah gunakan atau dapat ngawur tanpa makna.

3. Menekankan Penyembuhan Ilahi.

Gerakan ini menganggap bahwa kharisma atau kharismata itu khas dalam Perjanjian Baru saja.

III. PENDAPAT DAN SIKAP KITA TENTANG KHARISMATA

1. Apa Kata Alkitab Tentang Kharismata?

Kita harus bersikap kritis terhadap pendapat tentang baptisan Roh dan bahasa roh itu yang keduanya mereka pandang sebagai kharisma atau kharismata. Pendapat itu harus kita uji dari Alkitab. Apa kata Alkitab tentang kharismata? Apakah kharismata itu hanya ada di Perjanjian Baru? Kita perlu meneliti hal itu dari surat Roma, 1 dan 2 Korintus sebab keduanya berbicara tentang Allah memberikan kharismata.

a. Roma 11:29 Allah memberikan 6 karunia kepada Israel

1. Menjadi anak Allah ((bnd. Kel. 4:22; Ul. 14:1, 32:6; Yer. 31:9; Hos. 11:1)

2. Kemuliaan (Kel. 16:10; 40:34; Im. 9:6,23; Bil. 14:10,16:19; 17:7; 20:6).

3. Perjanjian (Kej. 6:18; 17:2,7,9; 15:18; Kel. 2:24).

4. Hukum Taurat (Kel. 20:1-17; Ul. 5:6-21)

5. Ibadah (Kel. 26 dst; 1 Raj. 5 dst)

6. Janji akan datangnya Mesias dan Kerajaan Allah (Yes.7:14; 11:1]

b. Roma 12:6-8 Karunia kepada jemaat

1. Bernubuat

2. Melayani

3. Mengajar

4. Menasihati

5. Membagi-bagikan milik kepada sesama

6. Memimpin

7. Kemurahan kepada sesama.

c. 1 Korintus 12:6-8 Allah memberikan 7 karunia yang berisi nasihat kepada jemaat

1. Bernubuat

2. Melayani

3. Mengajar

4. Menasihati

5. Membagi-bagikan

6. Memimpin

7. Kemurahan

d. 1 Korintus 12:8-10 Allah memberikan 9 karunia untuk kepentingan bersama,

1. Berkata dengan hikmat

2. Berkata dengan pengetahuan

3. Iman

4. Mujizat

5. Bernubuat

6. Membeda-bedakan roh

7. Berbahasa roh

8. Menafsirkan bahasa roh

9. Penyembuhan

e. 1 Korintus 12:28-30 Allah memberikan 5 karunia

1. Mengadakan mujizat

2. Untuk menyembuhkan

3. Untuk melayani

4. Untuk memimpin

5. Berkata denean bahasa roh

Catatan

1. Istilah kharisma atau kharismata (karunia) memang hanya disebut dalam Perjanjian Baru. Tetapi dari daftar tersebut ternyata Allah juga memberikannya kepada Israel (Perjanjian Lama). Allah telah memilih dan memberikan kharismata itu kepada Israel sekalipun mereka mengingkari atau tidak taat kepada Tuhan. Anugerah itu untuk meneguhkan panggilan dan pemilihan mereka sebagai umat pilihan Allah (Rm. 9:11).

2. Kemudian Paulus menyebutkan kharismata sebagai nasihat kepada jemaat dalam 1 dan 2 Korintus seperti dalam daftar tersebut di atas.

Daftar tersebut di atas hanya suatu contoh. Sebab 1 Korintus 12:11 menyebutkan: "Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang mengaruniakan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendak-Nya". Jadi, jumlah karunia itu tidak terhitung. Walaupun banyak karunia, ada satu yang terpenting, yaitu agape. Agape ialah kasih yang rela berkorban, sesuai dengan teladan Kristus.

2. Pertanyaan Terhadap Gerakan Ini

a. Apakah sesuai dengan agape (kasih yang mau berkorban)?

b. Apakah bermanfaat untuk membangun jemaat?

c. Tampilan: apakah sombong atau rendah hati. Kalau benar yang ada pada mereka itu karunia Allah, karunia itu akan membuat mereka rendah hati. Sikap sombong, termasuk kesombongan rohani, tidak mungkin bersumber dari karunia Allah.

IV. PANDANGAN KITA TERHADAP GERAKAN INI

1. Kita bersikap terbuka, positif dan menghargai gerakan ini. 'Terbuka" berarti bersedia berdialog dengan mereka, tidak tergantung bagaimanakah sikap mereka terhadap kita. Secara tulus dan tanpa prasangka (purbasangka) kita menghargai gerakan ini. Gerakan ini menjadi peringatan agar gereja-gereja berkembang menjadi gereja yang kharismatis. Artinya, menjadi gereja yang mengembangkan kharismata dari Tuhan, tidak supaya menjadi seperti mereka tetapi seperti yang dikehendaki Tuhan. Kalau gereja-gereja sungguh-sungguh mengembangkan karunia-karunia Tuhan, gerakan Kharismatik pasti akan mati sendiri. Roh Kudus itu menyatukan, tidak memecah-belah. Tetapi dalam kenyataannya banyak (tidak semua) gereja pentakostal dan gerakan ini saling menghakimi dan mereka ramai-ramai serempak menghakimi gereja-gereja dengan tuduhan "tidak ada api Roh Kudus". Kesombongan rohani ada pada mereka.

Tuduhan itu salah. Tetapi yang salah ini justru telah mengobarkan semangat mereka "menobatkan" orang-orang Kristen, membaptiskan ulang dan mencuri domba di mana-mana. Sejauh itu pun kita kita tidak boleh balik menyerang. Memprihatinkan sekali sebab sering mereka tidak malu di depan masyarakat umum untuk mengolok dan menye­rang saudara sendiri di dalam Kristus.

2. Koreksi. Dengan sabar dan kasih kita perlu mengusahakan dialog dan mengoreksi kesalahan mereka, sbb.:

a. Koreksi pertama: tentang orientasi. Roh itu melengkapi umat mampu bersaksi dan melayani masyarakat. Roh membangun orientasi jemaat kepada dunia. Solidaritas dan pelayanan kepada masyarakat miskin dan menderita adalah buah-buah karya Roh. Gerakan kharismatik yang mengaku serba Roh ini justru sebaliknya, mereka berorientasi ke dalam dan menjadi kelompok atau jemaat tertutup, mengabaikan masalah-masalah keadilan di dalam masyarakat. Sikap itu tidak sesuai dengan kasih agape.

b. Koreksi ke dua: pandangan tentang karunia yang sangat agamis.

Pandangan gerakan Kharismatik tentang karunia itu justru mengerdilkan karunia itu sendiri. Paham mereka tentang karunia ini sangat agamis: penyembuhan, mujizat, bahasa roh dll. Pandangan gereja-gereja Protestan yang lain tentang karunia lebih mementingkan aspek etis dari agape. Sadar situasi konteks bergereja, masalah kemiskinan dan ketidakadilan merupakan tantangan besar bagaimana aktualisasi agape didalam masyarakat. Dari penyelidikan tersebut di atas, ternyata karunia tidak hanya ada dalam Perjanjian Baru. Karunia gelombang pertama diberikan kepada Israel dan berikutnya kepada jemaat.

c. Koreksi ke tiga: tentang pemisahan Kristus dan Roh Kudus.

Dalam pandangan tentang baptisan Roh, gerakan Kharismatik memisahkan Kristus dengan Roh Kudus. Pandangan itu salah. Yang benar adalah, baptisan Roh diterima bersamaan dengan pertobatan seseorang. Lukas mengatakan "Bertobatiah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima Roh Kudus" (Kis. 2:38).

d. Koreksi ke empat: tentang baptisan Roh. Dasar dari pengajaran tentang hal ini sangat lemah. Dasar-dasar mereka dan pandangan kita adalahsbb.:

s Kis. 1:15; 2:1,2. Ayat ini bukan dasar untuk baptisan Roh. Tentang 120 orang yang disebutkan, memang belum mungkin waktu itu dibaptiskan sebab Yesus belum dimuliakan.

s Kis. 8:14-17. Ayat ini tak dapat dianggap sebagai dasar baptisan Roh. Kesalahan gerakan kharismatik ialah memisahkan antara Kristus dengan Roh Kudus. Menurut 1 Kor. 1:4-9 kita bersekutu dengan Kristus sekaligus berarti dengan Roh Kudus. Kristus dan Roh Kudus tak terpisahkan.

s Kis. 10, tentang Kornelius, perwira Roma, yang sudah lama percaya kepada YHWH, Allah Israel. Pertobatannya baru terjadi sesudah ia mendengar khotbah Petrus. Pada saat Pentakosta itu, Roh Kudus turun dan murid-murid Yesus berbahasa Roh (ay. 44,46). Ayat ini pun bukan dasar. Begitu lama Kornelius percaya tetapi baru dibaptiskan waktu itu tidak lain sebab waktu itu Yesus sudah dimuliakan dan Roh Kudus sudah turun.

s Kis. 19:1-7 tentang beberapa murid di Efesus yang belum menerima Roh Kudus. Jika kita membaca Kis. 19:1, mungkin mereka itu adalah murid-murid Apollos yang hanya mendengar tentang baptisan Yohanes. Sesudah mereka berjumpa dengan Priskila dan Akwila (18:26), barulah mereka memperdalam tentang Yesus. Bahwa mereka itu kurang pengetahuan, nyata dari 19:2 di mana mereka mengatakan bahwa belum pernah mendengar tentang Roh Kudus.

Yang benar: baptisan Roh diterima bersamaan dengan pertobatan. Hal ini nyata dari Kis. 2:38: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus".

Bagaimana hubungan antara Roh Kudus dengan baptisan air?

Baptisan air mempunyai arti penting seperti disebutkan dalam Yoh. 3:5: "Jika seorang tidak dilahirkan daii air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah". Baptisan air dan baptisan Roh saling terikat se­bagai satu kesatuan. Memang dapat terjadi keduanya tidak terlaksana pada saat yang sama. Kornelius dan keluarganya yang percaya kepada Yesus menerima baptisan Roh walaupun ketika mereka belum dibaptiskan dengan air. Titik tolak baptisan air ialah sunat dalam PL.

Sunat dan air adalah hal yang fisik (bendawi). Tubuh juga menjadi rumah Roh Kudus. Keduanya adalah tanda/materai perjanjian. Tentu saja baptisan tidak menyelamatkan. Hanya iman. Baptisan tanpa iman adalah sia-sia. Bayi dan anak-anak yang belum mengerti arti baptisan pun wajib dibaptiskan sebab mereka ahh waris perjanjian (Kis. 2:39). Tatkala mereka sidi, mereka menentukan sikap pribadinya terhadap janji Allah itu. Kita menolak pembaptisan ulang. Arti baptisan tidak tergantung bagaimana cara pelaksanaannya: percik atau selam. Yang mutiak ialah pembaptisan dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.

e. Koreksi ke lima: Tak ada keharusan berbahasa roh. Pertanyaan kita tentang bahasa roh, bahasa lidah atau glosolali. Keterangan gerakan ini tentang bahasa roh menimbulkan pertanyaan: dapatkah roh dipisahkan dari pikiran? Paulus memang membedakan tentang berbahasa roh dan berbahasa dengan pikiran.

Selanjutnya, Paulus menganjurkan agar bahasa roh tidak dipakai dalam ibadah sebab jemaat tidak mengerti dan bingung. Orang yang berbahasa roh, menurut mereka, tidak mengerti ia berbicara tentang apa, walaupun menolak disebut kesurupan. Tetapi, justru bahasa roh inilah yang mereka tuntut sebagai tanda seseorang menerima baptisan Roh.

Bagaimana sikap kita?

Memang Alkitab menyebutkan bahwa bahasa roh itu ada. Tetapi kepada siapa pun yang mengharuskan bahasa roh itu dilakukan, kita haras menolak! Bila kita membaca 1 Kor. 14: 4-16 adalah mustahil bagi siapa pun untuk memisahkan hal berbicara dengan bahasa roh dan berbicara dengan akal budi! Paulus menekankan bahwa karunia itu berbeda-beda, supaya saling bekerjasama (1 Kor. 12:8 dst). Pendapat mereka bahwa bahasa roh tidak ada hubungannya dengan emosi boleh kita dengar dan berharap agar mereka jangan ribut-ribut dalam masyarakat yang meng-hendaki saling toleran dan tenggang rasa.

2. Pertanyaan Tentang Daya Tarik Gerakan Ini

Kita hendaknya dengan cermat mengamati apakah sebenarnya daya ta­rik gerakan ini. Mengenai daya tarik ini, dapat berbeda-beda. Beberapa kemungkinan, sbb.:

Pemimpin kelompoknya. Biasanya gerakan ini mengkultuskan pemimpinnya yang ramah, penuh perhatian.

Mungkin khotbahnya berapi-api dan menarik.

Mungkin penuh perhatian kepada warga (kunjungan, antar jemput,sembako dll.).

Mungkin karena penyelenggaraan seminar mereka di hotel-hotel yang menarik bagi orang kota maupun desa.

Mungkin karena gerakan ini mengembangkan emosi. Tepuk tangan,menangis dan gembira ria.

V. Kesimpulan

1. Jasa gerakan ini ialah mengingatkan gereja-gereja tentang pentingnya karunia. Mereka berhasil mengobarkan semangat umat untuk gerak penginjilan. Kebanyakan gereja protestan cenderung legalistis, mementingkan kelembagaannya sedangkan mereka sebagai gerakan menjadi cukup lincah. Dengan mengingat perbedaan pandangan antara kita dan mereka mengenai karunia, tetapi gereja kita harus berterima kasih kepada gerakan ini.

2. Tuhan telah memberikan karunia kepada setiap orang beriman. Daftar karunia dalam Roma 12:6-8 dan 1 Korintus 12:8-10 harus dibaca "dalam terang" Roma. 9:4 dan dihubungkan dengan Roma 11:29. Dari situ ternyata karunia itu diberikan pertama kepada Israel banrkemudian kepada jemaat. Tidak benar bila mereka mengatakan bahwa karunia hanya disebut dalam PB. Daftar karunia dari ayat-ayat tersebut di atas hanya contoh dari karunia yang bermacam-macam dan tak terhitung jumlahnya. Karena itu kita harus terbuka untuk mehhat karunia yang lain. Tugas gereja ialah mengingatkan kepada gerakan ini bahwa karunia itu lebih dari yang mereka katakan.

3. Bahasa roh yang oleh gerakan ini dimutlakkan sebagai tanda kepenuhan Roh Kudus dan karenanya setiap warga gereja harus dapat berbahasa roh, tidak dapat diterima sebab tidak sesuai dengan Alkitab. Yang mutlak menjadi tanda kepenuhan Roh ialah kasih agape. Kasih inilah yang harus diwujudkan oleh semua warga gereja di semua bidang kehidupan.

B. POKOK-POKOK DISKUSI

1. Apakah gerakan kharismatik beroperasi di lingkungan gereja-gereja di sini? Bila ya, apa saja yang telah dilakukan oleh gereja-gereja kita disini?

2. Apa saja kekurangan atau kesalahan gereja-gereja sehingga timbul gerakan kharismatik?

3. Apa saja kesalahan gerakan kharismatik baik dalam paham teologi maupun dalam praktiknya? Bagaimana pendapat dan sikap saudara tentang hal itu?

4. Apa saja yang Saudara dapat lakukan untuk mendorong agar dapat
diselenggarakan dialog antar gereja-gereja dengan gerakan kharismatik di wilayah Saudara?

Tidak ada komentar: