Minggu, 20 April 2008

Pertemuan 23


KEESAAN GEREJA

DAN GERAKAN OIKUMENE

INTERNASIONAL

Tujuan Umum Katekumen memallaini:

1. Apakah gerakan oikumene itu.

2. Dasar-dasar Alkitabiah gerakan oikumene.

3. Latar belakang gerakan oikumene

4. Mengapa gereja-gereja harus bersatu.

Tujuan khusus 1. Katekumen dapat menentukan sikap terhadap gerakan oikumene

2. Katekumen mengetahui bagaimana mengaktualisasikan hasil-hasil

SR I DGD.

PENGANTAR

Dalam pertemuan ini kita akan membahas keesaan gereja dan gerakan oikumene dengan tujuan agar katekumen mengetahui dan menghayati panggilan untuk menjadi anak-anak oikumene. Kita akan membahas pokok-pokok sbb.:

a. Pesan Alkitab

1. Filipi 1:1-17

2. Yoh. 17:21

II. Oikumene dan gerakan oikumene

III. Keesaan yang bagaimana?

IV. Latar belakang gerakan oikumene

1. Usaha bersama orang-orang Kristen

2. Ikatan-ikatan gereja-ggereja se aliran pada abad 19

3. Akar gerakan oikumene

a. Gerakan Zending

b. Konperensi Zending se dunia 1910

V. Persiapan pembentukan DGD (Dewan Gereja-gereja se-Dunia)

VI. Pembentukan DGD, SR DGD 1,1948

A. URAIAN

b. PESAN ALKITAB: "SUPAYA MENJADI SATU"

Setidak-tidaknya ada dua bagian dan ayat Alkitab yang berbicara tentang pesan agar murid-murid Yesus menjadi satu:

1. Filipi 2:1-11

Ayat-ayat ini merupakan nasihat Paulus ketika jemaat Filipi terancam untuk pecah. Di jemaat ada golongan-golongan yang saling bermsuhan satu sama lain. Dalam situasi itu Paulus menekankan supaya mereka menjadi satu. Nasihat itu berdasarkan kehendak Kristus agar gereja-Nya utuh. Paulus menasihati agar jemaat sehati sepikir, satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan, saling merendahkan diri serta saling mengasihi. Paulus minta agar jemaat jangan menuruti kemanusiaan mereka tetapi supaya berpikiran dan berperasaan seperti Yesus serta meneladan Kristus yang merendahkan/mengosongkan diri itu.

2. Yohanes 17:21

Kristus mendoakan agar murid-murid-Nya bersatu, kata-Nya: "Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku" (Yoh. 17:21).

Murid-murid diharapkan supaya menjadi satu. Kesatuan itu sendiri bukan tujuan melainkan "alat" kesaksian supaya dunia ini percaya akan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Jadi, Tuhan sendiri yang menghendaki supaya gereja-gereja itu bersatu. Karena itu panggilan supaya menjadi satu ini tidak layak untuk dianggap enteng. Kita menyikapi panggilan untuk menyatu ini tidak boleh bertolak dari mau atau tidak mau, senang atau tidak senang atau tawar menawar. Sikap seperti itu tidak mengormati Tuhan. Keesaan itu merupakan anugerah dan sekaligus panggilan (=perintah), yaitu perintah untuk mewujudkan angerah itu menjadi nyata. Gereja yang benar ialah berwatak oikmnenis. Artinya, selalu mau bersaudara, mau terlibat dan berpartisipasi dalam kepentingan dan masalah bersama, ingin rukun dengan umat Kristen dari gereja mana pun.

II. OIKUMENE DAN GERAKAN OIKUMENE

Sesuai dengan kesaksian Alkitab, umat Kristen sebenarnya adalah satu karena iman kepada Kristus yang satu. Gereja adalah tubuh Kristus yang kelihatan di dunia ini (Kol. 1:18, Ef. 1:23) dan Kristus adalah Kepala dari tubuh itu (Ef. 1:22, 4:15). Karena Kristus itu satu maka seharusnya gereja satu. Tetapi dalam kenyataannya gereja terpecah belah. Banyak aliran (=denominasi). Lebih menyedihkan lagi karena satu sama lain sahng "bersaing". Karena itu muncullah gerakan untuk mewujudkan kesatuan atau keesaan gereja-gereja. Gerakan itu disebut gerakan oikumene.

Kata "oikumene" (bahasa Yunani) berasal dari kata "oikos" (kata benda) artinya rumah, tempat tinggal. "Mene" dari kata "menein" (kata kerja), artinya tinggal. Secara harfiah "oikumene" berarti "rumah yang didiaini". Dalam arti tempat, "oikumene" berarti dunia yang didlaini (Luk. 4:5; Rm. 10:18; Ibr.l:6). Dalam arti politik, Injil Lukas menyebutkan kaisar Agustus mengadakan sensus di "seluruh dunia" (Luk. 2:1), artinya, seluruh wilayah jajahan Romawi.

Dalam kitab Ibrani kata "dunia" dipakai dalam arti teologis yaitu dunia yang telah ditaklukkan dan disatukan di bawah pemerintahan Kristus (Ibr. 2:5). Dalam gerakan oikumene ini terkenal semboyan "Ut Omnes Unum Sint", artinya "Supaya Semua Menjadi Satu". Dalam arti yang terakhir itulah kata "oikumene" sekarang banyak dipakai.

Sampailah kita pada pengertian tentang gerakan oikumene. Gerak­an oikumene ialah gerakan untuk mewujudkan keesaan (=kesatuan) gereja-gereja seperti doa Yesus supaya menjadi satu (Yoh. 17:21). Subjek (pelaku) pertama dari gerakan ini ialah Tuhan sendiri yang menganugerahkan kesatuan umat Kristen dan bekerja terus melalui Roh Kudus. Subjek kedua ialah gereja-gereja yang bertugas untuk mewujudkan keesaan umat Kristen itu. Keesaan yang diperjuangkan itu adalah untuk dunia ini. Karena itu gerakan oikumene juga berurusan dengan umat beragama lain dan masalah-masalah KPKC (Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan) seperti kerukunan, kelestarian lingkungan hidup, keadilan. Sasaran gerakan ini ialah gereja-gereja untuk semua orang dan dunia seisinya, tempat tinggal umat manusia. Gerakan itu terjadi di tingkat intemasional (dunia), regional, nasional dan lokal.

III. KEESAAN YANG BAGAIMANA?

Pergumulan tentang keesaan gereja-gereja telah memakan waktu panjang baik di tingkat internasional maupun nasional. Pernah gereja-gereja di lingkungan PGI mengartikan dan memperjuangkan keesaan secara organisasi. Yaitu hendak menyatukan diri menjadi satu gereja nasional. Cita-cita itu telah gagal dan kita tinggalkan sejak tahun 1967 (SR DGI di Makassar). Keesaan seperti itu bagaikan buah belimbing yang berlekak-lekuk tetapi satu. Kini kita memegang pengertian tentang keesaan: "Keesaan dalam kepelbagaian". Dalam rumusan ini kepelbagaian atau perbedaan itu diakui dan diterima. Gereja satu sama lain memang berbeda-beda. Tetapi, walaupun berbeda-beda tetap satu. Keesaan seperti itu digambarkan sebagai seuntai buah anggur, banyak butir tetapi satu.

IV. LATAR BELAKANG GERAKAN OIKUMENE

Kebangunan rohani di Eropa dan Amerika Utara sekitar tahun 1800 berhasil membangkitkan kesadaran dan tanggung jawab Kristen kepada bangsa-bangsa. Perhatian umat Kristen kepada masyarakat meningkat dan muncul usaha-usaha bersama untuk memberitakan Injil dan melayani masyarakat.

Usaha-usaha itu diantaranya:

1. Usaha Bersama Orang-orang Kristen

a. Berdirinya badan-badan Zending (pekabaran Injil) dan timbulnya para Zendeling (pemberita Injil).

b. Berdirinya lembaga-lembaga Alkitab. Kebanyakan merupakan yayasan, misalnya, di Inggris (1804) dan Amerika (1810). Terjadilah peredaran dan kegiatan keliling para penjual Alkitab ke negeri-negeri jauh. Mereka ini adalah pelopor Zending.

c. Berdirinya lembaga pelayanan pemuda dan mahasiswa {Youth Movement Christian Organization disingkat YMCA, 1844).

d. Berdirinya Gerakan Pekabaran Injil se Dunia dari Amerika pimpinan D L Moody pada tahun 1866.

e. Berdirinya Organisasi Mahasisiwa se Dunia oleh John Mott.

Kegiatan badan-badan ini terbuka bagi untuk orang Kristen dari gereja apa saja. Karena itu secara tidak disengaja kegiatan ini menyatukan gereja-gereja.

3. Ikatan-ikatan Gereja-gereja se Aliran Pada Abad 19.

Tiap aliran mengadakan persatuan sendiri. Dimulai di Inggris oleh ge­reja Anglikan yang mengadakan pertemuan para uskup pada tahun 1867 (disebut konperensi Lambeth). Selanjutnya pertemuan itu diselenggarakan setiap 10 tahun sekali. Gereja-gereja Reformasi mendirikan hal yang sama. Tahun 1875 berdiri Persekutuan Gereja-gereja Reformasi (WARC: World Alliance of Reformed Churches). Kini GKSBS menjadi anggota WARC. Tahun 1881 berdiri persatuan gereja-gereja Metodis.

4. Akar Gerakan Oikumene

a. Gerakan zending. Gerakan ini dilakukan oleh badan-badan Zending dari Eropa dan Amerika ke seluruh daerah jajahan. Zending berarti pengutusan, zendeling berarti utusan. Badan-badan itu didirikan oleh orang-orang Kristen, tidak oleh gereja. Gerakan ini dimulai oleh William Carey dari Skotlandia pada tahun 1792 yang memberitakan Injil di India.

b. Konperensi zending se dunia. Sesudah badan-badan itu bekerja secara sendiri-sendiri di banyak negara, mereka melihat betapa agama-agama yang bukan Kristen bersatu di wilayah pelayanan mereka. Kenyataan itu mendorong badan-badan itu untuk bekerja sama. Untuk maksud itu diadakanlah Konferensi Zending se-Dunia pada tahun 1910 di Edinburg, Skotlandia. Konperensi a.l. membahas tentang kerjasama dan keesaan, dipimpin oleh John Mott.

Waktu itu zending sudah berkembang di banyak negara jajahan maupun negara-negara merdeka seperti Tiongkok, Jepang, Muangthai. Hadir 1200 orang wakil dari 159 lembaga Zending, termasuk 17 orang dari Asia dan Afrika. Waktu itu Zending menghadapi perkembangan baru di daerah pelayanan mereka. Yaitu berkembangnya nasionalisme dan gerakan kemerdekaan di daerah/negara jajahan. Kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1904-1905 menyemangati negara-negara jajahan untuk memperjuangkaan kemerdekaan mereka sebab ternyata negara Barat (Rusia) dapat dikalahkan oleh negara Timur (Jepang). Tidak selamanya Timur harus kalah. Selain itu, di daerah-daerah jajahan telah berdiri gereja-gereja baru berkat kegiatan Zending.

Adapun hasil konperensi itu a.l:

a. Akan diselenggarakan konperensi gereja-gereja yang bersifat oikumenis dengan wakil-wakil resmi dari gereja.

b. Meneruskan misi ke seluruh dunia dengan tekad satu gereja Kristus yang tak terbagi.

c. Kerjasama antar badan-badan Zending dalam urusan-urusan praktis.

d. Gereja-gereja baru di wilayah Zending (disebut gereja pribumi) harus bersatu, memerintah diri sendiri, mengembangkan diri sendiri dan membiayai diri sendiri.

Gerakan Zending dan konperensi inilah yang meletakkan dasar-dasar bagi usaha keesaan gereja-gereja.

V. PERSIAPAN PEMBENTUKAN DGD

Selama tahun 1918-1948 dilakukan persiapan pembentukan DGD yang pernah terhenti sebab terhambat oleh Perang Dunia I. Perang tsb. telah mecahkan persaudaraan Kristen, terutama umat di Jerman dan Perancis. Tokoh penting dari usaha-usaha itu ialah Nathan Soderblom dari Swedia.

Selama tahun-tahun itu terbentuklah lembaga-lembaga oikumenis baru, yakni:

1. IMC (International Missionary Council atau "Dewan Penginjilan seDunia").

2. Life and Work atau "Hidup dan Kerja", lembaga yang melakukan pelayanan sosial, kesehatan dll.

3. Faith and Order Movement atau Gerakan Iman dan Tata Gereja.

Ketiga lembaga ini bekerjasama dengan YMCA (Youth Movement Christian Association) atau Perhimpunan Gerakan Pemuda dan Mahasiswa untuk mengusahakan terwujudnya kesatuan gereja-gereja. Mereka merumuskan 4 (empat) alasan mengapa gereja harus bersatu, sbb:

a. Selama itu kita telah memisahkan antara iman dan kehidupan. Pemisahan ini salah.

b. Kita harus mengadakan kesaksian yang bulat di mana iman dan kehidupan tidak dipisahkan.

c. Kita harus bekerjasama sebab karena pengalaman pahit bersama selama perang dunia.

d. Kita harus mengusahakan persatuan umat Kristen di tengah gencarnya roh nasionalisme (kebangsaan) yang makin menghebat. William Temple mengusulkan pembentukan DGD.

Sidang-sidang life and Work dan Faith and Order menyepakati usul itu dengan pandangan sbb:

1. DGD yang akan dibentuk itu merupakan badan musyawarah.

2. DGD yang akan dibentuk itu merupakan persekutuan gereja-gereja

yang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Misalnya, Saksi Yehova tidak boleh masuk sebab menolak Yesus sebagai Tuhan.

VI. PEMBENTUKAN DGD

Tanggal 23 Agustus 1948 DGD diresmikan dengan nama World Council of Churches (disingkat WCC). Keputusan pembentukannya dengan suara bulat dalam sidang raya yang pertama pada 22 Agustus - 4 September 1948 di Amsterdam, Belanda. Sidang dihadiri 351 orang utusan gereja dan 1300 orang peninjau dari 131 gereja, 44 negara. (Dari Indone­sia: HKBP, GPI, GMTT, GPM, GMIM, GKJW. Peninjau: Pdt. Probowinoto, Pdt. Oerip Hartoyo).

Hasil-hasil Sidang Raya ini, a.l:

1. Syarat-syarat menjadi gereja yang benar :

Umat Kristen sebagai teladan yang meyakinkan bagi dunia.

Gereja harus berdialog dengan dunia, bukan hanya sebagai "pengeras suara".

Gereja-gereja harus bekerja dan melayani kebutuhan manusia, memperjuangkan keadilan, kerukunan dan HAM.

2. Menolak komunisme.

B. POKOK-POKOK DISKUSI

1. a. Apakah gerakan oikumene itu?

Apa tugas kita dalam rangka gerakan itu?

b. Keesaan gereja yang bagaimana yang kita kehendaki?

2. Bagaimana pandangan dan sikap Saudara terhadap gerakan oiku­mene?

3. Bagaimana memberlakukan hasil-hasil SR I DGD 1948 dalam misi gereja sekarang?

4. Bagaimana pengalaman iman Saudara bersama dengan warga gereja lain?

Tidak ada komentar: