Minggu, 20 April 2008

Pertemuan 25


PENGAKUAN IMAN (SAHADAT)

(1)

Tujuan Umum 1. Katekumen memahami dasar dan tujuan pengakuan iman.

2. memahami materi pengakuan iman rasuli sebagai sarana

kesaksian ditengah masyarakat majemuk.

Tujuan Khusus 1. Katekumen menghayati pengakuan imannya di tengah

masyarakat majemuk Indonesia

2. Katekumen dapat menggunakan pokok-pokok pengakuan

iman dalam menghadapi pertanyaan kritis dalam masyarakat

PENGANTAR

Pengakuan iman akan dibahas dalam dua kali pertemuan, sekarang dan pertemuan berikut. Nilai-nilai pengakuan iman itu mewarnai keseluruhan isi buku ini. Dalam sejarah gereja, ada beberapa rumusan penga­kuan iman. Tata Gereja GKSBS pasal 3 butir 3 mencantumkan bahwa GKSBS menerima Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel dan Pengakuan Iman Athanasius. Umumnya jemaat meng­gunakan Pengakuan Iman Rasuli. Ketiga pengakuan itu akan kita bahas. Kedua pengakuan iman yang terakhir itu akan kita bahas dalam per­temuan berikut. Kita akan membahas pokok-pokok berikut ini:

I. Gereja Menghadapi Aliran Sesat

1. Gnostik

2. Montanisme

3. Apolinarisme

4. Perdebatan tentang Ketritunggalan Allah dan Tabiat Yesus
Kristus: Ireneus - Origenes dan Penyelesaiannya

II. Pengakuan Iman Rasuli

1. Teks

2. Penjelasan

A. URAIAN

I. GEREJA MENGHADAW AURAN SESAT

Ketika gereja purba harus menghadapi aliran-aliran sesat dan penghambatan, gereja memerlukan pegangan berupa rumusan tentang imannya. Penghambatan terhadap gereja terjadi ketika jemaat menolak menyembah kaisar Romawi yang mengaku dirinya sebagai Tuhan dan harus membakar dupa di depan patung kaisar. Selain penghambatan itu, gereja menghadapi aliran-aliran sesat.

Beberapa Aliran Sesat

1. Gnostik. Kata "Gnostik" dari kata "gnosis" (Yunani), artinya pengetahuan). Berasal dari abad 2 sM, tidak diketahui tentang siapa pendirinya. Gnostik mengajarkan dualisme (keduaan) jiwa dan badan manusia. Jiwa manusia adalah percikan ilahi yang terkurung dalam badan. Agar selamat, artinya jiwa menyatu dengan Tuhan atau lepas dari tubuh, manusia harus mendapat terang (bnd. 1 Tim. 6:20}. Peristiwa itu disebut iluminasi. Dengan demikian Gnostik menolak korban salib Kristus. Kesengsaraan, kematian dan kebangkitan Yesus itu hanya pura-pura sebab tubuh Yesus itu maya atau semu. Aliran ini menyerbu gereja melalui guru-guru palsu (lih. 1 Tim. 6:20,1 Yoh. 4:1-3).

2. Montanisme. Dipelopori oleh Montanus, ± tahun 160. la meramalkan bahwa Yerusalem bam akan segera turun, umat harus berkumpul di Pepuza, sebuah desa kecil di Asia Kecil (kini Turki). Ternyata ramalan mereka salah.

3. Macedonianisme. Yesus itu Allah tetapi Roh Kudus adalah makhluk (bukan Allah).

4. Apolinarisme. Yesus dianggap tidak mempunyai jiwa manusia.

5. Perdebatan tentang ketritunggalan Allah dan tabiat Yesus Kristus (Kristologi). Latar belakang perselisihan ini ialah penolakan terhadap Gnostik maupun bagaimana memakai Gnostik untuk merumuskan iman.

Ireneus (440-195) dari Turki yang kemudian menjadi uskup di Li­on (Perancis) berpendapat bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang terdiri dari tubuh dan jiwa yang akan binasa karena dosa. Kristus itu Allah yang mengenakan tubuh manusia. Tubuh Kristus itu bersifat ilahi (kekal), ikut bangkit dalam kebangkitan dari kematian-Nya dan ikut naik ke sorga. Tetapi setiap Perjamuan Kudus tubuh itu turun ke dunia lagj, kita makan dan menjadi ragi dalam diri kita, mengubah kita, sesudah kematian kelak akan dibangkitkan menuju kepada kekekalan. Pandangan ini bersifat dualistis. Manusia tidak dipahami sebagai kesatuan jiwa dan badan.

Origenes (185-254) dari Aleksandria mengajarkan bahwa Kristus memang Allah yang satu zat dengan Bapa. Tubuh Yesus terhisab dalam kekekalan dari Kristus. Tetapi Dia lebih rendah dari Bapa. Tubuh itu jahat. Jalan kelepasan bagi manusia ialah bertapa dan menjalankan kasih. Ketika Kristus naik ke sorga, tubuh-Nya hilang.

Arius (dari Mesir, meninggal 341), murid Origenes, mempertajam pengajaran gurunya itu. la mengatakan bahwa Kristus adalah malaikat tertinggi yang diangkat menjadi Anak Allah, lebih rendah dari Bapa, sebagai makhluk la tidak bersifat ilahi.

Perselisihan ini diselesaikan dalam konsili (=sidang besar) di Nikea tahun 325, yang merumuskan: Kristus satu hakikat dengan Allah. Konsili mengutuk pengajaran Arius. Tetapi rumusan konsili tersebut dianggap tidak jelas dan perselisihan berjalan terus. Karena itu diselenggarakan konsili Konstantinopel (381) yang merumuskan: Allah Ba­pa, Anak dan Roh adalah esa tetapi beroknum (pribadi) tiga.

Masalah lain yang disengketakan ialah tabiat Kristus. Bagaimana hubungan antara kemanusiaan dan keillahian dalam diri Kristus? Nestorins (± 430) dari Konstantinopel melawan Cyrillus dari Aleksandria (412-444). Nestorius berpendapat bahwa kemanusiaan dan keilahian Kristus itu tidak tercampur, seperti minyak dan air. Cyrillus berpen­dapat bahwa kedua tabiat Kristus itu tercampur menjadi satu seperti air dengan susu. Pertentangan ini diselesaikan dalam konsili Chalsedon tahun 451, yang merumuskan: Kemanusiaan dan keilahian Ktistus ti­dak terbagi dan tidak terpisah, tidak tercampur dan tidak berubah.

Alkitab sendiri sendiri sebenarnya telah merumuskan pengakuan iman. Misalnya, dalam 1 Kor. 12:3 "Yesus adalah Tuhan". Demikian juga berbagai keterangan mengenai Kristus seperti dalam Rm. 1:3, Fil. 2:5-11. Tetapi Alkitab begitu tebal dan luas isinya. Gereja membutuhkan ringkasan pokok-pokok iman agar tidak diombang-ambingkan oleh angin pengajaran (bnd. Ef. 4:14). Setelah melalui kurun waktu panjang dan pergumulan hebat, gereja dalam bimbingan Roh Kudus berhasil merumuskan pengakuan imannya pada abad 2.

Rumusan itu terus dikembangkan dan menjadi pengakuan iman rasuli yang kita warisi dan kita pakai dalam ibadah. Setiap ibadah pada hari Minggu kita mengucapkan pengakuan iman itu secara bersama. Biasanya pengucapan itu didahului dengan kata pengantar "Kita mengakui iman bersama dengan gereja sepanjang abad dan tempat". Pengan­tar seperti itu mengingatkan bahwa sebagai jemaat kita adalah bagian dari gereja rasuli sepanjang zaman dan di seluruh dunia.

Melalui Roh Kudus kita dipersatukan dengan semua orang beriman baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Dari riwayat terjadinya pengakuan iman itu nyata bahwa pengakuan itu tidak berhubungan dengan ibadah karena ia merupakan jawaban terhadap pandangan atau bahkan serangan terhadap iman Kristen di dalam masyarakat dan bangsa! Karena itu kita tidak dapat memandang penga­kuan iman itu bagaikan firman Tuhan yang tidak mungkin diubah.

Pergumulan dan masalah kita sebagai bagian dari umat Kristen di Indonesia sangat berbeda daripada di dunia Barat ketika rumusan itu dibuat. Kita di sini menjadi umat minoritas di tengah agama-agama lain, kebudayaan yang sangat beragam, beban sejarah Zending dll. Jadi, memang beralasan bagi kita untuk memikirkan pengakuan iman tanpa mengabaikan pengakuan iman warisan sejarah masa lampau.

II. PENGAKUAN MAN RASULI

1. Teks

I. 1 Aku percaya kepada Allah Bapa yang Maha kuasa, Khalik langit dan bumi,

II. 2 Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal, Tuhan kita,

3 Yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria,

4 Yang menderita sengsara, di bawah pemerintahan Pon­tius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun kedalam kerajaan maut.

5 Pada hari yang ketiga, bangkit pula dari antara orang mati.

6 Naik ke sorga, duduk di sebelah kaiian Allah, Bapa yang Maha Kuasa.

7 Dan akan datang dari sana, untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.

III. 8 Aku percaya kepada Roh Kudus.

9 Gereja yang kudus dan am, persekutuan orang kudus.

10 Pengampunan dosa.

11 Kebangkitan orang mati.

12 Dan hidup yang kekal.

2. Penjelasan

a. Pengakuan iman ini juga disebut Symbolum Apostolicum atau Cre­do. ("Symbolum", bahasa Latin berarti pengakuan iman; "apostoli­cum", bahasa Yunani, dari kata apostolos=rasul). Siapa perumus dari pengakuan iman ini tidak diketahui. Mula-mula dipakai dalam jemaat Roma. Pengakuan dimulai dengan kata-kata "Aku percaya". Kata "aku" di sini berarti orang percaya secara pribadi dan sebagai persekutuan gereja sedunia dan sepanjang abad.

Hendaknya kita camkan bahwa kata "percaya" mempunyai pengertian sangat mendalam atau radikal Pengakuan percaya menyangkut hidup dan mati. Demikian juga perlu kita sadari bahwa yang kita percaya adalah Tuhan yang menyatakan diri dalam Kristus dan Roh Kudus. Untuk Dia itu kita mempertaruhkan kehidupan dan jiwa kita. Keputusan kita untuk mengaku percaya tidak kita tujukan kepada yang lain misalnya, agama.

b. Pengakuan iman tersebut adalah pengakuan iman kepada Allah Tritunggal. Menurut isinya dapat dibedakan menjadi tiga bagian:

i. Percaya kepada Allah Bapa, pencipta langit dan bumi (butir 1).

ii. Percaya kepada Yesus Kristus Juru Selamat (butir 2-7).

iii. Percaya kepada Roh Kudus yang menumbuhkan persekutuan orang percaya (8-12).

c. Keterangan Bagian Demi Bagian

i. Bagian I: Percaya Kepada Allah Bapa

Kita mengaku bahwa Tuhan Allah (aslinya dalam bahasa Ibrani "Yahweh Elohim") yang kekal (tanpa awal dan akhir) menciptakan alam semesta dan semua isinya, termasuk manusia, sebagaimana tercantum dalam kitab Kejadian 1-2:17. Kita menyebut Allah itu Bapa sesuai dengan teladan Yesus menyebutNya Bapa. Artinya, posisi kita adalah sebagai anak-anak. Antara bapak dengan anak saling ada hubungan pribadi. Allah Sang Khalik itu adalah Allah yang esa (Ul. 6:4-5). "Esa" tidak dalam arti hitungan yang berarti satu, tetapi berarti hanya Dia itulah Allah. Tidak ada yang menyamaiNya. Allah yang esa itu menyatakan diri sebagai Allah Tritunggal: Bapa, Anak dan Roh Kudus. Paham kita sebagai orang berdosa tentang Allah Tritunggal tidak mungkin tuntas atau habis-habisan. Dia tetap misteri atau rahasia. Pengakuan tentang ketritunggalan itu bukan hanya secara konsep (pengertian) melainkan juga pengalaman. Bahwa dalam perjalanan hidup ini Allah itu adalah bapak kita, saudara kita dan membimbing atau menguduskan kita.

ii. Bagian II: Percaya Kepada Yesus Kristus

Yesus Kristus disebut "AnakAllah" tidak berarti bahwa la itu anak secara jasmani seperti anak yang lahir dari pernikahan. Sebutan itu dipakai untuk mengungkapkan bahwa Dia satu hakikat dan manunggal dengan Bapa. Dalam percakapan dengan Filipus, Yesus mengatakan bahwa Dia di dalam Bapa dan Bapa di dalam Dia. Melihat Yesus berarti melihat Bapa (hh. Yoh. 14; 11). Kristus dan Bapa dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan.

'Yang dikandung daiipada Roh Kudus, lahir dan anak dam Maria." Jabang bayi Yesus dikandungkan oleh perawan Maria ketika ia bertunangan dengan Yusuf. Kehamilan Maria itu terjadi karena kuasa Roh Kudus, tidak karena hubungan seksual antara Maria dengan Yusuf (Mat. 1:18). Ketika Yusuf mengetahui Maria hamil, ia berniat memutuskan pertunangan itu. Namun malaikat menerangkan apa yang terjadi dan meminta agar Yusuf jangan meninggalkan Maria. Karena dilahirkan dari Maria inilah maka Yesus sungguh-sungguh manusia.

Namun berbeda daripada kita. Kita berdosa, dosa warisan dan dosa pribadi, sedangkan Dia tidak berdosa. Ketidak berdosaan-Nya ini karena Ia menjadi manusia berkat kuasa Roh Kudus. Itulah inkarnasi. "Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan" (Kol. 2:9).

Kita perlu mengetahui apa kata AI Quran mengenai Yesus. Al Qur'an mengatakan bahwa kehamilan Maryam tanpa sentuhan seorang laki-laki. Surat 19:19 dan 20 mengatakan: Ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci". Maryam berkata:"Bagaimana akan ada bagi seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina" Nama-nama Yesus dalam Al Quran a.l. Isa (Surat 2:87, 19:30), Al Masih (Surat 3:45), Putra Maryam (Surat 23:50).

'Yang menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut, pada hari yang ke tiga bangkit pula dari antara orang mati." Pengakuan ini menyatakan solidaritas Allah yang berinkarnasi itu kepada manusia yang sengsara menanggung hukuman dosanya. Ia rela sengsara dan mati disalibkan, dikuburkan sebagaimana layaknya orang yang meninggal, demi pembebasan manusia dari hukuman dosa (2 Kor. 5:21; bnd. Mrk. 10:45).

'Turun ke dalam kerajaan maut" berarti Ia mengalami kesengsaraan neraka karena Bapa meninggalkan-Nya (bnd. Mat. 27:45). Berdasarkan 1 Pet. 3:19-20 gereja juga percaya bahwa Kristus turun ke neraka untuk membebaskan jiwa-jiwa. Pada hari yang ke tiga, Yesus bangkit dari kematian-Nya. Kebangkitan dari kematian itu membuktikan bahwa

Yesus menguasai maut. Kesengsaraan, kematian dan kebangkitan tersebut adalah peilstiwa sejarah yang terjadi dalam masa pemerintahan Pontius Pilatus, wakil pemerintah Romawi yang ketika itu menjajah negeri Israel, bukan dongeng. Dalam kalender gerejawi, peringatan akan kematian dan kebangkitan Yesus disebut hari Paskah. Paskah merupakan "jantung" dari iman Kristen (bnd. 1 Kor. 5:17).

Kita perlu mengetahui bahwa Al Qur'an menyangkal pembunuhan atas diri Yesus. "Dan karena ucapan mereka: 'Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, 'Isa putra Maryam, Rasul Allah', padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak menyalibnya, tetapi orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berse-lisih paham tentang Isa, sebenarnya mereka dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka. Mereka tidak yakin bahwa yang mereka bunuh itu Isa. Tetapi, Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya dan adalah Allah Maha Kuasa lagi Bijaksana'(Surat 4:157,158).

Golongan Ahmadiyah yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad di Qadian, India, pada tahun 1889, mempunyai pandangan tersendiri dibandingkan dengan golongan Islam yang lain. Ahmadiyah berpendapat bahwa Yesus memang disalib, tetapi la tidak mati, hanya pingsan. Sesudah penyaliban itu la mengembara di Kashmir dan meninggal di sana. Baik Al Quran maupun semua golongan Islam mengatakan bahwa Yesus tidak mati disalib. Pandangan ini bertentangan dengan berita dari Alkitab.

"Naik ke sorga duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Maha-kuasa". Sesudah bangkit dari kematian-Nya, Yesus telah menyelesaikan pekerjaan-Nya di dunia ini. Dengan naik ke sorga, Kristus kembali kepada kemuliaanNya. Kenaikan ini disebut dalam Luk. 24:50-53 dan Kis. 1:9-11. la kembali ke sorga agar dapat mengutus Roh-Nya untuk mem-buat kemenangan Kristus itu efektif (berdaya guna), membebaskan dan membaharui. Karena pekerjaan Roh pula lahirlah jemaat Tuhan.

Kata-kata "duduk di sebelah kanan" merupakan ungkapan, tidak punya arti harfiah (sesuai yang tertulis). Ungkapan itu berarti memegang kuasa untuk memerintah kerajaan Allah bersama-sama dengan Allah Bapa.

"Dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati". Kita menunggu kedatangan Kristus yang ke dua yang tidak kita ketahui kapan waktunya. Semua ramalan/perhitungan tentang kedatangan Kristus yang kedua itu tidak punya dasar dan harus kita tolak! Kelak semua orang mati akan dibangkitkan. Kristus akan da­tang sebagai hakim bagi semua orang (lih. Mat.25:31-46). Menurut ayat-ayat ini kriteria atau ukuran dalam penghakiman itu ialah apakah seseorang menolong atau tidak menolong sesamanya (=mereka yang memerlukan pertolongan). Kristus datang kepada kita melalui sesama. Menyambut mereka berarti menyambut Kristus, menolak mereka berarti menolak Kristus.

iii. Bagian III: Percaya Kepada Roh Kudus

Roh Kudus yang kita percayai ialah Allah sendiri. Roh Kudus berperan sejak penciptaan alam semesta (Kej. 1:2). Selanjutnya, Roh selalu berpe­ran dalam pekerjaan Allah. Berikut ini beberapa contoh dari pekerjaan Roh. Menampakkan diri sebagai Malaikat Tuhan, Roh mengutus Musa supaya memimpin Israel ke luar dari Mesir (Kel. 3:1 dst). Roh menam­pakkan diri kepada Salomo menyatakan jawaban-Nya terhadap doa-doa Salomo (1 Raj. 9:1 dst). Roh itu pula yang memanggil Samuel dan berbicara tentang hukuman bagi anak-anak imam Eli (1 Sam. 3:1 dst). Roh menguatkan Elia yang lari ke gunung Horeb karena takut terhadap raja Ahab (1 Raj. 19:1-8). Roh menghukum Ananias dan Safira yang membohongi Tuhan untuk mempersembahkan (Kis. 5:1 dst). Roh memenuhi diri Stefanus dan mencelikkan matanya untuk melihat kemuliaan Allah (Kis. 7:54,55), Roh yang menobatkan Paulus dalam perjalanannya ke Damsyik untuk menganiaya jemaat Kristen (Kis. 9:3 dst). Allah adalah Roh, siapa yang menyembah-Nya harus menyembah dalam Roh dan kebenaran (Yoh. 4:24).

Roh Allah bekerja melalui peristiwa-peristiwa dan orang-orang tertentu untuk membebaskan semua makhluk dari kuasa dosa dan membaharui menuju kegenapan Kerajaan Allah. Semua itu membuktikan kehadiran dan pekerjaan-Nya. Roh mengaruniakan bermacam-macam karunia kepada orang percaya untuk membangun tubuh Kristus di dunia ini (jemaat) (1 Kor. 12:1 dst; Ef. 4:11-16). Karena pekerjaan Roh juga tumbuh gereja-gereja dan persekutuan orang kudus. Karena pekerjaan-Nya itu maka kita boleh hidup dalam pengharapan menuju kebangkitan daging, pengampunan dosa yang terakhir dan hidup yang kekal.

B. POKOK-POKOK DISKUSI

1. Sebutkanlah pengakuan iman rasuli selengkapnya.

2. Mengapa disebut "rasuli"?

3. Terdiri dari berapa bagian pengakuan iman rasuli itu? Jelaskan!

4. Apa saja yang Saudara ketahui mengenai latar belakang terjadinya pengakuan iman?

5. Bila ada orang mengatakan "Allah orang Kristen itu tiga", bagaimana jawaban dan kesaksian Saudara?

Tidak ada komentar: