Minggu, 20 April 2008

Pertemuan 40


HIDUP YANG BERSYUKUR KEPADA TUHAN

Tujuan umum 1. Katekumen memahami arti hidup orang beriman

sebagai ucapan syukur

2.

2. Katekumen memahami apakah amalan Kristen.

Tujuan khusus Katekumen menyadari panggilan untuk berbuat amal

dalam segala bidang.

PENGANTAR

Dalam pertemuan ini secara berturut-turut kita akan membahas pokok-pokok sbb.:

I. Mengapa bersyukur?

II. Citra orang beriman

1.1.Penuh kasih. 2.Bersukacita senantiasa. 3.Damai sejahtera. 4. Sabar. 5. Murah hati. 6. Baik. 7. Setia. 8. Lemah lembut. 9. Menguasai diri. 10. Manusia yang utuh dan menghargaj kehidupan di dunia

III. Panggilan supaya berbuah banyak dan keharusan berteologi

Panggilan supaya berbuah banyak

Kita haras berteologi

a. a. Pengerutian

a.

b. b. Kerangka pikir b erteologi
i.
Prasyarat berteologi

ii. Persekutuan yang mnendengar Tuhan yang hidup

iii. Masyarakat yang berubah

iv. Usaha-usaha:

Konsientisasi

liberasi

c. Kerangka kegiatan berteologi

A. URAIAN

I. MENGAPA BERSYUKUR?

Kristus telah menyelamatkan dan menguduskan kita melalui pekeriaan Roh Kudus (1 Kor. 6:20, Rm. 8:1-2). Keselamatan itu semata-mata adalah pemberian (anugerah) yang kita terima secara gratis, bukan hasil perjuangan kita. Kita adalah milik Kristus (Rm. 7:14). Tidak ada maut, hidup, malaikat, pemerintah, kuasa-kuasa atau makhluk apa pun yang dapat meinisahkanmemisahkan kita dari kasih Kristus (Rm. 8:38-39). Sejak kita percaya kepada Kristus, "kusir" kereta kehidupan kita ialah Kristus yang bekerja melalui Roh Kudus di dalam kita dan melalui kita.

Karena pekeriaan Roh Kudus maka kita menanggalkan kemanusiaan yang lama, menjadi manusia baru (2 Kor. 5:17). Hal menjadi manusia baru itu tidak sekali jadi melainkan merupakan proses. Kemanusiaan baru itu tumbuh berkembang melalui proses pertobatan terus-menerus. Proses itu menempatkan kita di antara titik "sudah" dan titik "belum" Kita memang sudah diampuni. Tetapi kita masih haras selalu mhitaminta diampuni agar kelak secara final Tuhan mengampuni secara sempurna. Bagaimana caranya? Caranya bukan hanya dengan berdoa tetapi dengan belajar mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kita (Doa Bapa Kami). Di antara titik "sudah" dan "belum" ini kita harus mengerjakan keselamatan kita (Fil. 2:12 dst). Kalau tentang proses, ini diabaikan, kita akan terjebak pada impian kosong, percaya asal-asalan atau seenaknya. Kemanusiaan baru itu adalah proses penyerupaan dengan Yesus tentang bagaimana kita berpikir, berperasaan dan berbuat (Fil. 2:5).

Menerima anugerah keselamatan berarti bersyukur kepada Tuhan. Maka seluruh kehidupan orang beriman merupakan ucapan syukur atau ungkapan terima kasih kepada Tuhan. Paulus berkata: "Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu" (1 Kor. 6:20). "Tubuhmu" ini ber­arti seutuh kehidupan kita. Kata "muliakanlah" berarti perintah agar se­cara sadar kita memilih untuk memuliakan Allah dalam semua perkara, sesuai dengan teladan Yesus. Dalam bimbingan Roh Kudus, kita berjuang untuk melawan dosa. Di situ kemanusiaan yang lama makin pudar sedangkan kehidupan baru makin bertumbuh.

Dengan kata lain, kita makin menyerupai Kristus atau menjadi kristus-kristus kecil. Kita berpikir, berperasaan, menanggapi masalah-masalah dunia ini dan berbuat sesuai dengan teladan Kristus. Artinya, "bersyukur" bukan hanya dengan pikiran, ucapan tetapi juga perbuatan! Hal itu terlaksana berkat pertolongan Roh Kudus. Roh mendorong kita supaya meneladani Yesus. Dalam hal apa? Dalam hal ketaatan-Nya kepada Bapa di sorga dengan pikiran, perkataan dan perbuatan-Nya.

II. CITRA ATAU SOSOK ORANG KRISTEN

1. Penuh Kasih.

Penuh kasih berarti sabar, murah hati, berlaku sopan, cinta kebenaran dan keadilan; tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, tidak mendendam (bnd. Gal. 5:22-23, 1 Kor. 13:4-7). Sebagai manusia baru, kita makin mendekati kesempurnaan kasih agape, kasih tanpa pamrih dan tanpa syarat. "Agape" (Yunani, kata benda, artinya kasih dari kata kerja agapao, artinya mengasihi). Kasih agape ialah kasih yang tanpa pamrih, tanpa syarat, rela berkorban. Sekalipun musuh, harus kita kasihi dan doakan (Mat. 5:44). Manusia mengasihi Allah sebagai tanggapan yang patut terhadap kasih Allah (Ul. 6:5, 7:6-11). Jadi, kasih agape itu bersumber dari kasih Allah yang mencapai puncaknya di dalam Kristus yang rela sengsara dan mati untuk menyelamatkan manusia. Yohanes menyebut Allah itu kasih (Yoh. 1:14,17). Kasih seperti itu berlakui dalam segala sesuatu. Kasih agape ini adalah kasih yang tertinggi, paling mulia dan ideal. Kasih itu telah terlaksana secara sempurna di dalam kehi­dupan, ajaran dan tingkah laku Yesus. Dengan meneladani Yesus, kita makin mendekati kasih agape itu. Selain agape, ada istilah lain tentang kasih ini dengan pengertian yang berbeda. Yaitu philia (Yunani, kata benda berarti kasih atau phileo, kata kerja berarti mengasihi). Maksudnya, kasih persaudaraan atau kasih kepada sesuatu (Tit. 3:4, Yak. 2:23). Stergo, yaitu kasih yang melibatkan perasaan, mesra atau sebaliknya (Rm. 1:31; 12:10). Eros, yaitu cinta yang bersifat romantis antara pria dan wanita, istilah itu tidak terdapat dalam Alkitab.

2. Bersukacita Senantiasa.

Sumber sukacitanya dari Allah (Rm.l5:13). Tidak emosional, tidak tergantung dari situasi. Bagi orang beriman, kesenangan tidak membuatnya lupa kepada Tuhan sedangkan penderitaan akan mempeirerat hubungannya dengan Tuhan. Dalam penderitaan, orang beriman akan tetap bersukacita karena keselamatan dari Kristus itu adalah sumber penghiburan yang tidak pernah kering.

3. Damai Sejahtera.

Orang percaya membawa damai dan menjadi pendamai. "Damai sejahtera", terjemahan dari eirene (Yunani) atau syaloom (Ibrani), artinya, perdamaian di antara Allah-manusia dan perdamaian antar manusia, tidak ada penindasan manusia oleh manusia, sejahtera lahir batin karena Allah hadir di antara kita (Luk. 2:11,14). Sosok Kristus sendiri adalah wujud dari damai sejahtera itu dan Dia memberikan damai se­jahtera itu kepada manusia (Yoh. 20:19,20). Karena itu orang beriman itu selalu berjuang untuk berdamai dengan Allah dan semua orang. Bila ada permusuhan, ia berusaha mendamaikan. Bila orang lain memusuhi, dia membalas lawannya dengan kasih sayang. Lebih dari itu, orang ber­iman harus memperjuangkan agar damai sejahtera terwujud dalam hubungan antar manusia.

4. Sabar.

Orang percaya panjang sabar, suka mengampuni sesama tanpa syarat dan tanpa batas serta tahan (tabah) dalam meinikulmemikul kesusahan. Allah itu pengasih, penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya (Mzm. 145:8). Kesabaran Allah itu berhubungan dengan dosa dan pelanggaran manusia. Orang beriman tetap orang-orang berdosa. Allah tetap panjang sabar dan memberi kesempatan untuk selalu bertobat. Karena itu kita dipanggil supaya panjang sabar. Paulus menasihati agar kita saling bersabar dan saling mengampuni (Kol. 3:13). Sifat sebagai pengampun/ pemaaf itu harus dibuktikan dengan selalu mau mengampuni sesama tan­pa syarat dan tanpa batas, siapa saja, apa pun kesalahan mereka dan berapa kalipun. Itulah yang dimaksud Yesus "tujuh puluh kali tujuh" (Mat. 18:21,22).

Watak sabar ini juga berhubungan dengan penderitaan. Artinya, supaya kita tabah dalam penderitaan (2 Kor. 6:4,5). Kehidupan ini jangan dirusak oleh gerutu (sungut-sungut) atau caci maki. Orang Kristen Indonesia sudah terlatih menderita karena kesusahan yang datang dari mana saja, tentang apa saja. Dan selanjutnya daya tahan itu haras terus kita miliki. Kita mampu tabah dalam penderitaan bila kita menghayati betapa Yesus telah menderita buat kita.

5. Murah hati.

Kemurahan berhubungan pertobatan (Rm. 2:4). Pertobatan itu hanya terjadi karena Allah bermurah hati kepada manusia yang berdosa. Bukan hasil usaha manusia. Kemurahan Allah itu mengajar kita supaya bermurah hati kepada sesama dalam segala hal. Sikap itu termasuk da­lam realisasi mewujudkan hidup ini sebagai persembahan kepada Allah (Rm. 12:1). Hidup orang beriman adalah berbagi dan berkebajikan, ber­murah hati kepada siapa pun.

6. Baik.

Kepada dirinya sendiri baik, berbuat baik dan dikenal oleh masyarakat sebagai orang yang baik. Kebaikan Tuhan itu menjadi sumber segala kebaikannya (Mzm. 31:20). Allah memberikan segala kebaikan, bahkan juga memberikan Roh-Nya kepada kita (Luk. 11:9-13). Namun ini tidak berarti bahwa kita selalu mengalami yang baik-baik saja. Ada kalanya kita justru menerima yang menyusahkan. Kebaikan Allah mendorong supaya kita membuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran (Ef. 5:9). Mungkin pada suatu saat kita dihajar oleh Tuhan karena kesalahan kita. Penghajaran itu demi kebaikan kita (Ibr. 12:10). Karena kebaikan Allah, orang percaya harus menjadi orang-orang baik dan dikenal sebagai orang-orang baik dalam masyarakat (Fil. 4:5). Kejahatan haras dikalahkan dengan kebaikan. Kejahatan tidak boleh dibalas dengan kejahatan (Rm. 12:21). Itu luar biasa. Kalau kejahatan dibalas dengan kejahatan, itu biasa saja. Kita haras melakukan yang luar biasa itu.

7. Setia.

Yaitu, kesetiaan orang percaya kepada Yesus Kristus, tidak menyangkal Dia. Mengapa? Karena Allah itu setia. Dia menepati perjanjian dengan umatNya, memegang perintah-Nya turun temurun (Ul. 7:9). Karena itu orang beriman harus setia kepada Yesus sampai mati agar kelak menerima mahkota kehidupan (Why. 2:10). Kesetiaan itu dituntut dalam segala perkara di mana kita Yesus itu Tuhan.

8. Lemah lembut

Artinya, orang percaya bersikap lembut, rendah hati dan menjadi berkat bagi sesamanya. Sifat lemah lembut dan rendah hati itu dwitunggal. Sifat ini berhubungan dengan orang-orang kecil/lemah (Mat. 11:28). Sebagaimana Yesus menjadi berkat bagi orang-orang yang menderita, demikian juga orang percaya dipanggil supaya menjadi berkat bagi mereka.

9. Menguasai Diri.

Orang percaya mampu mengendalikan diri dalam semua perkara. Arti­nya, kemampuan untuk mengendalikan diri (pikiran, perasaan, kemauan) dalam urusan apa saja. Bila tidak mampu menguasai diri, seseorang potensial untuk melakukan kesalahan. "Kuasailah dirimu dalam segala hal" (2 Tim. 4:5 bnd. Tit. 2:6).

10 Manusia Yang Utuh Dan Menghargai Kehidupan Di Dunia

a. Manusia Yang Utuh

Kita menolak paham dualisme rohani-jasmani, daging dan Roh Alkitab memakai istilah daging (Ibrani: basar, Yunani: sarx). Kata ini sering dipahami secara salah dan bermuara pada sikap yang meremehkan dunia dan kehidupan sekarang.

Dalam PL kata itu dipakai untuk menunjukkan kefanaan (=ketidakkekalan) manusia. Nabi Yesaya dan pemazmur menggambarkan ma­nusia hanya seperti rumput yang akan kering dan layu (Yes. 40:6-7, Mzm. 90:5-6). Artinya, manusia itu fana karena ia adalah makhluk (ciptaan). Dalam penciptaan, Tuhan menghembuskan nafas-Nya ke dalam bahan kasar manusia yang dari tanah itu. Istilah daging atau basar di­pakai dengan pengertian yang berbeda. Daging menunjuk kepada tubuh jasmani manusia, sama dengan daging hewan (Kej. 40:19, Im. 6:27). Istilah itu juga dipakai dengan pengertian manusia seutuhnya (Ams. 14:30).

Dalam PB, istilah "daging" (sarx) dipakai dalam beberapa arti. Pertama, berarti kehidupan manusia seutuhnya. Misalnya, kata-kata Paulus tentang dirinya: "... di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik" (Rm. 7:18, bnd. 2 Kor. 7:5). Yesus juga memakai kata "daging" dalam arti manusia ketika mengingatkan kelemahan murid-murid-Nya sehingga mereka harus berjaga dan berdoa agar tidak jatuh dalam pencobaan. Kata Yesus: "... roh memang penurut, tetapi daging lemah" (Mat. 26:41). Kedua, istilah itu berarti hawa nafsu dan keinginan duniawi yang dianggap sebagai dosa yang melawan Allah (1 Kor. 15:50, Ef. 2:1). Misalnya dalam Gal. 5:19-21: "Perbuatan daging telah nyata, yaitu percabulan, kecemaran, hawa nafsu ..."

Dari uraian tersebut di atas nyata bahwa manusia itu utuh, kesatuan roh dan tubuhnya. Bila kita sakit misalnya, yang sakit adalah seluruh "aku" kita. Memang istilah "daging" juga dipakai dalam arti hawa nafsu dan keinginan duniawi. Kehidupan yang menurutkan hawa nafsu dan keinginan duniawi itu disebut "hidup dalam daging". Itulah kehidupan yang mencelakakan. Kita harus hidup "hidup dalam Roh". Itulah hidup yang menuju keselamatan (Rm. 8:9, Gal. 5:16).

b. Menghargai Kehidupan di Dunia Sekarang

Tidak ada alasan bagi pendapat bahwa daging (tubuh, jasmani, dunia, ekonomi, kebudayaan, sejarah, kehidupan di dunia ini) lebih rendah, kurang penting, sepele, najis berdosa. Pandangan yang merendahkan kehidupan sekarang dapat berasal dari pengaruh Kejawen, agama Hindu dan Buddha atau kebudayaan. Kita menolak paham dualisrilme yang mempertentangkan urusan rohani dengan urusan jasmani/duniawi. Tidak ada anjuran dari Alkitab agar kita meremehkan urusan duniawi.

Banyak orang Kristen yang menarik garis tegas antara urusan gereja dan urusan masyarakat. Dan selanjutnya menganggap bahwa urusan ge­reja adalah urusan rohani, urusan masyarakat bukan urusan gereja. Pan­dangan itu kita tolak sebab melupakan bahwa dunia ini seluruhnya ada­lah ladang Tuhan. Hidup di dunia ini penting. Urusan kehidupan di semua bidang (politik, ekonomi, hukum, kebudayaan, kesehatan, pendidikan, ketrampilan dll.) adalah penting. Hanya dengan menganggap dunia dan panggung sejarah ini penting, kita dapat menghargai hidup di dunia ini dan melaksanakan tugas panggilan Tuhan untuk dunia ini.

Sebaliknya bila kita meremehkan kehidupan sekarang, mustahil ki­ta menganggap penting masalah ketidakadilan bagi orang-orang kecil, kemiskinan, pengangguran dll. Seluruh kehidupan memang telah tercemar/rusak karena dosa tetapi di dalam seluruhnya itu pula pembebasan Kristus berlaku menuju ke pembaruan di mana Allah menjadi semua di dalam semua (1 Kor. 15:28b). Tuhan sedang bekerja dalam semua itu dengan berbagai cara dalam kebebasan-Nya yang tidak seluruhnya kita pahami karena keterbatasan akal budi. Allah memanggil kita supaya menjadi menjadi kawan atau initramitra kerja-Nya (1 Kor. 3:9, bnd. 2 Kor. 5:20-21). Allah yang melalui Roh Kudus bekerja adalah subjek pertama dan kita sebagai subjek kedua.

III.II. PANGGILAN SUPAYA BERBUAH BANYAK DAN

III. BERTEOLOGI

Uraian tentang sosok orang beriman tersebut di atas (no II) menjadi ukuran yang bersifat normatif. Artinya, watak dan perbuatan yang harus diwujudnyatakan dalam kehidupan di jemaat dan masyarakat sekaligus. Tentu tidak dapat dibantah bahwa banyak orang Kristen yang tidak sesuai dengan ukuran normatif itu. Tuhan menghendaki supaya kita me-ngeluarkan buah-buah iman. Untuk itu kita harus berteologi senantiasa.

1. Panggilan Supaya Berbuah Banyak

Tuhan menghendaki supaya kehidupan semua orang beriman berbuah bagi-Nya. "... agar kita berbuah bagi Allah" (Rm. 7:4; bnd. Yoh.l5:l-8, Tit. 3:14; Rm.l:13). Iman Kristen tidak boleh menjadi pengakuan atau slogan, melainkan harus membuahkan buah-buah iman seperti, kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, dst. Sebagaimana telah diuraikan. Perintah supaya berbuah banyak ini berlaku dalam semua bidang kehidupan. Misalnya, bidang keagamaan, politik, ekonomi, kesehatan, lingkungan hidup, HAM (Hak Asasi Manusia) dll. Di mana tempatnya? Di jemaat dan masyarakat.

Contoh buah-buah iman yang dapat terjadi melalui proses berteo­logi berdasarkan iman, sbb:

1. Kasih w Memberitakan Injil dan Merlayani membawa

orang-rang mengenal Tuhan.

w Mengusahakan Beasiswa anak putus sekolah

w Memberikan ketrampialan bagi penganggur.

w Memperjuangkan kelayakan UMR (Upah

Minimum Regional) bagi Buruh.

w Memeperjuagkan kelayakan penggantian dalam

pembebasan tanah.

w Menghadapi pengrusakan gereja dengan

pendekastan dan musyawarah.

w Menyelenggarakan gerekan KB/Kesehatan

masyarakat, memerangi narkoba, gerekan

menabung.

w Menentang pencemaran Limbah Industri.

w Membina anak-anak jalanan.

2. Sukacita w Tidak menggerutu baik dalam mewngalami

kesusahan.

3. Damai w Membela kerukunan masyarakat

Sejahtera w Bersahabat dengan semua orang

w Memperjuangkan kesejahteraan orang lain.

4. Kesabaran w Bersabar terhadap orang-orang fanatic.

w Mengampuni para pemfitnah dan penyebar isu.

5. Kemurahan w Suka Memberi/berbagi berkat kepad sesame.

w Suka mempersembahkan.

w Membantu biaya sekolah anak-anak putus

sekolah.

w Menyantuni janda,yatim piatu, orang-orang

jompo.

w Menolong Orang sakit.

6. Kebaikan w Hormat kepada umat beragama lain.

w Menaati kewajuban kampong, gotong royong,

ronda, bayar PBB, hadiri petemuan-pertemuan.

7. Kesetiaan w Teguh iman terhadap kenaikan pangkat.

w Tidak menikah secara agama lain karena cinta

buta.

w Menolak uang yang tidak halal.

8. Kelemahlembutanw Lemah lembut dalam pergaulan dan organisasi.

w Lemah lembut dalam memperingatkan kawan/

lawan.

9. Pengusaan diri w Tidak emosional bila menghadapi iming-iming.

w Penuh pertimbangan dalam berkeputusan.

Kita berharap agar orang-orang lain mengenal Tuhan dengan melihat kesalehan Kristiani (Rm. 14:19). Walaupun demikian, amalan Kristen itu harus murni, tanpa pamrih. Di balik kesalehan itu ada Kristus, yang melalui Roh Kudus bekerja di dalam dan melalui kita. Kesalehan yang nyata itu sekarang sangat dibutuhkan. Masyarakat memandangnya sebagai tanda dari kuahtas keagamaan seseorang. Adakalanya dianggap sebagai bukti kebenaran agama. Banyak orang beragama hanya rajin beribadah tetapi berperilaku yang justru bertentangan dengan pengajaran agamanya. Perkembangan jemaat GKSBS yang bermula dari orang-orang Kristen yang tersebar di daerah transmigrasi dan desa-desa telah diberkati menjadi jalan bagj banyak orang untuk datang kepada Tuhan. Da­lam situasi sekarang yang berbeda daripada situasi mereka, kehidupan Kristiani yang berkebajikan itu harus kita bangun. Kita harus membangun kehidupan yang beretika sekaligus bermoral.

2. Kita Harus Berteologi Senantiasa

a. Pengertian

Perintah supaya berbuah banyak itu menuntut supaya kita berteologi senantiasa. Berteologi bukan monopoli para lulusan sekolah teologi tetapi hak/kewajiban dari semua warga gereja. Dari sejarah pertumbuhan GKSBS, para cikal bakal gereja itu mampu berteologi. Karena itu mereka mampu mengembangkan identitas Kristen mereka di dalam masyarakat.

Teologi adalah jawaban terhadap penyataan Allah kepada kita. Allah itu adalah Allah yang hidup. la bekerja di dalam dunia ini, la memberi petunjuk kepada umat-Nya tentang bagaimana mereka harus hidup dan berbuat sesuai dengan iman. Di sisi lain, orang Kristen dan jemaat bergumul bagaimana menanggapi karya Allah yang berlaku bagi dirinya, bagj jemaat dan masyarakat itu. Pergumulan itu menghasilkan teologi. Karena keterikatan kita kepada ruang dan waktu, maka teologi juga terikat ruang, waktu, terbatas, tidak mutlak dan selalu kontekstual. Di sisi lain, iman adalah juga jawaban terhadap penyataan dalam bentuk lain secara perorangan. Tetapi teologi dan iman adalah dua hal yang berbeda.

Berteologi itu dilakukan secara sadar, sengaja, aktif dan reflektif. Kita merefleksi penyataan Allah itu (kita renungkan dan kemudian kita cerininkan dalam ucap dan tindak), kita hubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Setiap warga mempunyai pandangan teologis karena mere­ka beriman. Pandangan teologis itu disadari atau tidak, teratur atau tidak, logis atau tidak. Teologi itulah yang menjadi dasar dari pembentukan watak, tutur kata, pikiran dan tingkah laku dan budaya mereka. Teologi seperti itu disebut teologi operatif. Artinya, teologi yang nyata, yang hidup dan berfungsi dalam kehidupan orang percaya (bnd. Judo Poerwowidagdo, 1992, hlm. 123).

b. Kerangka Pikir Berteologi.

Adi Pidekso mengemukakan kerangka pikir yang dapat menjadi pertimbangan dalam berteologi. Secara ringkas penjelasannya sbb:

i. Prasyarat untuk berteologi.

Kesediaan kita untuk refleksi atau dialog dengan diri sendiri menjadi prasyarat yang harus kita penuhi untuk berteologi. Pertanyaan "siapa aku?", "apa tugasku?", adalah refleksi dan dialog dengan diri sendiri. Dalam refleksi, kita menghayati tindakan atau karya Tuhan di dalam kehidupan ini. Dia adalah Tuhan yang hidup, bekerja dalam kehidupan kita dan masyarakat luas. Re­fleksi ini akan menghasilkan kesadaran tentang diri sendiri, keberadaan dan pergumulan kita. Ilmu sosial seperti komunikasi, managemen dll. dapat membantu refleksi ini.

ii. Persekutuan yang mendengar Tuhan yang hidup.

Persejaituan je-maat bukanlah tujuan tetapi alat. Bersama-sama dengan saudara seiman, kita mendengar kehendak Kristus dan menghayati karya-Nya bersama-sama. Berbagai sarana telah tersedia untuk itu. Misalnya, kelompok PA, katekisasi, ibadah dll. Kegiatan mendengar Tuhan dan menghayati karya-Nya ini dapat pula menghasilkan simbol-simbol yang baru tentang jati diri kita sebagai umat.

iii. Masyarakat yang berubah.

Jemaat dan masyarakat tidak terpisahkan. Perubahan dalam masyarakat juga mempengaruhi jemaat. Allah yang hidup itu setia dan karya-Nya berjalan terus baik di jemaat maupun masyarakat. Jemaat bertanya kepada-Nya dan Dia akan menunjukkan pilihan-pilihan tentang apa dan bagaimana orang Kristen dan gerejanya melayani masyarakat.

iv. Usaha-usaha.

Untuk menunjang kegiatan berteologi ini penting dilaksanakan kegiatan sbb.:

Konsientisasi, yaitu untuk menyadari panggilan dan memahami

situasi dan masyarakat yang sedang berubah dengan kritis.

Liberasi, yaitu usaha-usaha untuk membantu jemat agar mereka

secara bersama-sama membebaskan diri dari segala pandangan (wawasan), kebiasaan-kebiasaan dan ikatan-ikatan yang dapat menghambat penghayatan berteologi. (Adi Pidekso, 1987, hlm. 210-213).

c. Kerangka kegiatan berteologi. Kerangka pikir tersebut di atas dapat kita pakai dengan "bingkai" simbol dan motto GKSBS, menjadi bagan bagan kegiatan berteologi, sbb.:




Keterang

Keterangan :

i. Keberadaan gereja di dalam dunia digambarkan dalam sentuhan kotak

simbol dan motto

ii. Spiral menunjukkan mekanisme kehidupan gereja : kumpul mencar,

gerak

yang dinainisdinamis, mondar-mandir antara gereja dengan duniaa/masyarakat

B. POKOK - POKOK DISKUSI

1. Mengapa orang Kristen harus bersyukur lahir batin?
Berilah contoh-contoh dari pengalaman dan terangkan!

2. a. Apakah kehidupan orang Kristen dan jemaat sesuai dengan citra

orang beriman menurut uraian tersebut di atas? Terangkan!

b. Apabila tidak, usaha apa saja yang perlu dilakukan agar citra orang beriman/jemaat makin mendekati yang dikehendaki Tuhan? Terangkan!

3. Bagaimana pandangan Saudara mengenai kehidupan dunia sekarang dan bagaimana sikap terhadap masalah-masalah masyarakat di sini?

4. Berteologi harus merupakan kegiatan rutin kita masing-masing dan jemaat. Bagaimana caranya dan terangkan!

Tidak ada komentar: