Minggu, 20 April 2008

Pertemuan 34

AGAMA YAHUDI

DAN KATOLIK ROMA

Tujuan ummn Katekumen memahami

1. perbedaan,

2. Hubungan antara agama Yahudi, Katolik dan

Kekristenan

Tujuan khusus Katekumen dapat menentukan pandangan dan sikap

terhadap agama Yahudi dan Katolik.

PENGANTAR

Ada hubungan, persamaan dan perbedaan antara Yahudi-Kristen - Ka­tolik. Hal itu perlu kita ketahui dan sikapi. Agama Katolik dapat digolongkan ke dalam aliran-aliran Kristen. Di negara kita Katolik terdaftar sebagai salah satu agama di samping Kristen Protestan. Buku ini memasukkan Katolik dalam kelompok agama-agama. Sumber utama uraian ini adalah hasil penelitian DGI Jerih dan Juang (1979), bahan-bahan sejarah gereja dan beberapa tulisan dari gereja Katolik seperti disebutkan dalam daftar kepustakaan.

Pada judul ini kita akan membahas pokok-pokok sbb.:

I. Agama Yahudi

1. Latar belakang timbulnya agama Yahudi

2. Pengajaran

3. Lembaga keagamaan

4. Aliran atau golongan Yahudi

II. Agama KatoKkKatolik Roma

1. Latar belakang sejarahnya

2. Organisasi

3. Pengajaran

4. Pelayanan gereja Katolik

III. Pandangan kita tentang pengajaran Katolik Roma

1. Alkitab dan tradisi

2. Gereja membagi-bagikan keselamatan

3. Kesimpulan

A. URAIAN

I. AGAMA YAHUDI

Agama Yahudi atau Yudaisme ialah agama orang Yahudi yang tumbuh dan berkembang sesudah pembuangan di Babilonia.

1. Latar Belakang Timbulnya Agama Yahudi

Agama Yahudi muncul ketika Israel mengalami kegoncangan zaman. Pertama, runtuhnya kerajaan Israel Utara pada tahun 722 sM; kedua, runtuhnya kerajaan Yehuda yang disusul dengan pembuangan Israel ke Babilonia pada tahun 586-538 sM.

Walaupun Allah sendiri yang mengangkat raja, tetapi ternyata raja pun jatuh. Ambruknya kerajaan itu menimbulkan kesusahan pohtik dan iman sekaligus. Dalam situasi itu muncullah agama Yahudi atau Yuda­isme yang bertentangan dengan iman bangsa Israel. Tahun 586 sM. dianggap sebagai tahun lahirnya Yudaisme yang dipelopori Ezra yang memimpin Israel kembali dari pembuangan. Nama "Yudaisme" diangkat dari "Yehuda", salah satu suku Israel yang utama.

Di Indonesia Yudaisme tidak terdaftar sebagai agama di Departemen Agama RI. Di Surabaya ada sekelompok orang-orang Yahudi dan sinagoge, terdiri dari sekitar 25 orang, tidak mempunyai rabi. Masyarakat mengenal mereka sebagai orang-orang Arab sehingga tak pernah diganggu. Dilayani oleh rabi dari Singapura atau Amerika Serikat (untuk melayani baptisan. Anak umur 13 tahun harus dibaptis).

2. Pengajaran

a. Israel adalah umat pilihan Allah berdasarkan keturunan Abraham. Dari bangsa-bangsa lain, orang dapat masuk memeluk agama Israel.

Mereka disebut proselit dan dianggap lebih rendah. Pemimpin tertinggi ialah Imam Besar yang dibantu para rabi (guru), yaitu para ahli kitab suci. Menurut Yudaisme, wanita takluk kepada laki-laki, konsekuen dengan Kej. 2:18 (wanita sebagai penolong).

b. Percaya kepada kebangkitan orang mati.

c. Tentang Kitab Suci dan Taurat. Yang dimaksud dengan Kitab Suci ialah yang kita sebut Perjanjian Lama (bukan sebutan dari Yudaisme). Aslinya dalam bahasa Ibrani dan terjemahannya dalam bahasa Aram disebut Taigum. Kitab Suci terdiri dari Taurat (lima kitab Musa), kitab Nabi-abi [Nebiim) dan Surat-surat (Ketubim). Yang diang­gap terpenting ialah kitab Taurat (termasuk 10 Hukum atau Dasa Titah]. "Taurat" berarti penunjuk jalan atau pedoman kehidupan yang semula diterima nabi Musa di gunung Sinai. Mereka tidak mengenal kanon (penetapan kitab-kitab yang diyakini sebagai firman Tuhan). Yudaisme menjunjung tinggi wibawa Taurat yang dianggap berlaku di segala lapangan kehidupan. Di samping Taurat yang tertulis ada tradisi lisan mereka anggap sama nilainya dan peraturan tentang pantangan.

Contoh pantangan bagi orang Yahudi:

i. Daging dan ikan yang dimasak harus dihilangkan darahnya de­ngan direndam air garam 6 jam.

ii. Babi, bebek, merpati, ikan tanpa sisik (lele, belut, udang, kepiting dll) tak boleh dimakan.

Orang Yahudi melawan Yesus sebab Dia mengaku bahwa kewibawaan-Nya lebih tinggi daripada kewibawaan Taurat. Kitab Taurat Musa(Kejadian, Keluaran, Bilangan, Ulangan, Imamat) mereka pelajari dan berkesimpulan bahwa di situ terdapat 613 perintah. Kemudian mereka menyusun penjelasan mengenai semua perintah itu yang dihhnimpun dalam:

i. Talmud. Talmud ini terdiri dari dua bagian besar, yaitu:

InMishnah. Yaitu hlmpunanhimpunan tafsiran lisan oleh para ahli yang kemudian diteruskan golongan Parisi. Isinya terbagi dalam 6 bidang: pertanian, perkawinan, perayaan, hu­kum perdata, peraturan tentang benda-benda suci, per­aturan tentang kesucian dan kenajisan.

Gemara. Yaitu tafsiran tentang InMishnah.

ii. InMidras atau InMidrasim, yaitu peraturan tentang ibadah. Tempat ibadah mereka ialah sinagoge, hari ibadah ialah hari Sabat (Sabtu).

Bagi orang Yahudi, yang terpenting adalah tradisi, bukan kitab suci. Sebuah kitab mereka sebut suci karena umat menaati dalam praktik. Ini bertentangan dengan pandangan Kristen yang menganggap kitab suci itu suci dan karenanya harus ditaati. Yudaisme mementingkan perilaku, tidak mementingkan dogma (ajaran). Perjanjian Baru mereka terima sebagai kitab yang baik tetapi menolak Yesus itu Tuhan.

d. Korban. Manusia menerima Taurat sebagai anugerah Allah. Anugerah itu harus ditanggapi dengan ketaatan melaksanakannya. Te­tapi manusia tak dapat melakukan Taurat dengan sempurna. Rabi mengajarkan bahwa kekurangan itu diimbangi dengan korban sembelihan di Bait Allah. Mereka membuat peraturan, memutar- balikkan Taurat "demi kepentingan umum".

e. Mesias. Yaitu pahlawan perjuangan yang membebaskan Israel dari penjajahan asing.

f. Allah. Umat Yahudi mengaku bahwa Tuhan adalah satu-satunya Allah, disebut shema (=dengarlah), U1.6:4. Pengakuan ini monoteis murni. (mono berarti satu, theos berarti Tuhan). Menolak ketritunggalan Allah.

3. Lembaga Keagamaan

a. Sinagoge. Asal usul sinagoge tidak diketahui. Di dalam PL tidak ada. Ibadah di sinagoge makin berkembang karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan musuh, terutama pada masa pembuangan Israel di Babilonia. Sinagoge merupakan lembaga sebab mempunyai pengurus. Dipimpin Kepala Sinagoge yang juga bertugas menyusun jadwal khotbah. Ibadah Yahudi dilaksanakan di sinagoge ini tiap hari Sabat dan hari raya. Umat dianjurkan supaya puasa.

b. Sanhedrin. Sanhedrin adalah lembaga keagamaan yang berfungsi memerintah dan pengadilan tinggi. Ketua lembaga ini Imam Besar, menguasai daerah Yudea tetapi keputusannya berlaku bagi semua orang Yahudi. Pada tahun 70 M lembaga ini dibubarkan.

2. Aliran atau Golongan Yahudi

Banyak aliran atau golongan dari umat Yahudi, antara lain

a. Golongan Farisi. Golongan ini kecil tetapi sangat berpengaruh di an­araantara umat. Mereka menekankan tradisi lisan untuk meringankan beban hukum Taurat. Mereka percaya kebangkitan orang mati.

b. Golongan Saduki. Golongan ini terdiri dari para elit (petinggi) Yahudi seperti kerabat Imam Besar, tuan tanah dll. Mereka menguasai Bait Allah dan Sanhedrin. Mereka memegang teguh ajaran Musa, kurang peduli terhadap tradisi lisan. Tidak percaya akan kebangkitan orang mati. Golongan Saduki dan Parisi bekerja sama mengadili Yesus.

c. Golongan Essene. Golongan ini hidup mengasingkan diri dari masyarakat dan membiara, bertapa dan menekankan disiplin.

d. Golongan Zelotes. Ini bukan kelompok agama tetapi pejuang melawan penjajah Romawi.

II. AGAMA KATOLIK ROMA

I. Latar Belakang Sejarah

Agama Katolik mempunyai sejarah yang sangat tua. Misi Katolik memasuki Indonesia bersamaan dengan masuknya Portugis yang berdagang rempah-rempah. Pelopornya ialah Fransiscus Xaverius. Sejarah gereja Katolik di Indonesia dibedakan menjadi lima periode.

Periode pertama (1522-1660). Dalam periode ini terlaksana penanaman Injil di Maluku Utara, Maluku Tengah, NTT, Flores, Sulawesi Utara, Sumatera dan Jawa.

Periode kedua, zaman VOC (1596-1798), merupakan periode yang sukar karena VOC dan sultan-sultan yang beragama Islam menghentikan inmisi Katolik. Penginjilan di daerah-daerah tersebut di tambah Kalimantan yang baru dimulai, dihentikan. Terjadi kemunduran bahkan benih-benih Injil yang sudah ditanam itu mati.

Periode ketiga (1807-1859) misi ini bangkit kembali. Sesudah VOC jatuh, pemerintah Hindia Belanda melalui Gubernur Jendral Daendels pada tahun 1800 mengumumkan bahwa hak semua agama sama, boleh mengamalkan agama dan beribadah dengan teratur di Hindia Belanda. Peraturan itu kemudian dilengkapi dengan syarat "asal pelaksanaannya tidak mengganggu ketenangan dan ketertiban umum". Syarat ini dapat ditafsirkan seenaknya oleh para penguasa. Pemerintah Belanda mengangkat, memberhentikan, memindahkan dan menggaji pastor-pastor. Mereka menjadi pegawai pemerintah. Jumlah pastor sangat sedikit.

Mulai tahun 1845 gereja Katolik Indonesia dipisahkan dari gereja Katolik di Belanda, diperintah oleh uskup. Uskup pertama ialah J. Groof, ditahbiskan tahun 1845. la segera bertentangan dengan pemerin­tah sebab menonaktifkan tiga orang pastor yang pengajaran dan perilakunya tidak bernada Katolik. Gubernur menentang tindakan itu sebab merasa hanya pemerintah yang berhak memberhentikan mereka. Peme­rintah mengusir uskup. Jumlah pastor makin berkurang bahkan pada tahun 1847 tidak ada seorang pun pastor di Indonesia.

Pada tahun 1847 ada perjanjian antara Paus dengan pemerintah Be­landa, bahwa uskup berwenang mengangkat pastor. Calon yang akan diangkat itu harus mendapat persetujuan pemerintah. Pemerintah menilai calon itu dari segi apakah mengganggu ketenangan dan ketertiban atau tidak. Pemerintah menyediakan gaji pastor dan subsidi sebagian usaha-usaha gereja. Persetujuan ini membebaskan gereja dari campur tangan pemerintah dan memungkinkan perkembangan gereja selanjutnya. Uskup yang baru ialah PM Vrancken. la segera mengorganisasikan gereja. Pada tahun 1848 baru terdapat 9000 orang Katolik di Indonesia. Indonesia dibagi dalam beberapa wilayah pelayanan. Pastor berkeliling di daerahnya untuk mengunjungi dan membaptiskan. Satu paroki meliputi daerah yang sangat luas.

Tahun 1853 ditempatkan pastor di Bangka. Pekerjaannya meluas ke Belitung, Riau, Palembang, Deli dan Pontianak. Seluruhnya itu menjadi satu paroki. Banyak orang masuk ke agama Katolik. Waktu itu jumlah pastor belum sampai 10 orang. Tenaga-tenaga baru datang dari Roma dan Belanda: pastor Yesuit, suster dari tarekat Ursulin dan bruder dari tarekat S. Aloysius. Bruder membuka sekolah untuk anak laki-laki di Surabaya. Menyusul kemudian suster mendirikan sekolah untuk anak perempuan di Batavia. Bruder dan suster bekerjasama untuk mendiri­kan rumah sakit. Jaminan kebebasan beragama dan bergerak membuat gereja ini berkembang pesat. Terbentuk beberapa paroki tetap, yaitu Tomohon (1889), Makassar (1892), Medan (1892), Malang (1897). Muntilan (1897). Jumlah pastor 15 orang, Semua usaha itu untuk menunjang misi gereja.

Periode keempat, 1900-1960. Perkembangan gereja berjalan cepat walaupun mengalami berbagai kesulitan seperti, bahasa daerah yang sulit dikuasai (bahasa Melayu belum merata), sikap iri dari golongan lain, sikap pemerintah yang sering berubah-ubah. Pemerintahan kolonial menutup penginjilan di daerah-daerah yang dianggap Islam seperti Aceh, Banten, Minangkabau. Berbagai ordo, kongregasi masuk ke Indo­nesia sesudah tahun 1900. Sesudah proklamasi kemerdekaan 1945, gerak penginjilan ini lebih leluasa. Perkembangan yang cepat itu terjadi di Tapanuli (1974: 228.675 orang), Jawa Tengah (1974: 301.214 orang), Sumatera, Kalimantan dan kota-kota besar di Jawa. Pengalaman zaman Jepang (1942-1945) mengajar gereja untuk melaksanakan Indonesianisasi bidang ketenagaan.

Periode kelima, 1961-.... Periode ini disebut Masa Dewasa dalam Sating Ketergantungan. Masa ini dimulai dengan bedirinya hirarki di Indonesia. Dibentuk MAWI (Majelis Agung Wali Gereja di Indonesia). Untuk mengusahakan Indonesianisasi ketenagaan gereja didirikan seminari. Pada tahun 1974, orang asli Indonesia telah menduduki jabatan:Kardinal, 1 orang (=100%), Uskup 9 orang (=25%), Pastor 507 orang(=32%), Bruder 268 orang (=56%), Suster 2801 orang (=74%). Paus Paulus VI mengunjungi umat Katolik dan bangsa Indonesia pada tanggal 3-4 Desember 1970. Kunjungan ini memperkuat keberadaan umat Katolik Indonesia.

d. Organisasi Dan Pelayanan

i. Hirarki. Gereja Katolik di Indonesia merupakan bagian dari gereja Katolik sedunia. Kepengurusan gereja ini tersusun dari atas ke bawah, bagaikan kerucut, yaitu Paus (tertinggi), Uskup dan Umat Paus memerintah gereja didampingi oleh Dewan Kardinal yang beranggotakan 150 orang (110 orang diantaranya yang berhak pilih). Bentuk kerucut itu sesudah Konsili Vatikan II (1965) tetap dipertahankan, bedanya ialah cara membacanya: dari bawah ke atas.

ii. Propinsi gerejawi. Wilayah Indonesia terbagai menjadi 8 propinsi gerejawi, masing-masing diperintah oleh Uskap Agung (di Medan, Jakar­ta, Kupang, Ende, Merauke, Pontianak, Semarang, Makassar). Setiap propinsi gerejawi dibagi menjadi keuskupan. Ada 34 keuskupan, yang masing-masing dipimpin oleh uskup Sufragan. (Misalnya di Sumatera: Tanjungkarang, Palembang, Pangkal Pinang, Sibolga). Ada 26 orang us­kup Sufragan, selebihnya fungsi itu dirangkap oleh Uskup Agung. Sebuah keuskupan dibagi menjadi bebarapa paroki (=jemaat setempat), dipimpin oleh pastor (sering dibantu oleh Katekis). Paroki dibagi menja­di beberapa stasi (=kelompok/pepanthan).

Kesatuan gereja Katolik di Indonesia terorganisasikan dalam Majelis Agung Wali Gereja di Indonesia [(MAWI) yang kemudian menjadi Konperensi Wali Gereja di Indonesia ({KWI). Lembaga ini bersidang sekali setahun, mengambil keputusan bersama, menghormati hak-hak uskup setempat, menangani hubungan dengan pemerintah. Pengurus Harian KWI terdiri dari 8 orang (termasuk Sekjen), dibantu oleh 12 Komisi (a.l. Komisi Hubungan Antar Agama, Kateketik, Pendidikan, Sosial ekonomi, Seminari, Keluarga). Di samping Komisi ini ada Dewan/Lembaga, yaitu: Dewan Moneter, Lembaga Karya Kesehatan, Lembaga Biblika, Sekretariat Keadilan dan Perdamaian, Umat Allah dalam Peziarahan).

iii. Pelayanan Gereja Katolik

Dalam rangka misinya, gereja Katolik melaksanakan berbagai pelayan­an, sbb.:

Ø Pendidikan/Persekolahan

Tingkat dasar/menengah

Pelayanan bidang ini mulai sekitar tahun 1970. Pada tahun 1972 jumlah TKK, SD, SMP, SMA, Sekolah Kejuruan di Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, Sumatera, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Ma­luku dan Irian Jaya sebanyak 4226 unit. Yang terbanyak dari antaranya di Jateng dan Jatim. Mungkin karena kepadatan penduduk, ketersediaan guru dll.

Data tahun 1966 menunjukkan bahwa secara nasional, jumlah sekolah Katolik merupakan 4,98%. (Sekolah negeri 73,99% dan swasta lain 21,03%).

Perguruan tinggi

Universitas, 3 buah: Parahiangan (Bandung), Atma Jaya (Jakarta dengan cabang Yogya, Malang, Palembang, Makassar, Semarang), Widya Mandala (Surabaya dan Madiun). IKIP, 1 buah: Sanata Dharma (Yogyakarta). Sekolah Tinggi Filsafat, 1 buah: Driyarkara (Jakarta). Akademi, 3 buah: Akademi Perawat S. Carolus (Jakarta), ABA (Akademi Bahasa Asing) Prayoga (Padang), ABA Unika (Makassar). Lembaga/Institut 2 buah: Lembaga Pendidikan Management (Se­marang), Institut Teknologi Katolik (Semarang).

Ø Kesehatan

Pada tahun 1987 KWI (Konperensi Wali Gereja di Indonesia) membentuk PERDHAKI (Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia) sebagai wadah pelayanan bidang kesehatan. Dalam bidang ini gereja Katolik menyelenggarakan Rumah Sakit Umum (Katolik), Rumah Sakit Propinsi, Balai Pengobatan, Rumah Bersalin, Poliklinik, Sanitasi. Jumlah terbanyak dari unit pelayanan ini di Jateng, Jatim, Sulawesi, Maluku. Penyelenggaraan ini ditunjang dengan penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan sebanyak 32 sekolah.

Ø Sosial ekonomi

Pelayanan bidang ini dilaksanakan sejak tahun sekitar 1955 oleh banyak organisasi yang tumbuh dari "bawah" (keuskupan). Pihak MAWI/KWI hanya membimbing atau mengkoordinasikan secara umum. Sasaran pelayanan: buruh, petani, nelayan.

Ø Media massa

Bermacam-macam pelayanan mass media dilakukan. Yayasan Sanggar Prathiwi untuk program siaran radio dan TV, untuk TVRI dan RRI (pusat dan daerah), pemancar radio Katolik, harian umum KOMPAS, majalah bulanan BASIS, INTISARI dll.

3. Pengajaran

a. Manusia diciptakan sebagai citra Allah. Kemudian mereka jatuh dosa.

Dosa mencemari martabat manusia. Tetapi Allah mengasihi manusia.

b. Satu-satunya jalan keselamatan ialah Yesus Kristus.

c. Alkitab dan tradisi menjadi sumber iman. Iman adalah karunia Roh

Kudus. Iman itu hidup, ia menghasilkan cara hidup Katolik yang kemudian melahirkan tradisi. Tradisi lebih rendah daripada firman Tuhan. Di samping Alkitab, tradisi menjadi sumber iman bila isinya tidak bertentangan dengan Alkitab. Gereja Katolik mengajarkan bahwa penafsiran gerejanya terhadap Alkitab tidak mungkin salah.

d. Maria. Maria adalah ibu Allah (Yunani: teotokos) sebab Yesus, anaknya itu Allah. Tahun 1854 Paus menerbitkan dogma Maria tidak berdosa; 1950 Maria diangkat ke surga dan 1954 dogma baru lagi Maria Ratu Surga. Ia adalah 100% manusia tetapi tidak berdosa. Ia rahmat karena menerima "salam Maria". Ia tidak membuat mujizat tetapi menyebabkan terjadinya mujizat (perkawinan di Kana). Iman Maria itu sempurna. Walaupun ia tidak berdosa (sejak dikandungkan), tetapi ia ikut menanggung dosa (mati, dll.).

e. Gereja. Gereja adalah sakramen (tanda keselamatan). Paus, kepala gereja, adalah pengganti rasul Petrus. Sebab Petrus mati di Roma, maka Roma menjadi pusat gereja Katolik. Konsili Vatikan I (1870) memutuskan bahwa Petrus adalah kepala para rasul. Karena itu Paus sebagai penggantinya adalah kepala gereja. Paus bukan hanya pemimpin tetapi wakil Kristus, pemegang kekuasaan tertinggi atas gereja Selanjutnya, konsili juga menetapkan bahwa Paus tidak dapat salah bila menetapkan pengajaran dan moral.

f. Imam. Di dalam gereja ada imam (=pastor). Imam merupakan perantara antara Allah dengan manusia. Ia menjalankan tugas dari uskup. Jalan untuk ke jabatan imam ialah menjadi diakon (pelayanan) yang tak nikah dan terarah kepada imam. (Ada diakon yang nikah, tak mungkin menjadi calon imam). Imam harus tidak nikah (=selibat).

g. Sakramen. Dalam gereja ada tujuh sakramen (lih. pertemuan 19).

4. Pandangan Kita Tentang Pengajaran Ini

a. Alkitab dan tradisi. Alkitab dan tradisi tidaklah sama derajat atau

nilainya, walaupun pengalaman yang dimaksudkan itu tidak ber­tentangan dengan Alkitab. Alkitab adalah firman Allah dan pengalaman manusia adalah 100% manusiawi sifatnya. Pekerjaan Yesus justru mengoreksi pandangan tentang tradisi ini. Hal ini antara lain terlihat dalam kotbah di bukit (Mat. 5-7) di mana Yesus selalu membedakan pengajaran-Nya dengan tradisi yang dikoreksi-Nya, misalnya Mat. 5:21. Yang dimaksud dengan "nenek moyangmu" di situ ialah para sesepuh Israel yang menerima firman dan kemudian mengajarkan penafsirannya dengan menambahkan hal-hal baru atau meniadakannya. Lihat juga ayat 19. Perubahan itu juga dapat berarti: melunakkan tuntutan agar dengan dapat dipenuhi oleh umat atau membatasi tuntutan pada perbuatan lahiriah (membunuh, berzinah). Ini berarti tindakan memanipulasi Taurat. Dalam Midrasy, yaitu penjelasan dipakai di sinagoge, Zakaria 9:9 (tentang Yesus masuk ke Zion dengan keledai), cerita itu berubah menjadi cerita yang lebih panjang dalam Mat. 21:2-7. Ini berarti manipulasi Taurat. Yesus mengecam tradisi itu. Manipulasi itu berlangsung secara turun temurun dan menjadi tradisi. Yesus me­ngecam tradisi itu dan menegaskan bahwa kedatangan-Nya untuk memenuhi tuntutan Taurat. Kita menghargai tradisi yang baik, tetapi tidak setuju apabila tradisi disetarakan dengan Alkitab.

b. Tentang gereja yang menguasai dan membagi-bagikan keselamatan. Masalah imni erat hubungannya dengan keberadaan imam(pastor) yang menjadi perantara manusia dengan Kristus. Paulusbersaksi bahwa tidak ada seorang pun manusia yang benar (Rm.3:9, bnd. Ibr. 5:4). Kristus telah mati sebagai Imam Besar untuk selama-lamanya (Ibr. 6:28). Sesudah kenaikan-Nya, pengganti Kris­tus adalah Roh Kudus yang telah turun dan bekerja di dunia. Tugas imam itu adalah tugas semua orang beriman. Karena itu sakramen pengampunan (dahulu disebut biecht) tak dapat diterima. Demikian juga paham bahwa Paus adalah wakil Kristus dan tak dapat salah dalam menetapkan pengajaran dan moral. Bagaimana tentang Paus sebagai pengganti Petrus. Tugas pemberitaan Injil menjadi tugas semua orang percaya (bnd. 1 Pet. 2:9). Rasul tidak pernah digantikan.

c. Tentang sakramen (hh. Pertemuan 19)

d. Kesimpulan:

Ada silang pendapat yang bersifat fundamental (asasi) antara Katolik dan Protestan. Kedua pihak perlu membangun sikap dan hubungan dialogis, bersama-sama menguji pengajarannya dari Alkitab menuju kepada kesatuan sejati di dalam Kristus.

A. POKOK-POKOK DISKUSI

1. Apakah perbedaan dan persamaan antara agama Yahudi, Katolik dan Kristen?

2. Bagaimana pandangan terhadap pengajaran tentang keselamatan dari agama Yahudi dan Katolik?

3. Dalam rangka usaha saling memahami agama Kristen-Katolik, per­lu diselenggarakan pertemuan antar pimpinan kedua gereja tersebut. Bagaimana pendapat Saudara tentang pikiran itu?

4. a. Kerjasama di bidang apa saja yang dapat diselenggarakan oleh

gereja kita dengan gereja Katolik setempat?

b. Bagaimana pengalaman Saudara tentang hubungan dengan

pim­pinan dan umat Katolik setempat?

Tidak ada komentar: