Minggu, 20 April 2008

KATA PENGANTAR


Kebanyakan gereja lemah di bidang pengajaran. Sering ada warga yang melangsungkan pernikahan dengan mengakui sahadat lain; ada warga yang peka sekali dan mudah kecewa akan gerejanya; ada gereja yang mudah terpecah-belah; ada warga yang begitu mudah pindah ke gereja lain. Kenyataan tersebut bisa menjadi pertanda kelemahan di bidang pengajaran itu. Kelemahan yang satu ini berdampak luas dalam kehidupan bergereja. Kita tidak dapat mengkambing-hitamkan katekisasi sebagai satu-satunya sumber masalah. Kelemahan PAK (Pengajaran Agama Kristen) dalam keluarga juga merupakan sumber masalah yang menentukan. Bagaimanapun, katekisasi sebagai salah satu media pembelajaran dan pembentukan manusia Kristen haras diperkuat dan dikembangkan.

Sudah lama jemaat GKSBS membutuhkan buku katekisasi. Sidang Sinode V tahun 1997 menugaskan MPS untuk menyusun buku-buku katekisasi. Salah satunya ialah buku katekisasi sidi (Akta Sidang V, Kontrakta, Sinode GKSBS, artikel 44.3). Keputusan itu ditegaskan kembali dalam Sidang VI Sinode GKSBS di Metro pada bulan Agustus 1999 (Akta Sidang VI Sinode GKSBS, artikel 42. B.4).

Penulis sebagai warga gereja GKSBS merasa ikut terbeban menjawab kebutuhan itu. Karena itu penulis berprakarsa menulis buku ini sebagai persembahan kepada Tuhan dan gereja-Nya. Setelah penulis menyampaikan prakarsa itu kepada MPS GKSBS, ternyata sidang MPS GKSBS tanggal 3-4 November 1999 menyambut baik dan mendukungnya. MPS mengukuhkan dukungan itu dalam suratnya kepada penulis No. 40/MPS-GKSBS/XV99 tertanggal 13 November 1999.

Sinode membutuhkan buku katekisasi yang relevan dan kontekstual. Secara sinodal kebutuhan itu dibahas daiam Konsultasi Penyusunan Buku Katekisasi pada tanggal 20-21 Juli 1988 di Metro. Konsultasi ini telah menjabarkan pengertian dari "relevan dan kontekstual" itu, secara ringkas sbb.:

Isinya mudah dimengerti

Rumusan pengajaran yang jelas

Isinya praktis/etis

Menekankan tanggung jawab katekumen sesudah baptis/sidi

Menekankan panggilan warga gereja supaya bersaksi dan melayani

Menekankan tanggung jawab orang Kristen sebagai warga negara

Isinya bersifat terbuka (inklusif)

Memperhatikan pempribumian (inkulturasi)

Membahas tentang kebebasan beragama

Memakai metode yang mudah dipahami

Penulis berusaha berdialog dengan hasil-hasil konsultasi tersebut dalam menulis buku ini, tetapi ia tidak menganggap dirinya mampu untuk memenuhinya. Menurut hemat penulis, seluruh perilaku gereja yang bernilai pengajaran, bukan hanya katekisasi, harus memperhatikan hasil-hasil konsultasi tsb.

Buku ini dimaksudkan sebagai pegangan katekis (pengajar kateki­sasi) katekisasi calon sidi/calon warga dan semua peininat katekisasi. Judul "Ikutlah Aku" diangkat dari kata-kata Yesus yang memanggil para murid-Nya: "Mari, ikutlah Akau..." (Mat. 4:19; Mrk. 1:17). Sejuta makna tersirat dalam sabda Yesus itu. Kita tidak mengikuti agama tetapi mengikuti Tuhan yang hidup yang bekerja melalui Roh Kudus di mana-mana, termasuk dalam konteks wilayah dan masyarakat Sumbagsel.

Pergumulan penulis tentang bagaimana menjadi Kristen Indone­sia (bukan di Indonesia) dan sumber-sumber lain ikut mewarnai isi buku ini. Apakah buku ini menjawab kebutuhan? Penulis memang tidak "berinimpi" mampu menjawab kebutuhan itu. Tetapi ia beru­saha membuat yang terbaik.

Puji Tuhan, dengan semua kekurangannya, dengan rendah hati penulis mempersembahkan buku ini. Tidak ada suatu hasil yang sempurna dalam seketika. Penulis menantikan kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaannya. Kritik dan saran itu dapat dikirimkan ke Kantor Sinode GKSBS. Untuk itu penulis sangat berterima kasih. Tuhan memberkati.

Bandar Lampung, 27 November 2001

Yussar Yanto

Tidak ada komentar: