Minggu, 20 April 2008

Pertemuan 45


ETIKA BISNIS

Tujuan umum Katekumen memahami dunia usaha dan persaingan yang Alkitabiah dan yang tidak Alkitabiah

Tujuan khusus Katekumen memiliki minat mengenai dunia usaha dan koinitmenkomitmen pribadi untuk menjadi pelaku ekonomi.

PENGANTAR

Dunia kita sudah berubah menjadi dunia bisnis (dagang). Inilah salah satu dari tanda-tanda zaman yang harus kita sadari (bnd. Luk. 12:54-56). Situasi baru ini memaksa kita menyiapkan diri memasuki era bisnis atau medan persaingan usaha. Tak ada orang yang suka dipaksa, tetapi tak ada orang yang dapat mengelak. Dari pertemuan lalu kita mengetahui/menyadari bahwa wirausaha /wiraswasta adalah salah satu altematif (pilihan) jawaban dalam merebut kesempatan kerja. Tentu saja wirausaha dalam arti bisnis. Pikiran inti dari wiraswasta adalah menciptakan pekerjaan. Bukan kesana kemari mencari kerja. Dunia usaha apa saja yang mungkin kita tekuni? Jawaban terhadap pertanyaan ini banyak tergantung faktor-faktor setempat Mungkin saja berupa perusahaan mebel, kusen, dan pintu, emping melinjo, kerupuk, bata/genteng, wanruing makan, toko gerabatan (klontongan) dll. Sekahlipun bertani, tidak lepas dari bisnis. Artinya, bertani untuk mendapatkan keuntungan, tidak bertani untuk makan.

Pokok perhatian dalam pertemuan ini ialah bagaimana mengembangkan usaha kecil. Etika bisnis membantu para pelakunya untuk mengambil keputusan dalam perialanan usaha. Etika bisnis yang sifatnya baku dan berlaku bagi semua memang sulit untuk dibuat sebab dalam bisnis ada banyak hal yang saling bertentangan. Satu hal yang mutlak ialah pengusaha tidak boleh menipu. Pengusaha dan pedagang harus mencari keuntungan dengan jujur. Tetapi rumus inipun dapat diperdebatkan. Misalnya, tentang memberi diskon untuk menarik keun­tungan yang lebih besar. Apakah hal itu penipuan atau bukan? Secara umum iman dan moral harus dipegang teguh.

Dalam pertemuan ini kita akan membahas usaha kecil, persaingan dan kiat-kiat sukses bisnis/usaha.

I. Pengertian dan ciri-ciri usaha kecil

1. Pengertian

2. Ciri-ciri

II Tentang mendirikan perusahaan kecil dan menengah .

III. Persaingan dalam terang Alkitab

1. Bolehkah bersaing?

2. Penungnya persaingan

3. Kesungguhan dan motivasi

4. Bagaimana cara kita bersaing?

5. Meningkatkan daya saing

IV. Kunci sukses usaha kecil dan menengah

1. Tidak kenal putus asa, kreatif, inovatif dan akses pasar

2. Manajemen, teknologi dan modal

3. Ulet, sabar dan luwes melayani birokrasi

4. Mampu menjaga kepercayaan pihak-pihak lain

V. Masalah dan pengembangan

A. URAIAN

Apakah bisnis itu? Dengan singkat bisnis icdah usaha/kegiatan jual beli barang dan jasa untuk mendapatkan keuntungan. Indonesia telah menandatangani persetujuan AFTA (Asean Free Trade Area), yakni perdagangan bebas antar negara-negara ASEAN mulai tahun 2003. Selain itu juga menandatangani persetujuan APEC (Asia Pasific Econoinic Coope­ration), ialah perdagangan antar negara Asia Pasiflik mulai tahun 2020. Dengan dibukanya pasar bebas itu barang-barang luar negeri akan membanjiri Indonesia. Pedagang dan perusahaan asing akan bebas beroperasi di pelosok tanah air sampai tingkat kecamatan. Sebaliknya, kita juga bebas memasarkan barang dan jasa ke luar negeri atau berdagang secara langsung di negara-negara penandatangan persetujuan itu.

Bisnis sekarang dan selanjutnya tidak hanya memakai cara-cara lumrah tetapi juga melalui TV, internet dan cara-cara lain. Melalui inter­net orang dapat memasarkan barang dan berbelanja (disebut teleshopping; tele=jauh, shopping=berbelanja). Alat-alat multimedia mempunyai kelebihan yang mengagumkan sebab menampilkan gambar, suara dan visualisasi (peragaan) sekaligus. Kehidupan akan menjadi "arena bisnis" 24 jam/hari. Walaupun pasar istirahat dan toko tutup, bisnis me­lalui alat-alat elektronik seperti TV, radio, fax dll. tetap berjalan. Bisnis tidak pernah tidur. Perubahan itu sekarang telah terjadi. Rencana pasar bebas itu untuk sebagian sudah kita mulai. Kita jangan hanya menjadi penonton, apalagi menjadi korban dalam malang melintangnya bisnis di negeri sendiri. Ada tiga faktor yang utama dalam bisnis, yaitu:

pasar (permintaan akan barang dan jasa),

kemampuan dan kompetensi menyediakan barang dan jasa yang diminta oleh pasar

persaingan memperebutkan peluang pasar.

Ketiga hal ini akan kita perhatikan dalam pembahasan pokok-pokok berikut ini.

I. DEFINISI / PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI USAHA KECIL

1. Definisi/pengertian

Pihak Pemerintah membuat beberapa definisi tentang usaha kecil. Departemen Keuangan: asset dan omset senilai maksimum Rp. 300 juta; Bank Indonesia maksimum 600 juta (di luar tanah dan bangunan). Biro pusat statistik jumlah tenaga kerja dibawah 20 orang.

Deperindag omset senilai dibawah Rp. 50 juta sampai diatas Rp.500 juta.

(Enggartiasto Lukita, Dunia Bisnis Dalam Transformasi Global,

PGI, 1996).

Dalam beberapa definisi itu agaknya tercampur pengertian perusa-haan kecil dan perusahaan menengah. Definisi ini membingungkan dan dapat membuat frustasi calon pengusaha. Sebaiknya kita ketahui saja.

Banyak contoh pengusaha kecil yang menjadi besar walaupun tidak memenuhi definisi tersebut

Definisi perusahaan kecil yang lebih masuk akal menurut Singgih Wibowo, sbb.:

a. Perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan atau jasa komersial dengan modal; dibawah Rp. 80 juta.

b. Perusahaan yang bergerak di bidang usaha produksi/industri atau jasa kontruksi (bangunan) dengan modal maksimum Rp. 200 juta.

2. Ciri-ciri

Adapun ciri-ciri usaha kecil itu sbb.:

a. Kepemilikannya secara bebas, seiring tidak berbadan hukum

b. Operasinya tidak memperhatikan keunggulan yang mencolok

c. Usaha ini dimiliki dan dikelola oleh satu orang

d. Usaha itu tidak memiliki karyawan

e. Modal usaha ialah uang pribadi pemiliknya

f. Wilayah pemasarannya bersifat lokal

(Petunjuk mendirikan perusahaan Kecil, Penebar Swadaya, 1998). Definisi yang baku barangkali tidak ada. Angka-angka modal itu pun dapat berubah sesuai dengan perkembangan.

II. TENTANG MENDIRIKAN PERUSAHAAN KECIL DAN MENENGAH

Diperlukan usaha-usaha penjajagan (study kelayakan) apabila kita men­dirikan usaha-usaha. Pokok-pokok berikut ini perlu diperhatikan:

1. Carilah keterangan tentang jenis barang dan jasa yang dibutuhkan
secara jelas dan rinci. Apakah kebutuhan itu berkelanjutan ataukah bersifat sesaat? Seberapa banyak kebutuhan itu telah terpenuhi. Jika belum terpenuhi atau seterusnya dibutuhkan, dengan usaha bagaimana untuk memenuhinya?

2. Carilah keterangan tentang jenis-jenis barang atau jasa apa saja yang
dibutuhkan tetapi belum tersedia.

3. Buatlah beberapa pilihan tetang jenis usaha yang dapat dilaksanakan

4. Pilihlah dari beberapa pilihan tetang jenis usaha yang mungkin atau
dapat dilaksanakan itu yang paling mungkin, dan menjanjikan keuntungan uang atau lainnya yang ingin dicapai.

5. Bicarakanlah usaha yang saudara pilih itu dengan pihak-pihak lain misalnya, pengusaha setempat, pejabat pemerintah setempat dan tokoh- tokoh masyarakat setempat.

6. Tetapkanlah pilihan terakhir saudara dengan pertimbangan yang sesama, obyektif, masuk akal (rasional) dan sesuai dengan kemampuan saudara (bnd. Ir. Singgih Wibowo, 1998)

III. PERSAINGAN DALAM TERANG ALKTTAB

1. Bolehkah Bersaing?

Tentang perdagangan, perusahaan dan pedagang sebagai salah satu bentuk pekerjaan telah kita bahas dalam pertemuan yl. Dalam bisnis ada persaingan. Bahkan persaingan itu berlaku dalam semua lapangan hidup, tidak hanya dalam bisnis. Tidak ada hidup tanpa bersaing. Anak-anak sekolah berlomba mengejar ranking, UMPTN menjadi media penyaringan calon mahasiswa uninversitas negeri dll. Persaingan itu menimbulkan kemajuan. Mungkin kita tidak menyukai persaingan, tetapi mustahil dapat menghindarinya.

Banyak orang tidak suka terhadap persaingan. Perasaan dan sikap itu bersumber dari kebudayaan kita yang menekankan tenggang rasa dan harmoni/keselarasan satu sama lain dalam bennasyarakat dan berbangsa. Kita tumbuh berkembang didalam bingkai warisan budaya dan pengaruh agama Hindu. Dalam pembagian kasta, pedagang/pengusaha/bausinesman adalah kasta ketiga (sesudah kasta Brahmana dan ksatria), di atas kasta Sudra (yang paling rendah). Akibatnya masyarakat mempersepsikan pengusaha/pedagang bukan citra yang tinggi walaupun bukan yang terendah, menengahpun bukan. Jadi, sikap sungkan bersaing itu tidak bersumber dari Alkitab.

Apakah Alkitab memberikan pedoman untuk bersaing dalam bis­nis? Alkitab memang berbicara tentang persaingan. Yakub bersaing de­ngan Esau tentang hak kesulungan yang mendatangkan berkat rohani dan jasmani (Kej. 27); Rakhel bersaing dengan Lea memperebutkan cinta Yakub (Kej. 29:21 dst.); Yakub dengan Laban tentang pekerjaan untuk mendapatkan calon istri Yakub (Kej. 29); Saul dengan Daud tentang kursi kerajaan (1 Sam. 24). Dalam PB, Paulus berbicara tentang perlombaan lari memperebutkan mahkota kejuaraan. Perlombaan itu diangkat sebagai gambaran di dalam orang harus merebut mahkota kehidupan (1 Kor. 9:24-27). Dari contoh-contoh ini dapat kita simpulkan bahwa ALkitab memperkenankan persaingan. Dalam bisnis kita harus bersaing. Tidak ada bisnis tanpa persaingan.

2. Pentingnya Persaingan

a. Persaingan itu penting untuk mengendahkan harga barang dalam pasar secara mekanis. Yaitu barang-barang yang sejenis atau satu segmen.

b. Persaingan itu penting bagi konsumen karena menyediakan barang-barang yang dibutuhkan dan memberi kemungkinan untuk memilih dari semua yang ditawarkan sesuai dengan kemampuan mereka.

c. Persaingan itu meningkatkan usaha dan mutu barang. Melalui daya saing mereka. termasuk disini memacu kreativitas dan membuka peluang kerja yang baru seperti penyalur, pengecer dll.

3. Kesungguhan Dan Motivasi

Dari gambaran Paulus itu jelas bahwa setiap orang yang berdagang itu harus bersaing secara bersungguh-sungguh (allout) untuk menang. ".... menguasai dirinya dalam segala hal" (ay. 25). Kesungguhan itu tidak cukup dengan tekad kuat tetapi berarti merencanakan usahanya dengan cermat, membaca pasar, menghitung untung rugi, mempelajari kekuatan pesaing, menjaga kepercayaan pelanggan dll. Bagi yang memilih berbisnis sebagai pekerjaannya tentu harus benar-benar menyadari apakah dorongan atau motivasinya. Motivasi yang sehat tentu bukanlah memperkaya diri sendiri, apalagi dengan merugikan atau memeras orang lain. Motivasi seperti itu salah atau berdosa sebab tidak sesuai dengan hukum kasih. Seperti pekerjaan lam apa pun, bekerja di dunia usaha/bisnis hendaknya supaya usahanya itu akan menjadi berkat bagi orang lain (bnd. firman Tuhan kepada Abraham "... olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat" (Kej. 12:3).

Istilah "berkat" adalah terjemahan kata "beraka" (bahasa Ibrani) dari akar kata "barak". "Beraka"=berkat=karunia=pemberian karena kasih. "Barak" = berlutut, berbakti, membuat orang-orang lain memuliakan Tuhan. Berkat yang kita terima itu untuk memberkati orang-orang lain. Dengan cara bagaimana? Dengan cara memberikan sebagian dari penghasilan usaha kita. Bila berkat-berkat Tuhan itu kita tahan untuk diri sendiri, ia justru akan menjadi kutuk (Mai. 2:2). Segala potensi kita seperti uang, harta kekayaan, kepandaian, kesalehan justru akan menimbulkan bencana bila kita tahan. Kata Paulus: "Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima" (Kis. 20:35).

Bila di lingkungan bisnis itu motivasi ini kuat, maka arah untuk menjadi berkat bagj orang lain ini akan lestari dan dilaksanakan. Bahaya yang mengancam orang-orang bisnis a.1. cinta uang yang akan menjadi akar segala kejahatan (2 Tim. 6:10). Campur tangan dari luar, misalnya penggembalaan dari gereja, diperlukan untuk menjaga agar semua orang yang bergerak di dunia usaha seperti usahawan, wiraswastawan, peda-gang, itu menjadi berkat bagi orang-orang lain.

4. Bagaimana Cara Kita Bersaing?

Bagaimana kita melaksanakan persaingan itu? Kita mendengar hukum kasih. "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Mat. 22:39). Lebih mendalam lagi, Yesus memerintahkan "... supaya kamu saling mengsihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu" (Yoh. 13:34). Hukum ini harus didengar/ditaati, termasuk di dalam bersaing di dunia bisnis. Karena itu dalam persaingan kita tidak boleh mematikan usaha atau bisnis dari pesaing. Kita harus melaksanakan dua hal sekaligus, ialah "bersaing sekaligus bersanding".

Cara ini sangat sesuai dengan ide kemitraan. Pada zaman dahulu, bersaing berarti mematikan lawan. Cara sekarang, saingan itu harus di-rangkul sebab kita dan mereka harus saling menghidupi. Semua orang bisnis itu satu sama lain saling tergantung, saling menghidupi. Karena itu kita menolak model persaingan yang saling mematikan, yang kuat menelan yang lemah. Perusahaan besar tidak boleh mematikan perusahaan-perusahaan kecil. Kalau perusahaan besar mematikan yang kecil, yang besar itu pun akan mati karena ketergantungan mereka dari yang kecil. Perusahaan yang kecil-kecil itu pun tidak boleh saling mematikan satu sama lain.

Sebaliknya, perlu dikembangkan kemitraan di antara perusahaan yang besar dengan yang kecil atau yang kecil dengan yang kecil atau perusahaan-perusahaan yang kecil dengan yang besar. Persaingan model "bersaing sekaligus bersanding" ini tidak hanya sesuai dengan ide keini-mitraan, tetapi juga sesuai dengan jiwa dan semangat Pancasila.

Mengacu kepada jiwa dan semangat Pancasila tersebut bisnis dan persaingan seharusnya:

a. menghonnrmati martabat manusia.

b. memperjuangkan kesejahteraan rakyat yang berkesinambungan.

c. semua orang dipandang sederajat, tidak pandang suku, agama dll.

d. mementingkan musyawarah dan mufakat untuk mengatasi perbedaan-perbedaan dan semua hal yang menyangkut kepentingan umum..

e. mengutamakan keadilan bagi orang banyak.

Adalah tugas kita untuk menjaga agar bisnis dan persaingan itu tetap berjalan dengan jiwa dan semangat Pancasila.

5. Meningkatkan Daya Saing

Usaha untuk meningkatkan daya saing merupakan kebutuhan seumur hidup bagi para pengusaha. Kebutuhan ini menyangkut banyak aspek. Diantaranya, sbb:

a. Meningkatkan kualitas SDM. Pengusaha dapat memanfaatkan BLK (Balai Latihan Kerja) dari Departemen Tenaga Kerja di daerahnya

b. Penguasaan bahasa Inggris karena kita akan bersaing dengan perusahaan /pedagang asing dalam pasar bebas.

c. Berpartisipasi dalam program-program pelatihan yang diselenggarakan oleh perusahaan lain.

IV. KUNCI SUKSES USAHA KECIL DAN MENENGAH

Tentu saja banyak kiat atau siasat untuk mensukseskan usaha kecil dan menengah. Kiat-kiat sukses ini mengikuti kerangka pikir Enggartiasto Lukita dalam buku tersebut.

1. Tidak Kenal Putus Asa, Kreatif, Inovatif Dan Akses Pasar

Siapapun yang bertekad bulat (tidak setengah-setengah), pantang putus asa walaupun menghadapi banyak kesulitan. "Kreatif”, artinya banyak akal merinuju sukses. "Inovatif' berarti keberanian untuk membuat eksperimen menuju sukses. Pada prinsifnya pengusaha harus menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan pasar. la hanya akan menjual produk yang dibutuhkan. Secara kreatif dan inovatif ia menjawab kebutuhan pasar itu. selalu selaraskan produk dengan selera pasar yang dapat berubah-ubah cepat. Karena itu kita perlu mempelajari riwayat/kiat-kiat para pengusaha sukses.

2. Manajemen, Teknologi Dan Modal

Yang mendorong bangkitnya suatu usaha biasanya ialah pengetahuan seseorang untuk membuat suatu produk disertai dengan ketrampilan dan sedikit pengetahuan tentang bagaimana mengelola suatu usaha (managemen). Memang tidak ada sesuatu yang tiba-tiba sempurna. Orang tidak perlu serba tahu ketika memulai usaha itu. minat untuk se­lalu belajar termasuk modal usahanya. Termasuk belajar dari kesalahannya sendiri. Dari ketiga hal itu kelemahan managemen biasanya pahng menonjol. Kalau ada kebutuhan tambahan modal misalnya.. tidak perlu buru-buru harus dipercaya begitu saja. Mungkin masalahnya terletak pada managemen usaha. Ada orang-orang yang menggunakan mo­dal usahanya untuk menyumbang hajatan, misalnya. Bayangkan betapa banyak hajatan bila musim telah tiba! Kekurangan modal memang masalah umum dalam dunia usaha kecil/menengah. Tetapi modal itu sen­diri sesungguhnya penggunaan modal memang menjadi masalah. Bukankah seharusnya digunakan untuk menghasilkan keuntungan? Ten­tang teknologi, dimaksudkan adalah teknologi untuk usaha. Hal ini me­nentukan kualitas produk. Mesin heuler menentukan kualitas sosohan beras, misalnya. kalau kualitas produk tidak memuaskan, yang pantas disalahkan bukanlah mesinnya.

3. Ulet, Sabar Dan Luwes Melayani Birokrasi

Pengusaha yang memerlukan mengurus perizinan, meminta kredit usa­ha dari bank, meminta informasi, meminta pembinaan, mengurus kemitraan, bantuan, mereka harus berhadapan dengan birokrat (pegawai) di lembaga pemerintah, bank, atau badan badan swasta lainnya. Dari meja ke meja. Kata-kata manis para birokrat "Apa yang dapat saya layani un­tuk anda?" kebanyakan sekadar basa-basi. Dalam hal itu banyak terjadi harus menghadapi banyak kesuhtan, termasuk kelaziman uang siluman. Karena takut terpojok dan dikucilkan, kebanyakan pengusaha juga "menyerah" kepada kelaziman-kelaziman yang menyimpang. Tidak ada resep khusus untuk itu. yang paling penting, tetap ulet, sabar dan luwes dan terampil melayani birokrat demi suksesnya usaha. Iman dan moral merupakan pegangan awal dari akibat-akibat tersebut.

4. Mampu Menjaga Kepercayaan Dari Pihak-pihak Lain

Pihak-pihak lain itu misalnya bank, pemerintah, pelanggan (konsumen) terhadap pribadi pengusaha dan kualitas produknya. Kepercayaan sekecil apa pun dari pihak-pihak lain ini tidak boleh disia-siakan! Keperca­yaan ini merupakan jalan penting menuju sukses.

V. MASALAH DAN PENGEMBANGAN

1. Bagi negara kita yang menganut sistem ekonomi kerakyatan (berdasarkan Pancasiala, UUD'45 dan GBHN), usaha kecil perlu mengembangkan orentasi ekspor. Selama ini kebanyakan masih berorentasi pasar lokal.

2. Usaha-usaha kecil disuatu daerah perlu bersatu, saling mendukung supaya makin berkembang. Untuk itu diadakan assosiasi (persatuan) usaha-usaha tersebut.

3. Perlu diadakan gerakan pembela usaha-usaha kecil agar tidak "dipermainkan" oleh kuasa-kuasa yang dirugikan didaerah. Demikian juga perlu fungsi konsultasi bagi mereka.

4. Usaha kecil selama ini kurang promosi dan kerjasama dengan usaha-usaha besar. Kekurangan ini hendaknya dibijaksanai. (bnd.Hetifah Sjaifudian, Strategi Dan Agenda Pengembangan Usaha Kecil, AKATIGA, 1995).

B. POKOK-POKOKDISKUSI

1. Apa saja alasan-alasan untuk menganggap bahwa wiraswasta/usaha kecil itu penting? jelaskan!

2. a. Adakah dasar-dasar dari Alkitab bagi usaha dan persaingan?

Jelaskan jawaban Saudara dan jelaskan pula keyakinan Saudara!

b. Bagaimana cara bersaing yang benar? Jelaskan!

3. a. Tentang wiraswasta/usaha, bagaimana akad tekad Saudara

mengenai dunia usaha itu?

b. Apakah Saudara berminat untuk untuk berwiraswasta atau menjadi pelaku ekonomi yang tangguh? Jelaskan!

Tidak ada komentar: