PERJANIIAN ALLAH DENGAN MANUSIA
Tujuan Umutn 1. Katekumen memahami apakah perjanjian Allah dengan ` manusia itu.
2. Katekumen mengetahui hubungan antara perjanjian Allah di satu sisi dengan Allah yang hidup di sisi lain.
Tujuan khusus 1. Katekumen menyadari dirinya sebagai anak-anak
perjanjian dan dapat merefleksikan pengalaman hidup pribadi mereka.
2. Katekumen dapat menilai kembali segala rencana, cita- cita dan perjuangan pribadi di bawah terang janji Allah.
PENGANTAR
Di bawah judul ini kita akan membahas beberapa pokok, sbb:
1. Latar belakang perjanjian Allah dengan manusia.
2. Perjanjian Allah dengan manusia. Wujud perjanjian itu: perjanjian dengan Nuh, perjanjian dengan Abraham, perjanjian dengan
3. Makna perjanjian Allah dengan manusia bagi orang beriman (tentang hubungan dengan Allah yang hidup, bahwa orang percaya adalah milik Allah, bahwa perjanjian itu menyemangati cita-cita dan perjuangan orang percaya, bahwa orang percaya adalah partner Allah dalam karya-Nya).
A. URAIAN
I. PERJANJIAN ALLAH DENGAN MANUSIA
2. Latar Belakang
Walaupun manusia jatuh ke dalam dosa, tetapi Allah tidak mencabut mandat atau kuasa untuk memelihara bumi dan segala isinya (Kej.
Kejahatan manusia berjalan terus. Lamekh, mungkin salah seorang keturunan Kain (Kej.
2. Perjanjian Allah Dengan Manusia
Melihat situasi itu Allah berpmkarsa mengadakan peijanjian dengan manusia. Perjanjian ini dilaksanakan antara dua pihak yang tidak sederajat, yaitu antara Tuhan dan manusia. Perjanjian itu semata-mata anugerah Tuhan. Dr. H. Hadiwijono dalam bukunya Iman Kristen me-nyebut perjanjian itu dengan "perjanjian kasih karunia". Dengan perjanjian itu Tuhan menegaskan kasih setia-Nya kepada manusia. Melalui perjanjian itu Allah menganggap manusia sebagai kawan sekerja-Nya. Manusia diminta supaya taat kepada-Nya. Bila taat, manusia akan diberkati. Sebahknya, bila tidak taat mereka akan dikutuk (Ul. 28:1-14).
Perjanjian Allah dengan umat-Nya diselenggarakan melalui upaca-ra yang sudah lazim pada waktu itu. Istilah "perjanjian" adalah terjemahan dari kata "berit". Kata berit sering dipakai sebagai kata gabungan menjadi berit karat. "Karat" berarti membelah. Dalam upacara itu ada hewan kurban yang dipotong kemudian dibelah. Belahan binatang kurban itu kemudian diletakkan secara berdampingan. Dua orang yang saling berjanji itu berjalan di antara belahan binatang itu dengan diberi sela atau jarak yang cukup untuk orang berjalan. Tindakan itu dianggap sebagai sumpah dan pernyataan bahwa mereka yang saling berjanji itu sudah menyatu (saling terikat). Sanksinya, siapa yang mengkhianati janji akan menemui nasib seperti hewan korban itu (bnd. Kej. 26:28-30; 31:52-54; Yer. 34:18).
Wujud Perjanjian
a. Perjanjian Allah Dengan Nuh
Hanya Nuh sekeluarga yang saleh saja yang selamat dari pembinasaan semua manusia dan hewan di seluruh dunia.
Isi perjanjian Allah dengan Nuh (Kej. 9:8 dst) sbb:
i. Keselamatan bagi Nuh dan segala keturunannya berikut segala makhluk hidup yang bersama-sama dengan dia.
ii. Tidak akan ada lagi bencana yang memusnahkan seluruh manusia danbumi.
Tanda perjanjian itu ialah pelangi. Perjanjian ini tidak hanya antara Allah dengan Nuh tetapi dengan semua manusia dan makhluk hidup di bumi. Ini berarti Allah melindungi semua makhluk yang hidup di bumi. Perlindungan itu dikiaskan dengan kata "busur", sebuah perangkat senjata panah (Kej.
b. Perjanjian Allah Dengan Abraham
Nuh mempunyai tiga orang anak, yaitu Sem, Ham dan Yafet. Ketiganya menjadi cikal bakal segala bangsa. Allah memberkati Sem dengan berkat yang istimewa, disusul Yafet. Sedangkan Ham dan keturunannya dikutuk menjadi budak (lih. Kej.
Isi perjanjian Allah dengan Abraham itu demikian:
i. Allah memberkati Abraham. ii. Keturunan Abraham akan menjadi bangsa yang besar. iii. Abraham dan keturunannya akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.
Di sini perlu ditambahkan keterangan tentang Abraham. Sebelum bernama Abraham dia bernama Abram. Abram berarti "bapaku yang mulia". Nama Abraham berarti "bapa orang banyak". Keistimewaan perjanjian Allah dengan Abraham ini ialah tanda sunat sebagai materai untnk setiap keturunannya sebagai anak-anak perjanjian (Kej. 17:7,10; bnd. Rm. 4:11). Pada waktu diadakan perjanjian mengenai sunat inilah Abram berganti nama Abraham.
Janji Allah untuk membuatnya menjadi bangsa yang besar menimbulkan pergumulan berat, karena sampai ia berusia lanjut belum juga diberi keturunan. Ia kuatir bahwa sampai mereka meninggal tidak dikaruniai anak sehingga janji Allah itu tidak terlaksana. Maka ia mengambil Hagar sebagai istrinya yang kedua berdasar saran Sarai yang waktu itu sudah putus asa. Dari Hagar lahirlah Ismail. Baru pada usia lanjut, saat Sarai sudah mati haid, ia mengandung dan melahirkan Ishak {Kej. 21:3).
Selanjutnya, Allah menguji iman Abraham untuk mempersembahkan Ishak di bukit Moria. Ia "lulus" dari ujian itu (Kej. 22:2 dst). Penulis kitab Roma memberi gelar kepada Abraham "bapa orang beriman" (Rm. 4:11).
c. Perjanjian Allah Dengan Israel
Dimulai dari pengasingan Yusuf, keturunan Abraham dari garis Ishak dan Yakub, di Mesir bangsa Israel berkembang sebagai golongan budak (Kel.l:7 dst.). Raja-raja Mesir menindas Israel karena dua alasan:
i. Dikuatirkan bila
iii.
Allah berkenan memperbanyak orang Israel di Mesir (Kel.
Melalui Musa, Allah berjanji untuk mengeluarkan Israel dari Mesir. Allah akan berbuat apa saja untuk itu. Dengan semua pekerjaan Tuhan itu terbukti kebenaran sabda-Nya kepada Musa "Aku Adalah Aku" atau "Akulah Aku" (Kel. 3:14) yang artinya, Allah akan mereka kenal dari perbuatan-Nya.
Tindakan Allah terhadap Israel dinyatakan melalui:
Pertama, Allah membuat sepuluh tulah untuk melumpuhkan Firaun yang keras hati agar ia mengizinkan Israel ke luar dari Mesir. Kesepuluh tulah itu adalah sbb.:
Sepuluh tulah Allah untuk mengeluarkan Israel dari Mesir
1 Air menjadi darah Kel. 7:14-25
2 Katak Kel. 8:1-15
3 Nyamuk Kel. 8:16-19
4 Lalat pikat Kel. 8:20-32
5 Serangan penyakit sampar kepada ternak Kel. 9:1-17
6 Barah Kel. 9:8-12
7 Hujan es Kel. 9:13-35
8 Belalang Kel. 10:1-20
9 Gelap gulita Kel. 10:21-29
10 Anak sulung semua orang Mesir mati Kel. 12:29-33
Setelah sepuluh tulah itu menimpa rakyatnya, Firaun terpaksa mengizinkan
Kedua, melalui Dasa Titah (Sepuluh Hukum) atau Dasa Firman atau Dekalog yang Allah berikan di gunung Sinai (Kel. 20:1-17). Isinya sbb.:
"Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan" (Kel. 20:1,2) | |
1 | Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku |
2 | Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya, sebab Aku Tuhan Allahmu adalah Allah yang cem-buru. |
3 | Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan |
4 | Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhan Allahmu. |
5 | Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan Allah kepadamu. |
6 | Jangan membunuh. |
7 | Jangan berzinah. |
8 | Jangan mencuri. |
9 | Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. |
10 | Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini istrinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu. |
Perlu kita perhatikan bahwa Dasa Titah ini didahului oleh berita anugerah yang menerangkan bahwa Allah telah membebaskan
Dalam pertemuan ini Dasa Titah hanya dilihat sebagai salah satu wujud perjanjian Allah dengan umat-Nya. Wujud itu menyatakan bahwa Allah menganugerahkan keselamatan/pembebasan dan memanggil umat supaya taat kepada-Nya. Tinjauan etis dari Dasa Titah akan kita bahas dalam pertemuan 43.
d. Perjanjian Allah Dalam Kitab PB
Pada umumnya orang Kristen lebih dekat dengan janji-janji Allah dalam PB. Janji itu tersebar dalam semua tulisan PB, yang isinya antara lain sbb:
i. Allah mengaruniakan keselamatan/hidup yang kekal kepada orang percaya (Yoh. 3:16; 14:6, Mrk. 16:16; Kis. 2:12; Rm. 4:25; 2 Kor. 5:18,19; Mrk. 16:15).
ii. Pemeliharaan semua orang percaya dari bahaya atau kekurangan (Mat. 6:25; Luk. 11:5-12; 10:19; Yoh. 15:1-8; Mzm.23:4; 27:5; 116:6; Rm. 8:35).
iii. Anak-anak orang Kristen adalah anak-anak perjanjian (Kis.
iv. Tentang keluarga campuran (orang Kristen dan bukan Kristen), pihak yang Kristen menjadi berkat bagi yang bukan Kristen (1 Kor.
v. Dalam jemaat orang-orang yang sungguh-sungguh percaya menjadi berkat bagi mereka yang sebenamya tidak percaya (ingat perumpamaan gandum bercampur dengan lalang, Mat.
vi. Kehidupan orang Kristen terpanggil supaya menjadi berkat bagi masyarakat dan bangsanya (bnd. janji Allah kepada Abraham, Kej. 12:2).
II. MAKNA PERJANJIAN ALLAH DENGAN MANUSIA BAGI ORANG PERCAYA
Perjanjian Allah dengan manusia menegaskan bahwa Allah adalah pen-cipta dan kita adalah makhluk, sekaligus menyatakan betapa Allah menghargai manusia berdosa ini sedemikian tinggi menjadi partner perjanjian-Nya.
Keyakinan itu menumbuhkan makna etis sbb:
1. Perjanjian ini mengingatkan agar semua orang percaya membangun hubungan pribadi yang mesra dengan Allah. Allah di sini dipahami dan diyakini sebagai Allah yang hidup.
2. Perjanjian itu meyakinkan bahwa semua orang beriman adalah milik Allah.
3. Perjanjian itu mengingatkan bahwa cita-cita, rencana dan perjuangan kita secara sadar haras diuji dan disesuaikan dengan kehendak Allah. Allah bekerja di dalam dan melalui kita. Bukan hanya Allah yang menentukan situasi dan prestasi kita tetapi juga kita sendiri. Kita menolak pengertian mengenai takdir atau nasib. Kita sering kuatir, was-was, ragu-ragu, kecil dan lemah, namun sebagai anak-anak perjanjian, kita tetap berpengharapan karena Allah itu setia memelihara kita. Janji-Nya pasti terwujud bagi kita. Perjanjian itu menyemangati kita untuk berjuang dengan tekun tanpa mengenai putus asa.
4. Perjanjian Allah dengan manusia ini mengingatkan bahwa orang percaya adalah partner Allah dalam karya-Nya menyelamatkan seluruh ciptaan dari segala dosa.
B. POKOK-POKOK DISKUSI
1. Apakah perjanjian Allah itu dan apa intinya?
2. Sebagai anak-anak perjanjian kita harus membangun kehidupan yang menjadi berkat bagi masyarakat kita.
a. Apakah kehidupan yang menjadi berkat itu?
b. Bagaimana caranya membangun kehidupan seperti itu?
3. Apakah cita-cita Saudara mengenai hari depan tentang pendidikan, kesejahteraan, teman hidup? Bagaimana hal itu disesuaikan dengan janji Allah?
4. Ceritakanlah pengalaman Saudara tentang percaya kepada janji Allah selama ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar