Minggu, 20 April 2008

Pertemuan 27


GEREJA DAN NEGARA

Tujuan umum 1. Katekumen memahami pandangan Alkitab tentang negara/pemerintah.

2. Katekumen memahami hubungan gereja dan

negara

Tujuan khusus 1. Katekumen menghayati dan bersikap kritis terhadap masalah-masalah dalam hubungan gereja dan masyarakat.

2. Katekumen menyadari panggilannya untuk menjadi warga gereja dan warga negara yang bertanggung jawab.

PENGANTAR

Sejak proklamasi kemerdekaan kita mengalami dua proses sekaligus, yaitu proses menegara dan membangsa. Pada umumnya, pengaruh pemerintah terhadap rakyat itu kuat. Penyalahgunaan kekuasaan mudah terjadi. Gerakan reformasi di negara kita bersikap kritis terhadap pemerintah dan hal ikhwal kenegaraan. Kehidupan beragama rawan terhadap campur tangan pemerintah dengan alasan demi kesatuan dan persatuan, demi stabilitas, misalnya. Perjalanan kita selama ini membuktikan bahwa agama sering menjadi kuda tunggang politik melalui ideologisasi agama. Di sisi lain, kebanyakan gereja cenderung menganggap bahwa urusan negara adalah "urusan lain". Dari kata pengantar buku ini disebutkan bahwa salah satu masukan dari Konsultasi Penyusunan Buku Katekisasi yang diselenggarakan oleh Sinode (1988) mengharapkan agar katekisasi membantu katekumen untuk tumbuh berkembang menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Karena itu masalah gereja dan negara adalah masalah kita. Secara berturut-turut kita akan membahas pokok-pokok sbb.:

I. Negara Menurut Alkitab. Berdirinya Negara Kesatuan Indonesia dan Wawasan Kebangsaan

1. Timbulnya Negara

Berdirinya Negara dan Bangsa Indonesia Wawasan Kebangsaan Indonesia

II. Pandangan Kristen Tentang Negara. Hubungan Gereja dan Negara.

1. Pandangan Kristen tentang negara

2. Hubungan gereja dan negara

A. URAIAN

I. NEGARA MENURUT ALKITAB. BERDIRINYA NEGARA KESATUAN INDONESIA DAN WAWASAN KEBANGSAAN

1. Timbulnya Negara Menurut Alkitab

Negara bukanlah ciptaan Allah tetapi buatan manusia. Dari berita penciptaan, kita tidak mendengar apa pun tentang negara. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial dan keluarga besar. Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, Allah memanggil Abraham dan memilih Israel keturunannya menjadi umat-Nya (Kej. 12). Allah menghendaki agar Israel beribadah kepada-Nya saja, mengarungi sejarah dunia ini bersama dengan Dia serentak menjadi berkat bagi segala bangsa. Hubungan mereka dengan Alah bagaikan hubungan bapak dengan anak.

Di sisi lain, Kej. 11 menyebutkan adanya bangsa-bangsa) Dalam sejarahnya, Israel minta seorang raja (1 Sam. 8). Artinya, mereka ingin membentuk negara. "Berikanlah kami seorang raja untuk memerintah kami" (1 Sam. 8:6). Mendengar permintaan itu Samuel, hakim Israel saat itu, marah. Latar belakang permintaan itu adalah ketidakmampuan anak-anak Samuel dalam memimpin umat, bahkan mereka makan suap. Selain itu umat Israel ingin sama dengan bangsa-bangsa lainnya. "... maka kami pun akan sama seperti segala bangsa-bangsa lain ...", (1 Sam. 8:20). Israel meminta raja berarti mereka menolak Tuhan. Firman-Nya: "... bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi Raja atas mereka" (ay.7). Permintaan itu sebenarnya adalah pemberontakan kepada Allah. Apakah salah mereka? Dalam hal mengangkat raja atau membentuk negara ada masalah besar, yaitu masalah kekuasaan. Di dalam negara manusia menguasai manusia.

Manusia memang menerima kekuasaan atas makhluk-makluk la­in (Kej. 1:26,28}, tetapi tidak untuk menguasai sesamanya. Tiap orang diciptakan untuk saling bersaudara dalam kasih, satu sama lain itu sederajat, sama tinggi atau sama rendah. Hanya Allah yang memegang ke­kuasaan atas manusia. Kekuasaan itu sangat mencurigakan. Para penguasa cenderung menyalahgunakan kekuasaan untuk menindas, memperkaya diri,memperalat massa dll.

Samuel memperingatkan segala risiko itu, tetapi Israel tetap berkeras minta raja. Akhirnya, jadilah Saul raja yang pertama atas mereka. Saul menjadi raja tidak lepas dari campur tangan Tuhan yang menyiapkannya. Sejak itulah Israel menjadi negara, yang tidak lain karena mere­ka keras kepala. Terbentuknya kerajaan atau negara Israel itu tidak menghapuskan berlakunya prinsip teokrasi (paham tentang Allah sebagai Raja). Allah, Raja di atas segala raja, memerintah umatNya. Allah adalah sumber kekuasaan dari segala penguasa dalam setiap negara mana pun, baik Israel maupun yang bukan Israel. Gereja sebagai Israel baru, di mana saja, selalu hidup di dalam negara.

2. Berdirinya Negara Dan Bangsa Indonesia

Negara Indonesia berdiri pada tanggal 17 Agustus 1945 melalui proklamasi kemerdekaannya. Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum pengakuan bahwa negara ini hanya berdiri karena berkat dan rakhmat Allah Yang Maha Kuasa. "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya".

Pengakuan ini membuktikan bahwa bangsa Indonesia adalah bang­sa yang religius.

Sejak proklamasi itu berlanjutlah proses menegara dan proses membangsa. Melalui proklamasi itu kita menyatakan diri sebagai bang­sa yang satu, yaitu bangsa Indonesia. Rakyat yang terdiri dari berbagai suku, agama, adat, kebudayaan dll. yang tersebar dari Sabang sampai Merauke menyatu sebagai satu bangsa.

3. Wawasan Kebangsaan Indonesia

Proses membangsa ialah proses dari masyarakat yang berbeda-beda itu menjadi satu bangsa. Proses ini tidak pernah selesai, berlangsung sepanjang berdirinya Indonesia. Wawasan inilah yang menjadi semen perekat antar golongan/daerah. Dalam proses itu tersangkut persoalan bagaimana wawasan kebangsaan ini dipahami dan dihayati. Wawasan kebangsaan itu melahirkan semangat kebangsaan.

Suatu bangsa, termasuk Indonesia, terbentuk oleh sekurang-kurangnya empat kekuatan, sbb.:

a. Kesatuan, persatuannya, perasaan senasib sepenanggungan;

b. Kemerdekaan/kebebasannya;

c. Kepribadiannya;

d. Kesadaran tentang harkat dan martabatnya.

Empat kekuatan itulah yang menggerakkan Indonesia sejak berdiri­nya Budi Utomo pada tahun 1908. Kekuatan itu bergema lebih keras lagi pada sumpah Pemuda 1928 yang mengikrarkan satu bangsa, satu bahasa, satu Tanah Air, Indonesia.

Keempat kekuatan ini hidup di dalam sejarah Indonesia. Zaman dan tantangan-tantangannya berubah terus. Tetapi di tengah perubahan bagaimana pun keempat kekuatan tersebut harus kita pelihara. Semua boleh berubah tetapi keempat hal itu tidak boleh berubah. Ambruknya suatu bangsa ialah bila ia mengingkari atau tidak setia terhadap empat hal tersebut di atas. Itulah penyebab bubarnya negara Uni Sovyet, Yugoslavia, pecahnya India menjadi India yang sekarang, Pakistan dan Banglades. Generasi 45, yang sarat dengan pengalaman perjuangan kemerdekaan, akan habis meninggalkan kita. Adalah tanggung jawab kita untuk menjaga kelestarian bangsa kita, tanpa tawar-menawar.

II. PANDANGAN KRISTEN TENTANG NEGARA HUBUNGAN GEREJA DAN NEGARA

1. Pandangan Kristen Tentang Negara

a. Alkitab tidak berbicara tentang konsep sebuah negara. Alkitab hanya berbicara tentang hal-hal tertentu yang berhubungan dengan negara misalnya tentang perbudakan Israel di negeri Mesir, kejayaan negeri Babilonia dll. Kepentingan Alkitab ialah memberitakan karya penyelamatan Allah yang mencapai puncaknya dalam diri dan karya Yesus.

b. Negara merapakan salah satu bentuk kebersamaan kehidupan manusia. Di dalam negara terhimpun kekuasaan, berasal dari rakyat dan milik rakyat. (Pengertian ini kemudian menjadi dasar demokrasi). Keku­asaan dan kebebasan dalam negara menurut Alkitab adalah pemberian Allah. Karena itu rakyat mana pun bebas menentukan bentuk negara yang paling tepat untuk menjamin harkat dan martabat rakyat.

2. Hubungan Gereja Dan Negara

Ada bermacam-macam pandangan mengenai hubungan gereja dan ne­gara. Pertama-tama kita haras memahami ulang tentang gereja. Seharusnya kita memandang tidak gereja terlepas dari Israel. Tugas gereja yang lazimnya dirumuskan menjadi tritugas (bersekutu, bersaksi dan melayani) tidak lain adalah kelanjutan tugas Israel untuk menjadi berkat bagi segala bangsa, agar segala bangsa itu mengenai Tuhan. Baik Israel maupun gereja adalah alat di tangan Tuhan.

Di sisi lain, adakah sangkut paut antara negara/pemerintah dunia ini dengan pekerjaan Tuhan? Untuk menjawab pertanyaan itu kita perlu memahami kata-kata Yesus dalam Markus 12:17: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah ".

Yesus mengatakan ayat ini ketika berbicara tentang membayar pajak. Orang Israel enggan membayar pajak sebab secara ekonomi mau­pun secara agama pajak merupakan beban. Kaisar waktu itu menuntut dirinya sebagai anak dewa. Membayar pajak mereka artikan memberi upeti kepada dewa. Kita keliru bila kata-kata itu dianggap menyetarakan Allah dengan Kaisar, Yesus justru menolak kesetaraan itu. Menurut iman Yahudi, kehidupan ini seutuhnya adalah milik Tuhan. Kaisar minta sebagian kecil saja dari kehidupan ini (melalui pajak) sedangkan Allah menuntut kehidupan ini seutuhnya. Dengan ayat itu Yesus hendak mengatakan bahwa Kaisar itu di bawah Allah. Israel haras taat kepada Allah. Ketaatan kepada Kaisar adalah bagian dari ketaatan mereka kepada Allah. Dari uraian ini jelas bahwa pemerintahan Kaisar terjadi dalam "bingkai" pemerintahan Allah.

Dalam Roma 13 Paulus menegaskan: "... tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dan Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada ditetapkan oleh Allah" (ay. 1). Dari ayat ini juga jelas bahwa Allah menguasai semua pemerintah di dunia ini. Karena itu orang Kristen diminta supaya taat kepada pemerintah. Tugas pemerintah ialah mendatangkan kesejahteraan rakyatnya sebab Tuhan menghendaki agar umat-Nya sejahtera.

Selanjutnya, karena kekuasaan pemerintah itu di bawah kekuasaan Allah, maka ketaatan kepada pemerintah tidak boleh melebihi ketaatan kepada Allah. Bila pemerintah tidak mendatangkan kebaikan, jemaat boleh tidak taat kepadanya. Caranya? Dengan sikap sabar, tekun dan tabah untuk tetap meneruskan kebaikan Tuhan kepada pemerintah dan orang banyak. Tidak boleh dengan jalan kekerasan sebab jalan itu tidak sesuai dengan jalan Allah yang mendatangkan kebaikan bagj umat (Why. 14).

Bagaimana seharusnya hubungan gereja dengan negara/pemerintah? Berdasarkan uraian tersebut di atas kita menolak pendapat:

a. Gereja di atas negara/pemerintah.

b. Gereja di bawah negara/pemerintah.

c. Gereja terpisah total dari negara/pemerintah.

Kita setuju adanya pemisahan antara gereja dan negara/ pemerintah tetapi keduanya harus tetap saling berhubungan, antara lain karena warga gereja juga adalah warga negara.

Berpikir dan berbicara tentang negara/pemerintah adalah berpikir dan berbicara tentang bidang politik. Dari uraian di atas jelas bahwa negara/ pemerintah adalah hamba Allah. Alkitab berbicara tentang negara/ pemerintah berarti berbicara tentang politik! Karena itu kita tidak se­tuju bila gereja anti politik, Pendapat bahwa politik itu kotor perlu kita dengar dan waspadai. Bukan hanya bidang politik, melainkan semua bidang kehidupan rusak/tercemar/kotor oleh karena dosa dan karena itu pula perlu diselamatkan. Sikap anti politik tidak perlu dan sebenarnya memang tidak mungkin. Urusan KTP, pemilu, membayar PBB sebenar­nya juga urusan politik. Karena sikap gereja yang miring terhadap politik itu maka gereja kekurangan kader politik. Untuk menjadi gereja yang memasyarakat, gereja tentu harus berpikir, memiliki sikap politis dan melakukan pendidikan politik, yaitu membina warga untuk menjadi warga negara yang bertanggungjawab.

Tentu saja gereja tidak perlu melibatkan diri dalam politik praktis. Tidak perlu! Lebih dari itu, gereja perlu membuat kader-kader politik yang berkiprah di bidang itu dalam rangka karya Allah yang membebaskan. Bila panggilan ini dilalaikan? Gereja maupun umat akan selalu menjadi korban-korban politik! Bencana itu adalah karena kesalahan sendiri.

B. POKOK-POKOK DISKUSI

1. Mengapa Tuhan (melalui Samuel) semula menolak usul Israel tentang berdirinya negara Israel?

2. Kekuasaan itu berbahaya. Bahaya apa saja terkandung dalam kekuasaan?

3. Banyak pemimpin gereja yang anti politik.

a. Apakah sikap itu benar dan apa saja kerugiannya?

b. Bagaimana seharusnya?

c. Apa yang perlu Saudara lakukan menghadapi kenyataan itu?

4. Apa saja isi doa Saudara untuk negara/pemerintah selama ini?

Tidak ada komentar: